Part 16 - Dinner

448 21 14
                                    

Pukul 19:00

Sekar dan Dewa pun memutuskan untuk makan malam bersama di salah satu restoran terkenal di jakarta.

"Lo traktir gue kan?" ucap Sekar dengan alis yang terangkat.

"Iya sayang, kan aku cowok kamu," jawab Dewa genit tatapannya begitu menggoda.

Sontak kedua pipi Sekar memerah padam, serasa malu dengan ucapan pria di sampingnya itu. "Gombal, gue paling gak suka di gombalin!" kata Sekar dirinya berusaha jual mahal.

Dewa hanya tersenyum. "Ini kita jadi ke Restoran Jepang?" tanya Dewa mengubah topik pembicaraan sekaligus memastikan tujuan mereka, sambil terus mengendarai mobil milik Sekar.

"Iya, emang kenapa?" jawab Sekar.

"Kamu emang suka makanan jepang ya? kan makanannya mentah-mentah gitu," jelas Dewa

"Kalau gue sih suka, kalau lo enggak suka kita makan di tempat lain aja, gimana? Eits tunggu dulu, sejak kapan lo manggil gue, aku-kamu?"

Dewa berpikir sejenak. "Aku sih bisa aja makan makanan Jepang, tapi yang di masak, Sejak kemarin, saat kamu bilang mau buka hati kamu buat aku,"

Sekar kemudian tertawa, membuat Dewa sedikit bingung. "Kok ketawa? salah yah omongan aku?"

"Yah lagi lo lucu banget sih, gak semua makanan jepang itu mentah kali. Pasti ada yang mateng dan di masak juga, jangan norak deh, Oh iya gue ngebuka hati gue itu bukan tandanya kita pacatan ya!" ledek Sekar centil kemudian menekan perkataan terakhirnya.

Melihat Sekar yang terus tertawa, Dewa pun semakin gemas dengan gadis tersebut.

"Pantes aja kamu kurus, makanannya aja yang mentah-mentah," kata Dewa sambil mengacak rambut Sekar gemas. "Pokoknya aku tetep menganggap kita udah jadian," tegasnya.

Sontak Sekar sedikit terkejut, tangannya reflek memegang pergelangan tangan Dewa yang sedang berada di atas kepalannya itu. Sedetik kemudian susana hening, menyisahkan sebuah scane romantis layaknya di film-film drama asal korea.

"Lepas ah Wa, rambut gue rusak deh, Seterah lo aja." tepik Sekar cemberut.

Dewa pun kembali tersenyum tipis. "Kalau rusak tinggal ke salon lagi,"

"Aku yang bayar, aku tungguin kamu nyalon juga," tambahnya lagi, Dewa kemudian mengangkat kedua alisnya genit. Membuat Sekar menjadi malu, sehingga ia merasakan sebuah kehangatan yang selama ini hilang.

"Kenapa gue jadi ngerasa nyaman sama dia ya? padahal gue rasa hati gue masih di dominasi sama cinta Baskara. Dan sekarang gue rasa cinta tersebut tergeser secara perlahan sama kasih sayang Dewa? apa ini tanda-tanda move on?" batin Sekar.

***

Bagaskara memandang ponsel miliknya, "Udah lama gue gak kabaran sama nyokap, sekarang gimana ya kabar nyokap di bandung?"

Rasa kangen kini hadir di dalam tubuh pria berperawakan kurus itu, dengan cepat ia langsung mencari kontak ibunya.

Tut... Tut.. Tut.. panggilan tersambung.

Namun beberapa detik kemudian panggilan tersebut terputus. Tidak ada yang mengangkatnya, "Kok gak di angkat sih?" batin Bagaskara. Rasa cemas pun mulai hadir.

"Nyokap baik-baik aja kan? apa gue telfon bi Ani aja kali ya,"

Kemudian Bagaskara menelefon bi Ani, salah satu pembantu yang mengurus rumah ibunya di bandung itu. Dan kali ini panggilannya pun terhubung,

"Hallo, bi Ani?"

"Iya, ini tuan Baskara ya?" jawab Bi Ani tahu.

"Iya bi ini Baskara, oh iya... mamah ada bi?"

MY TWINS CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang