•SEMBILAN•

1.7K 88 0
                                    

[Edisi Revisi 21.06.19]

Pagi ini Sandra sarapan bersama kedua orang tuanya. Hal yang mungkin jarang terjadi karena kadang ayahnya, Wijaya ke luar kota untuk melakukan operasi di beberapa rumah sakit besar di kota tersebut karena Wijaya termasuk dokter yang sudah senior di bidangnya.

Dokter spesialis penyakit dalam.

Hari ini pun ia akan bertolak ke Jakarta untuk melakukan operasi usus buntu di salah satu rumah sakit ternama di sana.

"Pagi Ma, Pa." Sandra ikut bergabung bersama kedua orang tuanya yang sudah berada di meja makan.

"Pagi sayang," jawab Wijaya yang tengah menyesap kopi.

"Papa jadi berangkat nanti?" tanya Sandra seyelah mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan papanya.

"Iya. Tapi masih nanti agak siang." jawab Wijaya.

"Oh iya San. Mama besok juga mau nyusul Papa ke sana, soalnya saudara jauh ada yang nikah di sana. Kamu di sini gak papa kan?" tanya Lita.

Sandra memang sudah biasa seperti ini. Ditinggal papanya untuk melakukan operasi di luar kota dan kadang mamanya juga ikut untuk menemani suaminya. Jadi ia sudah terbiasa ditinggal kedua orang tuanya seperti ini, mungkin besok ia akan menginap di rumah salah satu dari keempat sahabat kampretnya itu.

"Mama kemarin udah ngomong sama Mamanya Farel, katanya kamu nginep di sana aja. Darel juga pulang hari ini katanya." terbukti, Sandra pasti akan menginap di rumah salah satu dari keempat laki-laki yang gesrek itu.

"Iya deh Ma, padahal San pengen nginep di tempatnya Alif aja." ucap Sandra dengan wajah ditekuk.

"Loh, emang kenapa?" tanya Lita.

"San ada PR matematika. Kan kalo sama Alif pasti bisa ngerjainnya." jawab Sandra.

Lita menghela napas.

"Itu mah bisa karena Alif yang ngerjain, bukan kamu." ledek Lita sementara Sandra hanya nyengir.

"Iya, palingan nanti pas Alif ngerjain kamu tinggal tidur." sambung Wijaya menanggapi ucapan istrinya.

"Udah ayo. Papa anterin sekolahnya," ucap Wijaya kemudian berdiri diikuti Sandra di belakangnya.

°°°

Bel pulang sekolah baru berbunyi beberapa menit yang lalu, namun kelas Sandra kini sudah sepi karena para penghuninya sudah berlari secepat kilat agar tidak terjebak macet di koridor sekolah.

Saat keluar kelas, ia menyempatkan untuk menengok ke arah kanan entah untuk apa. Namun sepertinya keberuntungan sedang berpihak kepadanya.

Di depan pintu kelas IPA 4, berdiri seorang laki-laki yang entah sejak kapan telah menarik hatinya.

Abimanyu Pratama.

Laki-laki yang tengah berdiri di depan pintu kelasnya itu terlihat sedang berbicara dengan temannya, mungkin. Sandra pun tidak tahu.

Dan hal yang membuat Sandra betah memandangi laki-laki itu karena sedari tadi Bima menampilkan senyumnya yang sangat manis menurut Sandra saat berbicara dengan temannya itu.

Tanpa diduga, Bima mengalihkan pandangannya ke arah Sandra yang sontak saja membuat gadis itu juga mengalihkan pandangannya dan berjalan meninggalkan kelas sambil berusaha menutupi rasa malunya karena telah tertangkap basah telah memperhatikan laki-laki yang sekarang masih menatapnya itu.

Sampai di pintu gerbang sekolah, ia berdiri sambil sesekali melihat ke arah jalan raya yang cukup ramai kendaraan itu.

Tin tin

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang