Part 8.6 - Proyek Iklan

622 32 9
                                    

Setelah itu Sekar dan Bella pun segera menghampiri Staff LCMedia lainnya, yang sudah menunggu di sebuah Kafe Tradisonal.

Sesampainya di sana, sudah banyak sekali masyarakat bali serta turis yang berkunjung. Proses syuting pun terlihat sedikit terkendala karena, beberapa orang sering kali berjalan menghalangi kamera.

"Gila Brayen, ini mah susah banget... Sumpah. Lagi rame-ramenya nih Kafe." keluh Dewa yang sedari tadi berdiri di depan kamera. Ia sudah siap memulai aktingnya.

Brayen berdesis pusing, ia memegang kepalanya beberapa kali, "Mau dimana lagi? cuma kafe ini doang yang bagus.." jawabnya.

Melihat semua Staff LCMedia tidak memulai pengambilan video, membuat Sekar menghela nafas panjang. Bersama Bella ia pun berjalan mendekat ke arah Brayen.

"Siapa suruh pindah ke sini?" celetuk Sekar tiba-tiba membuat pasang mata menyorot ke arahnya.

Brayen gugup, "Gue Kar, ya sebenernya gue juga udah minta ijin sama pemilik kafe di sini. Cuma karena kondisi sekarang lagi rame ya... Jadinya gini," jawab Brayen memberi penjelasan.

"Lagi lo kemana aja sih Kar? pacaran mulu sih," sunggut Dewa tak punya otak.

Mendengar Dewa menyeletuk asal, mata Sekar kembali membulat. Tangannya mengepal kencang seolah menahan emosi, "Tahu apa lo Wa?" tanya Sekar sinis.

Dewa hanya tersenyum, tak menggubris pertanyaan Sekar yang cukup tak mengenakan.

"Udah dong, Berantem lagi- berantem lagi? mau sampai kapan nih proyek? deadline kita cuma tiga hari ya..." ucap Bella tiba-tiba memberi nasihat di tengah-tengah emosi yang mulai memanas.

Sekar mengehela nafas berat, berusaha tenang. "Yaudah... biar cepet kelar, kita ambil  scane yang lainnya dulu. Kita cari lokasi buat scane terakhir. Biar scane di kafe ini kita laksanakan besok pagi aja, selagi masih sepi. Ini juga udah jam dua siang, nanti keburu sore." jelas Sekar memberi pengarahan.

"Satu lagi, Brayen lo ikut gue sekarang. Kita bakal ada meeting privat sama Baskara. Buat yang lainnya, tolong handel pekerjaan Brayen ya.. Gue perkirakan bakal balik lagi ke tempat syuting kira-kira setengah jam-an." tambah Sekar.

Brayen menunjuk dirinya sendiri," gue? gak salah lo?" sahut Brayen bingung.

"Yaiya lah elo," ucap Sekar.

Brayen menghela nafas pasrah, "kenapa harus gue sih?" batinnya.

Karena muka lo ganteng, bego! Jadi bisa buat umpan, biar bikin si Babas cemburu.

Kasian gue jadi Brayen!

Setelah Sekar berbicara, Bella pun memandang Dewa dengan tajam, "ngapain lo liatain gue gitu Bell?" sunggut Dewa seakan sadar dengan tatapan Bella.

"Lo gak nyadar ya? itu bawah bibir lo kenapa ada bercak liptin?" tanya Bella .

What!

Setelah proses syuting tadi apakah tidak ada yang sadar akan hal itu? kenapa harus Bella yang sadar?

Sekar menepok jidatnya. Pikirannya kembali di penuhi oleh rasa ketakutan.

"Kenapa lo gak elap sih Dewa!!!!" batin Sekar seperti mau menangis.

Memang bercak liptin tersebut sangat tipis dan tidak terlalu jelas. Namun jika di perhatiakan lebih baik lagi maka itu pasti akan sangat terlihat.

"Oh ini, tadi si Ayuni kali nih ngasih liptinnya gak bener!?" jawab Dewa memberi alasan.

MY TWINS CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang