Sasuke menyadari bahwa usahanya untuk lari merupakan usaha yang
terlalu ambisius. Memangnya berapa lama seorang pria bisa lari dari sesuatu yang menghantuinya?Ia melempar tongkat bagi shiro, berjalan pelan melintasi taman, mencoba
memikirkan makna dari gelombang emosi bertentangan yang terus berperang dalam dirinya semenjak ia bertemu dengan Sakura Haruno yang menjengkelkan itu.
Ia bilang pada Tsunade bahwa ia tidak tertarik pada hubungan yang baru sejak Karin meninggal.Kebenarannya lebih rumit dari itu. Pada awalnya ia sudah terlalu kebas untuk bereaksi bahkan terhadap tawaran penghiburan
yang paling terang-terangan. Setelah rasa kebas itu hilang, perasaannya membeku menjadi es, kekuatan dingin yang sanggup menampik wanita paling menggoda
sekalipun.Namun pertahanannya memang sedikit menurun dan ia merasa rapuh saat tiba di rumah pada tengah malam. Satu-satunya yang dipikirkannya hanyalah berapa lama yang dibutuhkan Ino untuk berkemas.
Yang menjelaskan reaksi berbahaya yang langsung muncul dan dirinya menghadapi wanita barbar pemarah yang sudah mengambil alih kediamannya itu.
Mungkin.
Kebanyakan pria, jika secara tak terduga dihadapkan dengan seorang wanita cantik terutama setelah melihatnya telanjang di kamar mandi-akan bereaksi seperti itu. Sama sekali tidak berarti apa-apa. Seharusnya tidak, hanya saja pada kenyataannya gairah itu tidak mau pergi. Senyum Sakura seperti matahari yang membakarnya. Wajah cemberutnya membuat Sasuke ingin memeluknya, menciumnya untuk menghilangkan kerutan itu Dan waktu wanita itu marah... yah, sebaiknya tidak usah memikirkan apa yang dirasakannya saat melihat Sakura marah.
Sebenarnya situasi ini bisa saja jadi agak menyenangkan, seandainya tidak ada bayi. Bayi itu membuat situasi semakin rumit. Mereka seperti satu paket kecil yang indah. Hal itu begitu nyata; godaan yang terlalu berbahaya
untuk diraih dengan kedua tangannya. Karin dan bayi perempuan mereka, Konan, sudah meninggal. Sakura dan Boruto begitu pas mengisi lubang dalam hidupnya seperti tutup botol dengan botolnya.Rasanya hampir seperti cinta yang terulang kembali. Dalam kasus Sasuke, seperti musim semi yang terentang selama sepuluh tahun, dan mungkin itu menjelaskan kenapa reaksinya begitu kuat dan menakutkan.
Mesin cuci sedang sibuk, tapi selain itu dapurnya kosong waktu Sasuke kembali. Ia memberi shiro minum, membawa anjing itu keluar, lalu ia sendiri naik. Sakura sedang meringkuk di sofa, membuat catatan. Wanita
itu seolah-olah tidak menyadari kehadiran Sasuke. Well, memangnya apa yang diharapkannya? Lengan yang memeluk lehernya, sambutan gembira,
"Sayang, kau sudah pulang"?"Apa kau sadar bayimu meneteskan air liurnya di atas karpet yang sangat
mahal?" tuntut Sasuke tajam."Dan kucingmu meninggalkan bulu pada seluruh kain pelapis perabot?"
Sakura menengadah, mengintip dan atas kacamatanya. "Kurama bukan kucingku. Aku tidak suka kucing. Aku tidak akan pernah secara sukarela tinggal bersama mereka."
Kemudian Sakura menambahkan, "Tapi, kalau
disuruh memilih antara kucing dan pria, aku pilih kucing.""Sama dong," balas Sasuke, berharap suaranya meyakinkan. Begitu mereka
pergi-dan mereka akan segera pergi-Sasuke akan membersihkan tempat ini mulai dari loteng sampai ruang bawah tanah.Menghilangkan kehangatan aroma bayi yang mencabik-cabiknya. Menghilangkan aroma Sakura Haruno yang menggoda sebelum aroma itu menyerbu jiwanya. Kembali hidup normal.
"Pastikan kau membersihkan karpetnya sebelum kau pergi."
Sakura bergeming menatap karpet itu.
"Kalau memang nilainya begitu tinggi, seharusnya karpet itu dibersihkan secara profesional. Sebenarnya waktu aku membersihkan cokelat-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Pinjaman
FanfictionDisclaimer : © Masashi Kishimoto © Liz Fielding Pair : Sasuke Uchiha X Sakura Haruno Rated : M (for a reasons) Cover : Pixabay Synopsis: Sakura Haruno hanya menginginkan ketenangan dalam hidupnya. Dan sebentar lagi, ia dapat pindah permanen ke apart...