Part 8.7 - Proyek Iklan

714 27 5
                                    

Setelah Hampir ketahuan oleh Bagaskara, Sekar kembali lagi ke niat awalnya. Dia pun langsung menuju ke Toilet setelah itu kembali lagi untuk menemui Brayen.

"Semoga Aja Baskara gak liat gue..." Sekar was-was dalam hatinya.

Saat ia kembali lagi, ternyata di sana sudah terlihat Brayen, Bagaskara, dan April.

Mereka duduk di meja bernomer 14, langsung saja Sekar menghampirinya.

Dengan raut wajah yang masih tegang dan gugup, Sekar berusaha tenang meski sikapnya terlihat kikuk. Dengan hati-hati, Sekar menyapa Bagaskara setelah itu menarik bangkunya secara perlahan namun pasti.

"Dari mana aja lo?" tanya Bagaskara dingin sedikit membuat Sekar tersentak kaget. Jantungnya seakan di permainkan oleh suara pria di depannya kali ini.

"Maaf ya Babas, tadi Sekar habis dari toilet... Gak nunggu lama kan?" jawab Sekar setelah itu duduk. Nadanya pun masih terbilang lembut dan lesuh.

Ia masih menatap Bagaskara kaku, Masih memikirkan kejadian tadi di toilet. "Semoga aja dia bener-bener gak ngeliat." Sekar bedoa terus dalam hatinya.

Bagaskara beralih memandang Brayen , diikuti dengan April. "Oke jadi kita mulai saja meeting yang hanya sebentar ini. Saya gak akan mempermasalahkan tentang kenapa kamu bisa telat, akan panjang nantinya." imbuh Bagaskara dengan tatapan lurus ke arah Brayen, seolah tak ingin menatap Sekar.

April hanya mangut-mangut mendengar Bagaskara memulai meetingnya.

Sekar mencoba fokus, Dan mulai menatap Bagaskara kembali. Dengan sekuat tenaga dia menahan gugup. Entah kenapa Sekar merasakan panik dan tegang ini terus menerus. Tidak bisa hilang, tidak seperti biasanya. Seolah kali ini dia memang benar-benar tertekan. Ya , Jika sampai Bagaskara tahu dia menguping pembicaraannya entahlah akan jadi apa Sekar nantinya.

Brayen menoleh ka arah Sekar sebentar, "Maaf Pak Bas, sebentar ya," potong Brayen kepada Bagaskara. Memberhentikan bos tersebut  yang sedang berbicara. Setelah itu Brayen mendekatkan mulutnya ke arah telinga gadis yang ada di sampingnya itu, "Lo kenapa sih Kar,?" bisiknya.

Dahi Sekar berkeringat, "Engga gue gak apa-apa udah kita fokus lagi aja, jangan mentingin gue." bisik Sekar kembali memberi jawaban.

Brayen mengangkat satu alisnya seolah tak percaya dengan jawaban dari Sekar, Setelah itu Dia kembali lagi menyuruh Bagaskara untuk melanjutkan pembicaraannya.

April mengarah sinis,"Apa ada masalah?" sunggutnya tiba-tiba.

Sekar menggelengkan tangan dan kepalanya, dengan menyengir kuda ia mengatakan "Tidak, Tidak ada apa-apa."

April mengkerucutkan bibirnya, sedikit mengangguk, "Oke gue harap lo semua bisa fokus sama pembicaraan Baskara sekarang ya," tegasnya sedikit menekan.

Sekar hanya bisa tersenyum, menutupi kegugupannya kemudian memperhatikan lagi Bagaskara. Begitu juga dengan Brayen.

"Jadi Saya akan membahas soal pembiayaan dari proyek ini. Mohon di pahami baik-baik." jelas Bagaskara. Sesekali dia melihat Handphonenya membaca pesan dari Baskara. yang sudah menulis semua pembahasan meeting yang di minta olehnya.

Sebelum meeting di mulai Bagaskara memang selalu bertanya kepada Adiknya tersebut. Karena memang Baskara yang lebih paham dengan Perusahaannya ketimbang Bagaskara yang masih sangat awam untuk mengelola perusahaan besar ini, maka dari itu Bagaskara selalu meminta pendapat mengenai proyek yang sedang ia garap. Tak heran jika Baskara selalu mengirim penjelasannya lewat chat, setelah itu Bagaskara tinggal menjelaskannya lagi kepada klien. Begitulah kiranya Drama antara Adik dan Kaka ini bisa berjalan dengan lancar.

MY TWINS CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang