"Bagimana dok hasilnya?" tanya Baskara dengan raut wajah yang panik. Jantungnya berdegub lebih cepat tat kala hasil Rontgen yang memeriksa keadaan tubuhnya keluar.
Dokter Reyhan yang memeriksa Baskara hanya bisa menggelengkan kepala, menadakan hasil buruk harus di terima olehnya. Baskara semakin panik, tubuhnya bergemetar dengan bibirnya pucat putih.
"Boleh saya lihat dok?" pinta Baskara.
Dokrer Reyhan menelan ludah, antara yakin dan tidak yakin bisa memberikan hasil rontgen tersebut kepada Baskara. Pasalnya penyakit yang di derita Baskara adalah penyakit serius. Ia takut jika memberikan hasilnya malah akan membuat Baskara semakin stres dan itu akan membuat kondisi kesehatannya memburuk.
Baskara mengulang permintaannya untuk kedua kalinya, "Boleh saya lihat hasilnya dok?"
Dengan terpaksa Dokter Reyhan harus memberikannya. Saat Baskara memegang selembar kertas tersebut matanya membulat. Antara kuat dan tidak kuat, menerima penyakit yang sedang di deritanya saat ini.
Baskara sedikit terbatuk, membuka sebuah Amplop yang berisi secarik kertas. Wajahnya pucat, tangan bergetar hebat dan matanya sayup-sayup saat hendak membuka isi dari amplop tersebut.
"Pak Bas gak apa-apa?" tanya Dokter Reyhan melihat kondisi pasiennya.
Baskara hanya tersenyum paksa, setelah itu membuka amplop hasil rontgen keadaan tubuhnya. Saat kertas tersebut di lebarkan, bola mata Baskara menyorot tajam tulisannya. Raut wajahnya berubah tegang tak terkontrol.
"I... ini benar dok?" tanya Baskara gugup.
Dokter Reyhan mengelus pundak Baskara, "Semua yang kau lihat adalah benar." jawab Reyhan dengan terpaksa.
Melihat hasil Rontgen tersebut, membuat kondisi Baskara semakin melemah. Dia sesekali terbatuk, bahkan tak sedikit dari batu tersebut mengeluarkan percikan darah dari mulutnya.
"Pak Bas, sepertinya anda harus di rawat disini untuk beberapa minggu." pinta Dokter Reyhan.
Baskara menatap pucat, memberikan sebuah isyarat. "Aku mohon Dok, jangan beritahu soal penyakitku ini kepada keluargaku. Aku takut mereka malah akan semakin cemas akan diriku." pinta Baskara.
Dokter Reyhan hanya mengangguk. Baskara adalah tipe cowok yang selalu menyembunyikan masalah pribadinya. Menurut dirinya ia pantang untuk merepotkan orang-orang di sekitarnya. cukup dia yang tahu akan semua ini. Baskara mengidap penyakit Kanker otak stadium Akhir. Tak heran wajahnya selalu terlihat pucat minggu-minggu ini. Pilihan yang sudah di ambil oleh Baskara pun banyak.
Setelah itu Baskara beristirahat di rumah sakit ternama di kotanya. Ia di rawat inap, mendapatkan perawatan Intensif melihat penyakit yang di deritanya sangatlah serius. Belum ada orang yang mampu bertahan dari Kanker otak dalam waktu berbulan-bulan apa lagi tahun.
Mengadu nasib dengan penyakitnya, membuat Baskara berpikir keras. Ia bingung mau di bawa kemana perusahaannya tersebut. Hanya tinggal menunggu waktu kematiaannya, itu yang selalu ada di pikirkan Baskara kali ini.
Mau tidak mau ia harus segera mencari pengganti dirinya untuk menjabat sebagai CEO di PT Market Sejahtera. Ia hanya punya waktu beberapa hari untuk mendapatkan orang tersebut. Tanpa pikir panjang Baskara pun langsung mengingat Bagaskara. Kaka kembarnya yang sedang berkuliah di salah satu Universitas di Amerika Serikat. Baskara memang terlahir kembar, ia memiliki saudara kembar yang bernama Bagaskara, yang lahir lebih dulu 2 menit darinya.
"Halo... Bagaskara?" panggil Baskara lewat telepon genggam miliknya.
"Siapa?" tanya Bagaskara.
"Ini gue Baskara.... lo lupa sama Adik sendiri?" canda Baskara dengan menahan rasa sakit di bagian kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWINS CEO
Teen FictionBaskara, Seorang CEO di PT Market Sejahtera dengan terpaksa harus bertukar posisi dengan saudara kembarnya, Bagaskara. Karena suatu masalah, Sehingga membuat kekasihnya, Sekar harus mencintai orang yang salah. Dia malah harus berjuang menggapai cint...