Tiga puluh

768 64 2
                                    

Sasuke menutup pintu di belakang tamu-tamunya.
"Well. Sekarang hanya tinggal kau, aku, dan shiro."

"Dua dari tamumu yang tak diundang sudah pergi,"
Sakura menyetujui.
"Dengan Boruto yang sudah kembali ke pelukan orangtuanya dan kurama yang memiliki rumah baru sampai Ino kembali, sebaiknya besok aku mulai mencari rumah."

Sasuke tidak mengatakan apa pun.

"Setidaknya kau bisa
memindahkan tempat tidur shiro dari garasi karena kucingnya sudah tidak ada."

"Kau masih di sini. Aku membutuhkan malam yang tenang."

Sakura mengangkat alisnya.
"Histeris?"

"Siapa tahu kau mau secangkir teh... atau sesuatu. Sore ini kau sangat
berani menghadapi shiro, tapi tengah malam, sendirian..."

"Aku bisa mengatasinya. Hinata tadi ketakutan dan aku berpikir, Jangan bodoh. Shiro tidak akan menyakitimu. Dan aku tahu itu benar."

"Ya sudah kalau kau betul-betul yakin."

"Aku yakin. Selamat malam, Sasuke."

Sasuke merasa seolah-olah tersapu dalam gelombang samudra luas dan muncul di permukaan, yakin bahwa terlalu cepat untuk memberitahu Sakura apa yang dirasakannya. Ia tahu bagaimana perasaannya, tak pernah seyakin ini mengenai apa pun seumur hidupnya.

Pertama kali melihat Karin, Sasuke sudah jatuh cinta padanya. Lalu, ia tidak pernah tahu apakah cinta itu akan bertahan dan berkembang. Kali ini ia bisa yakin. Sesaat, Boruto memang mengaburkan situasinya, membuatnya bingung. Tapi Boruto sudah pergi dan perasaan itu tetap tinggal. Hanya Sakura yang selama ini membuat hatinya gelisah. Hanya Sakura yang bisa membuatnya merasa utuh.

Tapi pengalaman Sakura akan cinta pada pandangan pertama berakhir dalam kesedihan. Sakura perlu waktu dan Sasuke akan memberikannya.

Waktu dan ruang. Sasuke senang ia sudah bersusah payah menata kamar Sakura. Tak ada yang sementara tentang kamar itu. Di dalamnya terdapat semua yang dibutuhkan wanita itu, bahkan, Ya Tuhan! Tempat tidur bayi itu! Kalau Sakura melihatnya, dia akan tahu...
Dia akan berpikir...

Sasuke melangkahi tiga anak tangga sekaligus, berharap Sakura mungkin memutuskan untuk bekerja sejam lagi di depan komputernya. Tapi wanita itu sedang berdiri di samping tempat tidur bayi bercat putih, jemarinya menelusuri gambar teddy bear di kaki tempat tidur.

Sakura menengadah, matanya cekung.
"Dari mana datangnya benda ini?"

"Loteng. Aku pikir tempat tidur itu akan lebih nyaman daripada boks bepergian yang digunakan Boruto."
Lalu, karena tidak tahan menghadapi keheningan yang mengikutinya, Sasuke menambahkan, "Itu tempat tidur putriku."

Sakura masih diam.

"Namanya Konan Uchiha. Dia sedang bersama ibunya, bersama Karin, waktu..."
Sasuke membuat gerakan tak berdaya.
"Umurnya baru lima bulan."

"Sasuke, maafkan aku. Aku tidak tahu. "

"Karin ada janji di klinik, hanya salah satu pemeriksaan rutin. Karin tidak bisa membawa shiro bersamanya dan dia berkata "Shiro akan menemanimu..."

Sakura mengerang pelan.

"Seorang saksi dalam pemeriksaan polisi mengatakan bahwa Karin sebenarnya tidak akan terluka, tapi dia melempar dirinya sendiri ke atas keranjang bayi..."

"Kenapa kau tidak menceritakannya padaku?"

"Aku tidak bisa. Terlalu menyakitkan "
Sasuke mengucapkannya terpatah-patah saat berbalik menghadap Sakura yang langsung meraih dan memeluknya.
"Kau melihat wajah orang-orang. Rasa iba. Keinginan mereka untuk berada di tempat lain... Berharap seandainya mereka tidak bertanya.. "

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang