Delapan

542 67 0
                                    

SASUKE mundur selangkah. Secara moral, ia punya hak untuk berada di kamar mandinya sendiri. ia tidak menyewakan rumahnya. Sakura Haruno-lah yang tidak punya hak untuk berada di sini. Wanita itu mungkin sudah menandatangani surat perjanjian sewa, tapi Sasuke tidak habis pikir bagaimana wanita itu bisa percaya rumahnya ini milik gadis berusia delapan belas tahun yang menerjemahkan keanggunan sebagai rambut ungu dan hidung yang ditindik. Wanita itu hanya perlu melihat sekelilingnya Buktinya, bagi siapa pun yang punya otak, sangatlah jelas.

Sialnya, wartawan tabloid tidak akan peduli soal itu Sedikit saja bocoran tentang situasi ini, maka orang-orang akan mulai menggali masa lalunya dan percakapan akan berhenti dengan tiba-tiba setiap kali Sasuke memasuki ruangan-kali ini bukan karena mereka tidak tahu harus mengatakan apa, tapi karena mereka sedang terlalu banyak bicara.

Benturan di kepalanya tadi pasti lebih keras daripada yang disadarinya, kalau tidak ia tidak akan pernah membiarkan dirinya terlibat dalam kesulitan semacam ini. Walaupun begitu, menemukan wanita telanjang dalam bath tub-nya berhasil membuat pikirannya terpusat pada hal-hal mendasar. Sekarang Sasuke hanya punya satu pilihan: keluar dan rumah ini sebelum wanita itu tahu ia pernah masuk.
Masalahnya bajunya ada di keranjang cucian. Ia punya yang lain, tapi kalau Miss Haruno melihatnya-dan dia pasti akan melihatnya begitu memasukkan handuknya di situ wanita itu akan tahu...

Sasuke belum mengalihkan matanya dari wanita itu sedetik pun, yakin bahwa jika ia berani berkedip Miss Haruno bakal terbangun. Tapi wanita itu belum bergerak. Dia tidur dengan tenang, matanya terpejam mata berwarna laut yang jernih, kenang Sasuke. Tidak terlalu hijau, tidak terlalu biru, seperti Laut Mediterania yang tenang.

Lalu Sasuke bertanya-tanya bagaimana ia bisa memperhatikan hal seperti itu di tengah-tengah kekacauan tadi malam. Apalagi melalui kacamata pantat botol yang dikenakan wanita itu.Mungkin sewaktu wanita itu jatuh tergeletak di atasnya, alam bawah sadar Sasuke secara sukarela membantunya. Ia menghentikan pikiran itu, tapi dengan pemandangan di hadapannya, Sasuke langsung bisa mengingat kehangatan tubuh Sakura di tubuhnya, bagaimana rambut wanita itu menyapu pipinya. Saat mengenang hal itu, Sasuke merasakan tubuhnya tergelitik, dan ia mengangkat tangannya seolah-olah ingin mengenyahkan sensasi yang tak diundang itu; lalu menyentakkan jari-jarinya kembali sebelum telanjur melakukannya.

Bibir wanita itu sedikit terbuka, lembut, berwarna pink, dan polos tanpa lipstik. Lengannya tersampir di pinggiran bath tub benar benar rileks oleh kehangatan airnya. Pintu hati Sasuke yang sekeras baja perlahan-lahan terbuka. Kemudian, sewaktu pulau-pulau busa itu bergerak, Sasuke melihat tato kecil bergambar kepik di paha Sakura. Dan tubuh Sasuke bergetar, spontan bereaksi terhadap rangsangan yang sangat hebat itu. Gelombang hasrat yang menghantamnya membuatnya terpaku di tempat itu, pikirannya berputar membayangkan bibir hangat di bawah bibirnya, tubuh hangat yang siap untuk bercinta, dan Sasuke terkesiap lantang saat menyadari bahwa ia bukan merespon kenangan melainkan wanita ini.

Wanita itu mendesah pelan sewaktu air yang mulai dingin itu mengganggunya. Sesaat Sasuke mematung, terpaku oleh gambaran itu. Tapi ia benar-benar harus bergerak, keluar dari kamar mandi, keluar dan rumah ini, sebelum wanita itu bangun dan Sasuke membuatnya ketakutan setengah mati.

Sewaktu ia meraih keranjang cucian, si bayi mulai menangis. Sasuke belum melongok isi tempat tidur bayi itu ia bertekad tidak melakukannya. Bagaimanapun juga, mengira Sakura Haruno sedang pergi, tempat tidur itu pasti kosong. Perkiraan yang salah. Dua-duanya. Tangisan itu semakin lantang, semakin mendesak, secara menyakitkan melubangi perisai yang mengelilingi hati Sasuks. Menghentikan langkahnya. Ia terkepung dari dua arah oleh gelombang emosional yang dengan hati-hati selalu dihindarinya. Tapi di sini, di rumah ini, di mana ia merasa aman, pertahanannya mulai melemah.

Wanita itu mendesah lagi, terganggu oleh tangisan bayi dan, dengan mengabaikan harapan untuk bisa mengambil kemejanya lagi. Sasuke bergerak mundur dari daerah berbahaya itu. Bahkan selagi menjauh dari jarak pandang pintu kamar mandi, Sasuke mendengar gerakan, suara riakan air saat wanita itu duduk. Sasuke mencoba tidak memikirkannya. Venuss karya Botticelli, di dalam kamar mandinya, mengancam saraf tubuhnya yang sudah lama tertidur.

"Sebentar. Boruto." Sasuke ingat suara itu. Semalam suara itu tegang, bergetar oleh rasa takut dan amarah; sekarang suara itu terdengar manis dan santai saat wanita itu keluar dari bath tub diiringi gemercik air. Tangisan Boruto tak kunjung mereda. Dengan berat hati Sasuke memutar tubuhnya untuk menghadapi sumber keberisikan itu. Si bayi dengan wajah kecilnya mengerut sedih, mencoba meraih Sasuke, kedua lengannya terulur, minta dipeluk, ditenangkan, dan insting mengalahkan keinginan Sasuke untuk menghindar. Sebaliknya, ia meraih bayi itu, mengangkatnya, mendekapnya di bahu dalam gerakan menenangkan yang takkan mungkin dilupakannya.

Boruto berhenti menangis, menatap dan meraih pipi Sasuke dengan tangan-tangan kecilnya yang montok, lalu tersenyum. Pertahanan diri Sasuke langsung runtuh.

***

Sakura yang sedang meraih handuk, terdiam sejenak waktu Boruto berhenti menangis, dan tersenyum. Sepertinya keadaan sudah membaik "Anak baik. Aku segera datang."

Ia sudah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, sempat tidur sebentar di bath tub, dan Boruto mulai terbiasa dengannya, bereaksi terhadap suaranya. Seandainya keadaan terus seperti ini, ia mungkin bakal bisa beres-beres.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar setelah aku mengganti popokmu?" tanya Sakura sambil mengenakan jubah mandi yang tergantung di balik pintu. Jubah itu berukuran besar. Terlalu besar untuk jadi milik Ino. Tapi jubah itu lembut dan nyaman.

Ia membungkus tubuhnya dengan jubah itu, mengikat talinya dengan kencang. "Aku harus pergi ke kantor polisi dan membuat pernyataan, setelah itu kita bisa pergi ke taman..."

Sakura mengusapkan wajahnya pada lengan jubah yang lembut. "Kau haus? Atau kau mau..." Ia berhenti mendadak di ambang pintu kamar mandi. Pencuri itu kembali dan dugaannya semalam benar. Berdiri seperti itu, pria itu benar-benar kelihatan sangat besar.

"Jangan berteriak," ujar Sasuke cepat-cepat. "Tolong jangan berteriak."

Sakura segera mengatupkan mulutnya dengan keras sampai giginya sakit. Tak ada teriakan. Tak akan. Pria itu tidak perlu mengulangi kata-katanya. Dia bahkan tidak perlu mengatakannya dengan begitu sopan. Dia sedang memegang Boruto dan Sakura akan melakukan apa pun yang dikatakannya.

"Aku tidak akan menyakitimu."

Sakura mencoba menanggapi kata-kata itu secara meyakinkan. Mulutnya terbuka tapi tenggorokannya tidak mau bekerja sama.

"Dia tadi menangis. Aku mengangkatnya karena dia tadi menangis. Kau mau menggendongnya?"

Sakura mengangguk. Jangan bersikap sok pahlawan kali ini. Sakura, pikirnya.

Ia harus tetap tenang dan bersikap seolah-olah semuanya benar-benar dalam keadaan normal. Jangan melakukan sesuatu yang bisa mengejutkan Sasuke Uchiha. Atau membuat pria itu menganggap Sakura sebagai ancaman.

Tenang. Sakura mengusap telapak tangannya yang berkeringat di sisi jubah mandinya, tiba-tiba merasa terganggu oleh ukuran jubahnya itu. Kalau ia harus bergerak cepat, sudah pasti ia bakal tersandung...

Kecuali, tentu saja, ia tidak akan bergerak ke mana-mana. Boruto jauh lebih penting daripada keselamatannya sendiri. Bagaimana pria itu bisa masuk lagi?

Tenang. Bersikaplah yang wajar. Kenapa dia kembali lagi? Berniat menuntaskan pekerjaannya? Pasti ada sesuatu yang sangat berharga dalam rumah ini sampai-sampai dia mau mengambil risiko. Sakura tahu ia harus tersenyum, tapi wajahnya juga tidak mau bekerja sama. Wajahnya membeku ketakutan.

Tersenyum, ia harus tersenyum! Dalam keadaan apa pun, ia tidak boleh mengejutkan Sasuke Uchiha maupun membiarkan pria itu melihat ketakutannya, ia bisa melakukan itu demi Boruto. Entah bagaimana Sakura berhasil menggerakkan sudut mulutnya kembali dan melepaskan lidahnya dari langit-langit mulutnya, dengan hati-hati melangkah maju.

"Y-ya." Sialan, saking gugupnya ia sampai ter-gagap-gagap.

---

Edit. Sedikit pengumuman, skrg aku sudah buat akun youtube channel, siapa tahu mau mampir, boleh2 :D

Nama channelnya sama seperti akun ini, My Skylight dengan gambar profil  sama jg :D
Happy-happy watching :>

-

---

🛀🛀🛀

Well, anggap saja Ino dicat rambut ungu 😉

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang