•PROLOG•

9.3K 238 6
                                    

Suasana di aula sebuah Sekolah Menengah Pertama itu tampak ramai oleh orang-orang yang mengenakan pakaian adat Jawa khususnya perempuan, karena para kaum laki-laki mengenakan setelan jas berdasi. Mereka tampak bahagia saat berada di sana dengan ditemani orangtua maupun kerabat. Ya, hari ini adalah hari perpisahan atau hari wisuda untuk kelas 9 di SMP itu.


"Kalian mau lanjut ke mana habis ini?" tanya seorang laki-laki pada keempat orang sahabatnya.

"Gue sih mau lanjut ke Nusa," jawab satu-satunya perempuan yang duduk bersama empat orang laki-laki tersebut.

"Iya deh. Lo kan pinter San, lah kita mah apa?" sahut Farel, laki-laki yang duduk di samping perempuan tadi.

"Ya jangan gitu dong. Kan jadi gede kepala gue. Padahal gue ngerasa kalo gue ini gak pinter-pinter banget. PR aja nyontek masa dibilang pinter." Perempuan itu berkata kemudian tertawa.

"Kalian sendiri mau lanjut ke mana?" tanya perempuan itu pada empat laki-laki yang sedang duduk bersamanya.

"Gue mau ke Taruna," jawab laki-laki yang duduk di paling kanan, Doni.

"Gue juga," jawab Bayu, laki-laki yang duduk di samping Doni.

"Gue sih mau ke Pelita," ucap Farel.

"Kalo gue mau masuk Harapan aja deh," jawaban ini keluar dari mulut laki-laki yang duduk di sebelah Sandra, Alif.

Jawaban berbeda terlontar dari mulut keempat laki-laki itu saat ditanya Sandra, nama si perempuan tentang lanjutan sekolah mereka.

"Lo bener mau masuk Taruna Di?" tanya Doni.

Bayu mengangguk menjawab pertanyaan Doni padanya.

"Berarti kita kepisah dong," ucap Sandra dengan wajah sedihnya.

"Lo jangan gitu dong San, kan kita jadi ikut sedih." Doni mendekat ke arah Sandra diikuti ketiga laki-laki lainnya.

Mereka berlima kemudian berpelukan bersama tanpa merasa risih dengan orang-orang di sekitar yang memperhatikan mereka.

"Udah dong lepas, ntar dikira gue cewek apaan. Sekali peluk langsung empat cowok." Sandra berkata sambil tertawa dan kemudian terlepaslah pelukan dari empat laki-laki itu.

"Ye, cewek lain mah seneng dipeluk sama orang ganteng kaya kita, lah elo?" cibir Alif setelah melepas pelukan.

"Lo lupa? Sandra bukan cewek kali," sahut Doni dengan senyum mengejeknya.

"Iya, Sandra tuh cowok." Farel ikut bersuara.

"Lo semua salah. Sandra itu cewek yang berjiwa cowok. Bukan begitu Sandra?" ucap Bayu membenarkan ucapan ketiga sahabatnya yang salah.

"Betul! Seratus deh buat lo Di. Lo emang best pren gue." Sandra berkata sambil mengangkat dua jempolnya ke udara.

"Iya deh iya, kita mah apa?" ucap ketiga laki-laki lainnya dengan kesal.

"Baperan lo semua," cibir Sandra.

"Mending kita foto, kan nanti abis lulus pasti jadi jarang ketemu. Walaupun rumah juga gak jauh-jauh amat. Bisa buat kenang-kenangan lah." Sandra mengambil ponsel dari saku jas yang dikenakan Farel yang membuat laki-laki itu mendengus kesal.

"Eh, Nis fotoin kita dong." Sandra memanggil Nisa, teman sekelasnya yang kebetulan lewat untuk memfotokannya bersama keempat laki-laki tersebut.

"Ih ini ribet banget sih harus pake kebaya segala." Sandra menggerutu sambil sesekali menaikkan jarik batik yang dipakainya.

"Lagian. Lo kan cowok, ngapain pake kebaya segala?" ucap Farel.

"Sandra bukan cowok, tapi jiwanya yang cowok!" serobot Bayu.

"Buruan Woy!" seruan Nisa membuat kelima orang itu memasang pose mereka masing-masing.

Pose pertama, mereka saling merangkul bahu satu sama lain seraya tertawa lebar dengan posisi Doni berada di paling kanan disusul Alif, Sandra yang berada di tengah kemudian Bayu, dan yang paling ujung kiri adalah Farel.

Untuk pose kedua, mereka semua bergaya bebas. Dan untuk pose ketiga, lima orang tersebut melompat tinggi. Walaupun Sandra sedang memakai kebaya, namun nyatanya ia tetap bisa melompat dengan tinggi.

***


3 April 2019

Harumi

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang