Sebelas

477 69 1
                                    

Sasuke menelan ludah. Jubah mandinya, yang tampak kebesaran untuk Sakura, tersingkap memperlihatkan leher Sakura yang putih dan bayangan lekukan lembut payudaranya yang mengundang. Pemandangan yang mengintip itu ternyata lebih menggoda daripada ketelanjangan yang tadi dilihat Sasuke secara tak sengaja. Pikiran Sasuke penuh dengan lekuk-lekuk indah serta tato kecil kepik yang seksi. Rasa nyeri samar-samar yang menggerogotinya semenjak ia melangkah masuk ke kamar mandi dan mendapati Sakura di sana kini semakin hebat dan cepat.

Dengan wajah merah padam Sakura cepat-cepat berbalik dan mengangkat Boruto. Ia memeluk keponakannya itu, menjadikannya tameng bagi lidahnya yang terlalu impulsif. Sakura mengira sudah bisa mengendalikan lidahnya hingga sejalan dengan pikiran dan hatinya. Pesan kepada otak. Berusahalah lebih keras. Sementara itu dengan tegas Sakura menyingkirkan kecenderungan merasa bersalah karena membiarkan Sasuke Uchiha percaya bahwa Boruto anaknya.

Sakura tahu itu salah. Secara teori. Tapi dalam praktiknya Sasuke sudah menjelaskan situasinya: kalau Sakura mengaku Boruto hanya dititipkan sebentar, sementara kakak dan kakak iparnya beristirahat, pria itu pasti tidak akan ragu-ragu lagi mengusirnya ke jalan. Sasuke jelas-jelas cukup besar untuk mengangkat dan membawanya ke jalan, dan sekali keluar Sakura-lah yang harus menuntut lewat pengadilan supaya bisa masuk lagi.

Yang sudah jelas tidak ada gunanya, karena toh ia masih butuh tempat tinggal sementara. Parahnya lagi, Sasuke Uchiha mungkin bakal menyerangnya dengan undang-undang tertentu yang menghukum para orangtua yang lebih mementingkan tidur daripada tugas merawat anaknya. Naruto dan Hinata tahu mereka bisa memercayainya, tapi Dinas Sosial mungkin akan mengambil kesimpulan yang salah karena Sakura tidak memiliki surat rekomendasi untuk menjadi ibu sementara Boruto sekalipun.
"Aku mengaku memiliki bayi ini, Mr Uchiha," ujarnya, dengan hati-hati tidak mengiyakan ataupun menyangkal bahwa Boruto anaknya.
"Tapi Kurama tidak ada hubungannya denganku. Dia milik Ino."

"Oh, ss-" Sasuke menelan kembali kata-kata yang hampir keluar dari mulutnya saat Boruto tersenyum padanya."-ssayang," ujarnya.

"Mmm." Dia juga tidak peduli pada kucing itu, Sakura bisa melihatnya. Situasi yang mungkin bisa dimanfaatkannya.
"Omong-omong, kurasa dia lapar. Mungkin kau mau menumbuk ikan untuknya? Sudah dimasak kok. Kau tinggal meremasnya dengan tanganmu untuk menghancurkannya sekalian memeriksa kalau-kalau ada tulang."

Sasuke tidak menjawab dan Sakura menduga bahwa untuk pertama kali dalam hidupnya, Sasuke Uchiha kehilangan kata-kata.

Sakura membuka kulkas dan-berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan rasa tidak sukanya sendiri terhadap tugas itu dengan hati-hati meremas ikan sebelum menaruhnya di piring Kurama. "Coba kaulihat," ujarnya, menekankan kembali keberuntungan yang tidak disangka-sangka itu.

Kurama berhenti menggosok-gosokkan badannya di kaki Sasuke dan melintasi ruangan untuk memeriksa pemberian Sakura. Dia mendengus, memandang Sakura dengan jijik, lalu sambil menaikkan ekornya dia berjalan ke pintu dapur, dan menunggu seseorang membukanya.

Sakura merasa ingin bertepuk tangan. Kurama benar-benar cemerlang. Sakura membuka pintu, dan sambil menghela napas ia berkata, "Kurasa hari ini dia ingin ayam cincang." Sakura berbalik untuk melihat bagaimana pria itu menanggapi kata-katanya tadi, tapi Sasuke Uchiha sudah setengah jalan menaiki tangga
"Mr Uchiha," Sakura memanggilnya.

Sasuke berhenti, setengah berbalik. "Apa?"

"Kalau kau mau tidur, aku ingin-" Ia ingin berpakaian dulu. Otaknya jelas-jelas tidak mengindahkan peringatannya tadi. Untungnya Pria itu tidak menunggu untuk mendengar apa yang Sakura inginkan.

"Tidur siang? Kaupikir aku mau tidur? Aku belum pernah terjaga sesegar ini seumur hidupku, dan aku mau keluar. Sementara itu sebaiknya kau mulai mencari tempat tinggal lain."

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang