Dua puluh sembilan

529 57 0
                                    

Sejenak mari kita berdo'a untuk Indonesia segera pulih dari wabah penyakit ini..
Juga berdo'a untuk para pejuang medis atau lainnya yang sudah ikut membantu dalam menghadapi wabah ini di luar sana, semoga diberikan kesehatan dan balasan kebaikan berlipat..
Juga berdo'a untuk para pasien wabah penyakit ini ataupun pasien dengan sakit lainnya, semoga segera sehat kembali..
Juga berdo'a untuk kita semua, semoga terhindar dari segala bencana ini..
Sekilas selingan tulisan di cerita ini, semoga berkenan untuk dibaca dan ikut berdo'a atau mungkin bahkan para pembaca ada yang sedang berjuang dalam menghadapi wabah ini, semoga untaian do'a ini berkenan di hati..
Tulisan ini bukan untuk mencari simpati, hanya do'a yang bisa terpatri..
Keep calm and positive thinking~
Thank You~

----

Naruto menunggu Sasuke menyetujui usul itu. Sakura membuka kacamata dan alisnya terangkat memberi dorongan. Sasuke mengangkat tangannya.
"Terserah, masuk saja. Bawa istrimu. Undang seluruh keluargamu. Anggap saja rumah sendiri. Tapi lupakan tehnya. Yang kubutuhkan sekarang adalah minuman keras."

Sasuke berbalik saat seorang wanita muda yang menarik melambaikan saputangan putih dari ambang pintu.

"Sudah aman untuk masuk?"

"Hinata!"
Sakura langsung berlari menghampiri wanita itu dan memeluknya sebelum kemudian menjauhkan kakak iparnya itu untuk menatapnya.
"Kau tampak hebat. Istirahat itu sudah jelas manjur."

"Kau tidak marah?"

"Yah, aku lebih suka kalau kau bertanya dulu. Pasti akan lebih mudah kalau aku menginap di tempatmu. Kau tidak harus mengirim barang-barang keperluan bayi lewat paket kilat, dan aku tidak akan diusir dari rumahku."

Hinata tidak benar-benar menatap mata Sakura. Naruto tiba-tiba menekuri kakinya. Dan Sakura mendadak mengerti.
"Oh, jadi begitu, ya."

"Kami harus mengeluarkanmu dari sana. Saku. Semua ketenangan itu. Kau pasti bakal layu," ujar Hinata.
Kemudian, masih belum yakin harus melihat kemana, Hinata melihat ke sekelilingnya.
"Rumah ini indah..."

Suaranya terputus dan Sakura akhirnya merasa kasihan padanya.

"Ya, memang. Sewanya juga sangat masuk akal. Dan pemiliknya sangat pandai dalam menangani bayi..."
Sakura bertemu pandang dengan Sasuke dan tak menyukai apa yang dilihatnya.
"Naiklah dan lihat Boruto. Tunggu sampai kalian melihat giginya..."

"Sakura?"
Sasuke memanggilnya dengan nada suara yang mungkin digunakannya untuk menanyai saksi yang sulit diajak kerja sama, untuk menakut-nakuti mereka.
"Bisakah kaujelaskan apa sebenarnya yang terjadi di sini?"

Sasuke bergerak menghampirinya, tapi Sakura menarik lengan Hinata dan menaiki tangga, berhenti hanya untuk menepuk lengan Naruto.

"Giliranmu, kakakku sayang. Aku akan meninggalkanmu untuk menceritakan pada Sasuke apa yang telah kaulakukan padaku dan kenapa. Buat cerita yang bagus, karena kau sebaiknya berharap dia cukup iba
padaku hingga bersedia menyatukan kembali surat perjanjian sewa itu."
Sakura akhirnya menatap Sasuke lurus-lurus.
"Aku suka tinggal di sini."

Tatapan Naruto berpindah-pindah dan Sakura, ke Sasuke, kemudian sambil tersenyum lebar, menatap adiknya lagi.
"Kalau memang begitu, adik kecil, kurasa sebaiknya kau menjelaskannya sendiri. Demi amannya."

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang