"Su-suka? Gak mungkin lah," elak Bagaskara sementara Baskara menatapnya tajam.
"Cih!"
"Munafik- terus, apa alasan lo masih mau bertahan di sini? Sedangkan tugas lo udah kelar? Tandanya lo ada rasa kan sama cewek gue?" tandas Baskara keras.
"Lo kenapa sih Bas? oke kalau mau lo kaya gitu. Gue udah berusaha buat ngebantu lo ya, tapi apa balasan lo? lo malah nyudutin gue kaya gitu? gue bakal balik lagi ke Amerika minggu ini, itu yang lo mau kan?" balas Bagaskara emosi.
Mendengar perkataa itu Baskara terdiam. Ada sedikit rasa bersalah tapi ia tidak menjawab apapun setelah itu.
"Kenapa lo diem?" tekan Bagaskara.
Baskara menelan ludahnya dengan susah payah, menoleh ke arah Jendela seolah enggan untuk menatap mata sang kaka. "Ya-yaudah baguslah," jawab adiknya itu singkat, membuat Bagaskara semakin geram.
Bagaskara berdesis. "Nih Handphone lo, mulai sekarang gue gak bakal keluar dari Apartemen sampai beberapa hari. jadi suka-suka lo dah mau ngapain sama cewek lo itu! Gue bakal mesen tiket pesawat. setelah itu lo gak usah minta bantuan gue lagi. Lo bebas mau ngapain aja Bas. Jadi, lo gak perlu takut cewek lo bakal suka sama gue, ngerti?" jelas Bagaskara sambil memberikan handphone milik Baskara lalu mengambil handphone miliknya. Bagaskara kemudian beranjak ke atas kasur lalu berbaring dan menatap langit-langit kamar apartemen milik Adiknya itu.
Sementara Baskara masih tertegun mendengar semua penjelasan Bagaskara.
"Kenapa lo masih di situ? lo gak jadi nemuin cewek lo?" sindir Bagaskara sambil melirik.
Baskara hanya menoleh, setelah itu ia langsung keluar dari Apartemennya tanpa sepatah kata pun.
***
Sekar merebahkan tubuhnya di kasur. Semua urusan dan pekerjaannya hari ini sungguh melelahkan baginya. Ia terlelap di atas kasur beberapa menit sampai akhirnya suara panggilan ponsel membuatnya terbangun.
Dalam keadaan setengah sadar, sayup-sayup mata Sekar melihat layar ponsel miliknya. Terlihat nama Baskara.
Dengan sigap gadis itu seakan langsung segar kembali. Matanya terbelalak melihat nama yang memanggilnya kali ini.
"Ini beneran Babas? tapi? mau apa lagi?" batin Sekar sebelum mengangkat panggilan tersebut.
Sedetik kemudian gadis itu mengangkatnya. "Hallo?"
"Ha? ketemuan? mau ngapain lagi sih Bas?"
"Gak! gue capek!"
Sekar berusaha menolek, mungkin hatinya sudah capek selalu di permainkan oleh perasaan Baskara yang terbilang labil.
"Gue baru pulang kerja Bas, gue gak bisa!"
Sekar langsung menutup ponselnya. Ia melempar ponselnya ke atas kasur lalu menyilangkan kedua tangannya sambil memasang wajah sebal.
"Siapa yang peduli lagi sama lo!"
"Gue gak bakal mau lagi jadi orang bodoh yang ngejar-ngejar lo Bas!" Sekar terus bergerutuk. Mungkin ini salah satu jalan untuk melampiaskan segala kekesalannya.
Semenit ia menatap ponsel miliknya yang tergeletak di atas kasur, Entah Apa yang sedang gadis itu pikirkan.
"Kok Babas gak telfon gue lagi? seharusnya kalau dia bener-bener masih cinta sama gue ya telfon gue lagi lah!" wajah Sekar terlihat semakin kesal.
Ia berdesis lalu mengambil ponselnya dan sesekali menyalahkan kembali layar ponsel miliknya untuk mengetahui apakah ada notifikasi yang masuk.
"Ahhh... Ini guenya yang masih berharap atau gimana sih? lu bego banget si Sekar tadi kenapa nolak tawaran makan malamnya?" batin Sekar seakan menyesali.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWINS CEO
Teen FictionBaskara, Seorang CEO di PT Market Sejahtera dengan terpaksa harus bertukar posisi dengan saudara kembarnya, Bagaskara. Karena suatu masalah, Sehingga membuat kekasihnya, Sekar harus mencintai orang yang salah. Dia malah harus berjuang menggapai cint...