Tiga belas

458 67 4
                                    

Aku benci kucing, begitu juga anjingku. Sasuke pernah mengatakannya saat terkapar di tengah pecahan telur dan genangan susu di lantai dapur.
Sakura tidak memperhatikannya waktu itu, yah setidaknya tidak secara serius, karena ia mengira Sasuke pencuri.
Tapi ternyata Sasuke sama sekali bukan pencuri.
Ini rumahnya. Dan itu anjingnya.

Anjing itulah yang didatangi Sasuke waktu dia bergegas pergi tadi. Pria itu bukan menghubungi iklan mini lokal untuk mencari flat yang bisa disewa.
Sasuke mungkin memercayai Ino untuk menjaga rumahnya, tapi dia tidak memercayakan mobil maupun anjingnya pada keponakannya itu.
Sakura sempat merasa terganggu oleh kehadiran Kurama. Ia mengira menghadapi Sasuke Uchiha sebagai penyewa merupakan masalah yang sangat besar.

Ia sudah berencana berusaha sekuat tenaga-dengan menaruh harapan besar pada Boruto-membuat Sasuke tidak betah di sini.
Sekarang seluruh kengerian dan situasi saat ini akhirnya menghantam Sakura.
Ia merintih dan berusaha merapat ke dinding di belakangnya. Ia tidak terlalu suka kucing, tapi ia bisa menoleransi mereka. Tapi anjing... anjing
sih lain masalah...

Sasuke berbalik saat mendengar pekikan tertahan Sakura. Saat itu juga ia
tahu ia sudah menemukan kelemahan Sakura.
"Kenapa? Ada masalah apa?"
tanya Sasuke, padahal ia tahu.

Tidak perlu jadi orang jenius untuk menyimpulkan bahwa penyewanya itu ketakutan setengah mati pada anjingnya.
Sasuke tahu ia menang.
Dan kalah.

Sakura merapat ke dinding, menempel di sana, seolah olah ingin menghilang ke dalamnya. Ia menjerit lemah, menunjukkan perasaannya yang kacau dan menderita. Ini lebih dan sekadar rasa takut.

Walaupun Sasuke sangat ingin lepas dari Sakura dan bayinya yang mengganggu, ia tidak bisa bersikap sekejam itu.

"Tidak apa-apa," ujar Sasuke hati-hati, suaranya menenangkan, "Shiro
tidak akan menyakitimu."

Tapi bahkan saat mengucapkan kata-kata itu pun Sasuke menyadari bahwa "Sakura tidak bisa diajak bicara." Sasuke
mengangkat mangkuk shiro dan memindahkannya keluar. Anjing itu menengadah, menaikkan alisnya yang berbulu kasar dengan kaget.
"Maaf, boy. Pengaturan sementara."

Lalu Sasuke mendorong anjing itu keluar dan menutup pintu.
Sakura merosot di dinding, dan sebelum Sasuke bisa menghentikan dirinya
sendiri ia sudah melintasi dapur dan memeluknya.
"Ms Haruno..."

Ya Tuhan, betapa konyolnya kata itu, melihat bagaimana Sakura gemetar dalam
pelukannya, ketika ia bisa merasakan napas Sakura yang panik dan tersengal-sengal di lehernya sendiri, mencium aroma sabun yang
menyelimuti kulit wanita itu.

"Sakura... sudahlah, tidak apa-apa."
Sakura masih bersandar padanya, gemetar ketakutan.
"Kau aman. Sungguh. Dia tidak bisa menyentuhmu. Aku sudah menyuruhnya keluar."

Tenggelam dalam ketakutannya sendiri, Sakura tidak mendengarnya Sasuke terus menggumamkan kata-kata lembut dan menenangkan yang biasa diucapkannya untuk menenangkan anak kecil atau mengendalikan kuda
yang gugup.

Kata-katanya tidak penting. Tapi suara dan sentuhannya menimbulkan rasa aman yang dibutuhkan Sakura. Sasuke semakin erat mendekapnya, bibirnya menyapu rambut dan dahi Sakura, sambil terus membelai punggungnya dengan kelembutan menenteramkan.
Kelembutan yang berasal dari suatu tempat yang sudah lama ditinggalkan Sasuke, suatu tempat jauh dalam dirinya yang telah membeku dan menutup diri dan semua emosi yang berisiko.

Sepanjang hari Sakura terus-menerus memukuli dinding es dalam diri Sasuke dengan suaranya, senyumnya, dan sekarang dengan kebutuhan
wanita itu untuk dipeluk, dilindungi. Jadi ketika akhirnya Sakura bergerak,
gemetar dalam pelukannya, dan menengadah dengan sepasang matanya yang besar, muram, berkabut...
Sasuke lupa alasannya memeluk wanita itu,
melupakan semuanya...

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang