"Gue serius, gue gak bohong!" kedua mata Baskara menatap tajam Bagaskara. Menandakan sebuah kebenaran yang terpancar.
Bagaskara langsung terdiam. Dirinya masih belum menerima hal tersebut.
"Lo.. gak boleh pergi Bas, lo harus kuat!" ucap Bagaskara memberi semangat.
Baskara menunduk lesuh, "gue bakal berusaha untuk itu..." ia kembali mendongkakan kepalanya, menatap lurus ke arah sang Kaka, "tapi lo harus bantu gue." pinta Baskara.
Bagaskara tersenyum haru, semangatnya terpancar kembali dari raut wajahnya, "Iya... gue pasti bantu lo! apa yang bisa gue bantu? tanya Bagaskara menuruti kemauan sang Adik.
"Lo harus jadi gue!" jawab Baskara.
Bagaskara kembali terdiam, senyum semangat yang telah berkobar kembali menutup .
"Maksod lo?" herannya.
Baskara mengambil nametagnya. lalu melempar nametag tersebut ke arah Bagaskara.
"Maksudnya?" tanya Bagaskara tak paham.
Baskara mendengus sebal, "Mulai besok lo jadi gue, lo yang bakal jadi CEO di perusahaan gue, lo yang bakal mengatur semuanya. pokoknya Perusahaan gue ada di tangan lo! lo harus bisa ngejalanin perusahaan itu dengan baik." jelas Baskara.
"Ta.."
Belum selesai Bagaskara menjawab, Baskara pun langsung memotong ucapannya.
"Gak ada tapi-tapian, lo harus mau! inget nama lo nanti adalah Baskara bukan Bagaskara." Baskara kembali menjelaskan.
Bagaskara hanya mematung, menatap nametag Baskara yang baru saja di pegangnya.
"Terus... kalo mereka tahu gue bukan lo gimana?" takut Bagaskara.
Baskara memutar bola matanya, "lo di sekolahin kan? ya lo sebisa mungkin harus bersikap kaya gue. Cuek, Gak banyak ngomong, dan Pinter!" jawab Baskara dengan memuji dirinya sendiri.
"Tapi- sikap dan sifat gue itu beda banget sama lo Bas, gimana bisa?" Bagaskara masih tak yakin.
"Udah gue bilang gak ada tapi-tapian... katanya, lo.... ahhkk!"
Belum sempat Baskara kembali melanjutkan omongannya, tiba-tiba kepalanya terasa sakit.
"Bas... lo kenapa? suster...." Teriak Bagaskara panik.
Suster yang menjaga di luar ruangannya pun kemudian masuk.
"Tolong sus, Adik saya kenapa?" Bagaskara sangat Panik.
Raut wajahnya berbubah pucat dengan dahi yang basah akan keringat.
"Shhht... Ahhh." Baskara terus mendesah sakit.
Suster pun memberikan penanganan ringan dengan mengambil alat pernafasan lalu memasangnya ke hidung dan mulut Baskara.
Baskara pun kembali di baringkan, dengan penanganan yang di berikan, sedikit demi sedikit Baskara tidak lagi mengerang sakit.
"Dia hanya butuh Istirahat, Tekanan darahnya naik, saya harap Pak Bas jangan terlalu banyak berbicara dahulu." ucap Suster tersebut memberi penjelasan.
Setelah itu suster tersebut pun kembali keluar. Bagaskara yang melihat kondisi Adiknya yang bertambah parah hanya bisa mengelus dada. Berharap tuhan memberikan mukjijat kesembuhan untuknya, mengingat penyakit yang di deritanya bukan penyakit biasa.
Baskara pun memejamkan matanya, berusaha tenang dan menerima secara Ikhlas penyakitnya.
Bagaskara yang melihat sang Adik kembali tertidur, berusaha mendekatkan wajahnya ke wajah adiknya itu.
"Gue bakal turutin kemauan lo, gue mohon lo bisa secepatnya sembuh. Walau dengan perbandingan 1 banding 100." bisik Bagaskara pelan tepat di telinga Baskara. Ia pun meneteskan air matanya, lalu memeluk Baskara dengan lembut. Sebagaimana kasih sayang seorang kaka kepada Adiknya.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
KAFE 24.
"Disini Baskara mutusin gue, dan gue sekarang malah kesini lagi? lo kenapa sih Sekar! Baskara itu udah gak suka sama lo!!!" kesal Sekar pada dirinya sendiri.
Sambil mengaduk-aduk es Kopi susu Favoritenya. Ia terus memikirkan kejadian-kejadian indah bersama baskara. Sekar terenyum-senyum sendiri. Bayangan Baskara sangat indah untuk di bayangkan, sisi romantisnya lah yang membuat Sekar sulit move on dalam waktu singkat.
DRRRT DRRRT DRRT
Suara panggilan telepon membuyarkan khayalan Sekar..
Sekar berdesis.
"Siapa lagi?" gerutuknya.Ia pun segera mengangkat panggilan dari nomer yang tidak di kenal.
"What? siapa ini?" batinnya.
"Halo-" panggil Sekar.
"Dengan mbak Sekar?" terdengar suara seorang wanita kepadanya.
"I..iya saya sendiri" jawab Sekar sedikit gugup.
"Saya Wina, salah satu pegawai dari PT Market Sejahtera mengundang anda untuk meeting. Membahas soal jasa periklanan yang di ajukan oleh Biro Iklan anda."
Sekar sedikit berpikir, siapa yang menawarkan jasa Iklan ke perusahaan ini. Apa si Retno? ia menerka-nerka.
"Halo- bagaimana Mba Sekar? apakah mba bisa menghadiri meeting tersebut?" wanita tersebut kembali bertanya.
Sekar mengangkat kedua bagian bibirnya, "Sebentar ya..."
"tadi dari perusahaan apa ya kalau boleh tahu?" tanya Sekar sambil merobek sebuah kertas untuk menulis nama perusahaan tersebut.
"Dari PT Market Sejahtera mbak.." jawabnya.
Setelah itu Sekar pun meulisnya, "ini kan perusahaan Baskara?" kejut Sekar.
"Gue bisa ketemu dia dong nanti?"batinnya. Sekar tersenyum lebar kemudian berdiri dari bangkunya.
"Yesss! Gue ketemu dia!" cetus Sekar sambil mengidik kedua tangannya.
"Halo- mbak Sekar ada apa ya?" wanita itu kembali lagi bertanya.
Sekar yang terlalu bahagia sampai lupa kalau dirinya masih berteleponan dengan Wina.
"Ohh iya-iya, maaf... saya terima dan saya bisa!" jelas Sekar semangat 45.
Setelah mengetahui jawaban Sekar, mba Wina selaku pegawai dalam urusan iklan segera memberi jadwal Meeting kepada Sekar. Sekar pun meloncat-loncat kegirangan, ia tak menyangka kalau tuhan akan mempertemukan Baskara lagi kepadanya.
"mbak Ini billnya" ucap seorang pelayan Kafe 24 mengagetkan Sekar yang masih meloncat-loncat kegirangan.
Sekar terdiam malu saat mengetahui pelayan tersebut menunggu dirinya untuk membayar.
"Eheheheh" Sekar tersenyum kuda.
"Jadi berapa?" tanya Sekar merubah ekspresinya menjdi sinis dengan cepat.
"itu mbak di meja billnya, bisa di lihat..."
Sekar pun mengambil bill tersebut dengan sedikit kesal, "ganggu orang lagi seneng aja nih emak-emak" gerutuk Sekar dalam hati lalu mengambil uang dari dalam tasnya.
"Nih" Sekar pun menyodorkan uang untuk membayar minumannya, "kembalinya mbak?" tanya Pelayan wanita tersebut, "Ambil aja, buat beli kebahagian." jawab Sekar sadis sambil berjalan pergi meninggalkan kafe tersebut.
Pelayan tersebut menyorot tajam ke arah Sekar, sambil meledek-ledeknya dari belakang tanpa Sekar mengetahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TWINS CEO
Teen FictionBaskara, Seorang CEO di PT Market Sejahtera dengan terpaksa harus bertukar posisi dengan saudara kembarnya, Bagaskara. Karena suatu masalah, Sehingga membuat kekasihnya, Sekar harus mencintai orang yang salah. Dia malah harus berjuang menggapai cint...