Part 17 - Siaran Radio

401 23 10
                                    

Keesokan harinya, Baskara telah di nyatakan sembuh dari penyakit kanker yang di deritanya. Meski belum seratus persen, namun Doker telah melihat perkembangan baik dari tubuh pria tersebut.

"Terima kasih Dokter Albert, saya akan terus kontrol kesehatan saya disini setiap bulan. Saya sangat benar-benar berterima kasih." kata Baskara kemudian berjabat tangan dengan dokter yang mengobatinya selama di singapura itu.

"Sama-sama tuan Baksara, saya harap keshatan anda semakin baik dan penyakit tersebut bisa sembuh total." balas Dokter Albert tersenyum.

Setelah menyelesaikan semua Administrasi, Baskara akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia hari ini juga. Perasaan bahagia terpancar dari raut wajah pria berumur dua puluh tahunan itu.

***

Bagaskara mempersiapkan berkas meeting yang akan di laksanakan pada pukul satu siang nanti.

"Kerjaan gak kelar-kelar, masalah makin banyak. Otak gue mumet banget!" gerutuk pria itu sambil mengacak rambutnya asal.

Ia menatap keluar jendela apartemennya. Pria itu kemudian berjalan ke teras atas lalu memandang pemandangan di luar yang terlihat indah.

Tiba-tiba ia tersenyum. "Kenapa gue jadi inget omongan si Sekar ya." Moodnya seakan hidup kembali setelah membayangkan wajah gadis tersebut. "Waktu itu dia diri di sini, mandangin keindahan kota dari atas." Bagaskara kemudian tertawa kecil. "Sungguh konyol, tapi gue ngerasa kangen sama dia."

Bagaskara mengerjap. "Enggak! ini gak boleh," ia kemudian kembali masuk ke kamarnya. Membereskan semua keperluan berkas lalu bergegas menuju ke kantor. Namun saat dirinya hendak melangkah ke luar apartemennya, suara dering ponsel miliknya berbunyi. Menyisahkan sebuah panggilan telepon dari Baskara. Ia berdesis. "Mau apa lagi?"

Mau tak mau Bagaskara harus mengangkat panggilan tersebut. "Hallo, kenapa?" jawab Bagaskara nadanya terdengar datar namun tetap memberikan kesan malas di dalamnya.

"Gue lagi di bandara Singapura nih, sekitar jam sepuluh pagi gue berangkat ke indonesia. See ya!"

"Ma-"

Panggilan terputus, sontak Bagaskara harus menghela napas berat karena masalahnya akan semakin rumit dengan hadirnya Baskara nanti.

"Ya Tuhan gue harus apa?" batin Bagaskara sambil memegang dahinya yang tak pusing.

***

Sekar selesai mandi, gadis itu kemudian berjalan ke sebuah cermin hias untuk memoles wajahnya. Karena sebentar lagi ia akan pergi ke kantor untuk bekerja.

Saat Sekar sedang mengeringkan rambutnya yang basah, gadis itu kembali teringat dengan permasalahan semalam dengan Dewa. Sontak ia langsung mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas untuk mencoba menghubungi wanita yang di temuinya tadi malam. Karena rasa penasarannya yang semakin besar.

Sambil terus memoles wajahnya dengan kondimen-kondimen make up miliknya, gadis itu kemudian langsung menghubungi nomer wanita yang merawat Callia.

Tut... Tut.. Tut.. Terhubung.

"Hallo, ini siapa?"

"Hallo, maaf mengganggu ini saya Sekar. Orang yang tadi malam meminta nomer kamu saat di restoran." jawab Sekar.

"Ohh, pacarnya Dewa ya?"

"Ehmm bukan hanya teman,"

"Ada keperluan apa lagi?"

"Sebenarnya saya ingin bertanya banyak, tapi bisakah kita ketemu?"

Tidak ada jawaban sejenak, sepertinya wanita itu sedang berpikir.

MY TWINS CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang