Dua puluh delapan

439 55 0
                                    

Sejenak mari kita berdo'a untuk Indonesia segera pulih dari wabah penyakit ini..
Juga berdo'a untuk para pejuang medis atau lainnya yang sudah ikut membantu dalam menghadapi wabah ini di luar sana, semoga diberikan kesehatan dan balasan kebaikan berlipat..
Juga berdo'a untuk para pasien wabah penyakit ini ataupun pasien dengan sakit lainnya, semoga segera sehat kembali..
Juga berdo'a untuk kita semua, semoga terhindar dari segala bencana ini..
Sekilas selingan tulisan di cerita ini, semoga berkenan untuk dibaca dan ikut berdo'a atau mungkin bahkan para pembaca ada yang sedang berjuang dalam menghadapi wabah ini, semoga untaian do'a ini berkenan di hati..
Tulisan ini bukan untuk mencari simpati, hanya do'a yang bisa terpatri..
Keep calm and positive thinking~
Thank You~

----

SAKURA masuk ke ruang kerja dan menutup pintu di belakangnya. Sasuke Uchiha terlalu mudah mengusik perhatiannya.
Tapi Sakura tetap kesulitan berkonsentrasi. Ia bisa mendengar pria itu mondar-mandir di loteng. Memindahkan benda-benda yang berat. Dan Sasuke turun beberapa kali ke lantai tempat Sakura sedang bekerja.

Seandainya Sasuke bertekad membersihkan rumah, Sakura berharap pria itu mau melakukannya di lain waktu.
Sakura memandangi layar di hadapannya tapi sepertinya pikirannya terpusat pada Sasuke dan menolak untuk dialihkan oleh apa pun bahkan hal sepenting pekerjaan.
Akhirnya suara berisik itu berhenti. Tapi keheningan ini malah terasa lebih buruk, hingga Sakura akhirnya mengesampingkan kerumitan desain yang sedang dikerjakannya. Sebaliknya ia menelepon beberapa orang. Hanya untuk mencegah dirinya keluar dan melihat apa yang sedang Sasuke kerjakan. Hanya untuk menghentikan dirinya memikirkan pria itu.

Sasuke mengusap dagunya dengan bahu, mencoba menganalisis perasaan yang membanjiri dirinya. Penyesalan. Kesedihan atas kehidupan yang tidak sempat dijalani.
Ia menyentuh tempat tidur bayi yang dicat putih mengilap, mencoba
mengingat bagaimana rasanya sewaktu ia membawa Karin dan Konan pulang dari rumah sakit. Perasaan bangga yang meledak-ledak tak tertandingi.

Bel pintu berdering

Seandainya ia pergi bersama Karin hari itu, bukannya tinggal di rumah untuk mengerjakan laporan barunya. Seandainya Karin membawa shiro bersamanya...

Belnya berdering lagi dan Sasuke membelai kain sepanjang jeruji tempat tidur untuk terakhir kalinya dan membiarkan bayangan itu pergi. Ia tidak bisa mengubah apa pun; yang bisa dilakukannya untuk Karin dan Konan sekarang hanyalah menjalani hidupnya dengan baik. Mulai sekarang. Tanpa membuang-buang satu detik pun dalam penyesalan.

Sakura membuka pintu ruang belajar saat Sasuke lewat.
"Oh, aku mendengar bunyi bel," ujar Sakura.

Wajahnya kelihatan agak merona dan sedikit bersalah, seperti wanita yang tertangkap basah sedang menunggu kekasih gelapnya, membuat Sasuke merasakan gejolak rasa cemburu menguasainya. Ia ingin Sakura terlihat seperti itu saat menantinya.
"Aku tidak yakin kau mendengarnya juga."

"Kau sedang menunggu seseorang?"

"Tidak... aku hanya berpikir... sepertinya kau sedang kerja."

"Tidak, aku sudah selesai. Aku akan membukanya. Tadi kau bilang kau sedang sibuk,kan?"

"Ya... Lagi pula, paling-paling tamu itu mencarimu."

Sialan. Sekarang Sakura tampak ketakutan.
"Sakura..."

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang