Part 15.3 - Dilema

421 25 8
                                    


Hari demi hari Bagaskara seakan merasakan sebuah Dilema yang teramat berat dalam hidupnya. Entah kenapa dia bisa berkata seperti itu kepada Sekar, sungguh ini bukan bohongan apa lagi perkataan palsu dari bibirnya. Melainkan ini dari hati, Bagaskara tahu apa yang ia rasakan, apa yang hatinya katakan. Bahkan ia merasa kata-kata pernyataan cinta yang di ungkapkan kala itu kepada Sekar memang murni dari hati. Bukan karena ingin memperbaiki citra Baskara di mata Sekar.

Dilema ini semakin membuat Bagaskara seakan bingung, bagaimana jika Baskara akan pulang dalam waktu dekat. Apa yang harus ia katakan? Dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bagaskara hanya bisa meminta kepada takdir, semoga tuhan memberikan jalan terbaik untuk masalahnya kali ini.

Satu minggu berlalu, Bagaskara telah kehilangan sosok kekasih Baskara yang semestinya di jaga. Dia sudah tak lagi bertemu dengan gadis tersebut.

Pria itu menatap tanggal di kalender, dan mendapati bahwa esok adalah hari kepulangan Baskara dari Singapura. Rasa cemas terus menghantui pikiran pria berperawakan kurus itu. Tak lelah dirinya terus mengurung diri di kamar.

Sekitar pukul tiga sore, Bagaskara sedang bersantai di teras atas kamarnya. Tampilan langit sore yang indah dan tidak terlalu panas membuat tubuh pria itu seakan terileksasikan.

Bagaskara menatap langit dengan sejuta bayangan, bayangan tentang Sekar dan juga Baskara. Di sela-sela lamunannya, suara telepon genggam miliknya harus membuyarkan itu semua.

Drrt Drrt Drtt

Dengan sigap pria itu langsung menarik handpone miliknya dari saku celana. Dan mendapati April yang secara tiba-tiba menelepon dirinya. Sontak Bagaskara sedikit terkejut, "Kenapa dia telfon? apa mau nanyain kabar gue yang gak masuk-masuk ke kantor?" batin Bagaskara bertanya, sedetik kemudian ia langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo, ada apa ya?" tanya Bagaskara.

"Maksudnya?"

"Oke-oke gue kesana,"

Panggilan pun tertutup, ternyata April menelpon Bagaskara hanya karena ada meeting dadakan. Entah meeting apa lagi, selama ini dia belum pernah menerima jadwal meeting dari klien mana pun? Pria itu kemudian langsung bergegas pergi menuju ke kantor.

Sesampainya di kantor April sudah berdiri di depan pintu ruangan bos dari PT Market Sejahtera itu.

"Pak Bas, meetingnya sudah di mulai langsung ke ruangan saja," kata April tergesa-gesa.

"Oke-oke kamu ke sana duluan ya, saya mau naruh ini dulu," balas Bagaskara sambil menunjukan sebuah tas kecil yang di genggamnya.

Setelah menaruh tas tersebut, Bagaskara segera menuju ruangan meeting. Dan pada saat pria itu masuk ke dalam betapa terkejutnya dia karena mendapati, Sekar, Brayen, Bella dan juga Dewa yang tengah terduduk.

Bagaskara sempat terdiam sejenak memandang mereka semua, sedetik kemudian lanjut duduk untuk bergabung. Wajahnya terlihat panik dan tegang dan bisa di pungkiri, rasa malu mungkin masih menyelimuti sekujur tubuh pria tersebut.

Bagaskara berdeham, "Oke mulai aja, apa yang akan kita bicara kan lagi?" tanya Bagaskara datar berusaha menyembunyikan perasaannya yang campur aduk.

April kemudian menoleh ke arah pria yang ada di sampingnya itu, "ini masalah kontrak kerja sama pak," kata April.

Bagaskara mengangguk, "Oke, ya.... sudah silahkan di jelaskan," balas Bagaskara sedikit gugup. Matanya tak mau menatap Sekar dan yang lainnya.

Sekar terlihat gerogi sesekali ini menatap Dewa, "Kamu jelasin aja," bisik Dewa.

MY TWINS CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang