•DUA BELAS•

1.5K 70 0
                                    

[Edisi Revisi 21.06.19]

"Thank you Farel." ucap Sandra sesaat setelah dirinya turun dari motor milik Farel yang berhenti tak jauh dari gerbang sekolahnya.

Sandra kemudian berjalan memasuki area sekolahnya dengan langkah santainya. Dari arah parkiran motor siswa, ia bisa melihat siluet laki-laki yang seharian kemarin tak terlihat keberadaannya.

Laki-laki itu berjalan tanpa mengetahui jika sedari tadi ia menjadi sasaran pandangan Sandra.

"Udah sembuh dia." gumam Sandra sambil mengikuti langkah laki-laki itu dari belakang. Tentunya tanpa sepengetahuan laki-laki yang diikuti langkahnya.

Bima menghentikan langkahnya, begitupun dengan Sandra yang masih mengikuti langkahnya dari jarak yang tidak terlalu jauh. Laki-laki itu berhenti karena ada seorang perempuan yang menyapanya dan juga mengobrol dengannya.

"Siapa sih tu cewek? Ganggu pemandangan aja." gerutu Sandra tak suka pada perempuan yang masih asyik berbicara dengan Bima. Sandra tiba-tiba merasa tak suka pada perempuan itu, bukan hanya karena telah mengganggu pemandangannya, tapi juga karena perempuan itu bisa mengobrol dengan Bima sedangkan dirinya tidak.

Obrolan kedua orang itu tak lama terhenti. Si perempuan kembali berjalan ke arah yang berlawanan dengan Bima dan Sandra yang mengikutinya.

"Suka kali ya dia sama Bima, PDKT gitu. Tapi, masa yang ceweknya sih yang maju, gak banget." ucap Sandra setelah perempuan itu berlalu.

"Weh, gimana Bim, udah sehat?" suara tersebut membuat Sandra terkejut. Laki-laki yang sejak tadi terus ia ikuti kini telah sampai di depan kelasnya. Dan kini sedang mengobrol dengan kedua temannya.

"Manis banget Ya Allah." ucap Sandra saat melihat Bima menampilkan lengkung senyum di bibirnya hingga tak sadar, gadis itu tersenyum.

"Woy! Ngintip siapa lo?" seseorang menepuk bahu Sandra tiba-tiba.

Sandra langsung menarik tangan Ayu agar bersembunyi di balik pintu kelas mereka agar tidak ketahuan jika Sandra sedari tadi sedang mengintip laki-laki yang masih berdiri di depan kelas IPA 4 itu.

"Ngintip siapa lo?" tanya Ayu lagi karena pertanyaan sebelumnya belum terjawab.

"Gue gak ngintip."

Baru saja Ayu akan mengajukan pertanyaan kembali, tiba-tiba Mila, teman sekelasnya memanggil Ayu dari dalam kelas. Sandra bisa bernapas lega karena Ayu tidak jadi bertanya tentang mengintip.

Sandra kembali melongokkan kepalanya untuk melihat laki-laki yang sepertinya masih berdiri di depan pintu kelas yang berada di samping kelasnya. Tiba-tiba Bima menolehkan kepalanya tepat saat Sandra juga tengah melihat ke arahnya.

Dengan segera gadis itu kembali menarik kepalanya masuk ke dalam pintu kelasnya.

"Bego banget sih gue." rutuk gadis itu sambil berjalan menuju bangkunya.

Sementara di luar kelas, Bima yang sempat melihat kelakuan Sandra hanya tersenyum.

°°°

"Lo tadi ngeliatin siapa sih San?" Sandra mendengus kesal karena Ayu masih menanyakan pertanyaan yang sama dengan tadi pagi.

"Gue gak ngeliatin siapa-siapa Yu." jawabnya untuk yang kesekian kalinya.

"Lo suka sama anak kelas sebelah?" tebak Ayu yang sebenarnya tepat sasaran. Namun, pertanyaan tersebut justru membuat Sandra berpikir.

Gue emang suka sama dia. Tapi, apa dia mau sama cewek modelan gue kaya gini? Dia kan pendiem anaknya. Sedangkan gue, cerewet, gak bisa diem, tomboy? Mungkin iya juga. Batinnya yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ayu tadi.

"Woy! Malah ngelamun lo." Sandra kembali ke alam sadarnya setelah Ayu menepuk punggungnya cukup keras.

"Apa?" tanya Sandra.

"Pikun lo. Baru juga gue tanya, masa udah lupa?" Sandra kembali mendengus mendengar ejekan dari Ayu yang mengatakan jika dirinya pikun.

"Lo ada suka sama anak kelas sebelah?" pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya keluar dari bibir Ayu.

"I-" baru saja akan menjawab pertanyaan Ayu, bel pulang sekolah berbunyi yang membuat ucapannya terhenti.

"Gimana?" tanya Ayu karena tadi Sandra belum sempat menjawab dan sudah terpotong suara bel.

"Ya enggaklah." ucap Sandra yang sebenarnya tak yakin dengan jawabannya sendiri.

"Iya juga gak papa kali," ucap Ayu kemudian tertawa.

Huh. Untung gak tanya lagi. Ucap Sandra dalam hati.

"Gue duluan ya San," ucap Ayu tak lama setelah guru yang mengajar pada jam terakhir tersebut keluar kelas.

Sandra berjalan sendiri keluar saat keluar dari kelasnya. Menapakkan kakinya di lantai koridor yang masih ramai oleh lalu lalang para penghuni sekolah yang baru keluar dari kelasnya masing-masing.

Dengan sepasang earphone yang bertengger manis di kedua telinganya, gadis itu berjalan sendiri menyusuri koridor sambil sesekali menganggukkan kepalanya mengikuti irama lagu yang diputar dari ponselnya.

Sampai di gerbang depan sekolah, ia menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari angkutan umum yang biasa lewat. Namun ternyata tak ada satupun yang melintas.

"Adi!" Sandra berteriak cukup keras saat ia melihat sosok Bayu yang melintas dengan mengendarai motornya.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu setelah Sandra mendekat ke arahnya.

"Lo mau bonceng?" tanya Bayu yang dibalas gelengan kepala Sandra.

"Gue pengen bonceng sepeda. Yang lain mana?" tanya Sandra.

"Gue sih tadi liat Doni jalan ke parkiran sepeda. Terus pas gue keluar gerbang gue juga liat ada Alif yang pake sepeda juga." jawab Bayu.

"Oh, oke. Gue nungguin mereka aja deh, lo kalo mau duluan gak papa." ucap Sandra.

"Gue temenin. Ntar lo dikira gak ada yang mau mungut lagi, kan kasian gue." ledek Bayu yang dilanjutkan dengan tawanya dan wajah kesal dari Sandra.

Bayu menepikan motornya ke dekat gerbang sekolah Sandra yang cukup teduh karena ada pohon beringin yang cukup besar.

"Bening-bening San. Lo gak ada niat buat ngenalin gue sama anak sini gitu?" celetuk Bayu tiba-tiba membuat Sandra menolehkan kepalanya dari yang sebelumnya menatap ponsel.

"Lo nyuruh gue ngenalin lo sama anak sini, lo serius?" tanya Sandra.

"Oh iya. Gue lupa, lo mana ada kenal sama cewek. Kelakuan aja gak ada cewek-ceweknya, mana mau mereka temenan sama lo."

"Itu tau." ucap Sandra kemudian disusul tawa keduanya.

"Noh mereka." Bayu menunjuk ke arah dua orang laki-laki yang mengendarai sepeda dengan jarak yang tak terlalu jauh dengannya.

"Doni!" lagi, Sandra berteriak memanggil salah satu sahabat gesreknya itu. Membuat beberapa siswa dari sekolahnya juga ikut menatap ke arahnya.

"Ngapain lo berdua nongkrong di sini?" tanya Doni setelah dirinya mendekat ke arah Sandra dan Bayu.

"Nongkrong mbahmu. Gue nungguin lo, lagi pengen dibonceng sepeda." ucap Sandra.

"Yaudah ayo." ucap Doni.

‌Sandra segara naik ke belakang sepeda Doni dan berdiri di atas pijakan yang biasa digunakan untuk membonceng dengan posisi berdiri.

Keempat remaja itu segera beranjak meninggalkan tempat teduh di bawah pohon beringin di dekat gerbang untuk menuju rumah mereka masing-masing.

*****

25 April 2019

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang