•DUA PULUH DELAPAN•

1.3K 69 3
                                    

[Edisi Revisi 23.06.19]

Waktu dua minggu terasa begitu cepat. Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru. Banyak siswa-siswi yang berlalu lalang dengan seragam putih biru mereka saat Sandra sampai di dekat gerbang sekolahnya.

Bruk.

Tubuh Sandra jatuh terduduk di atas tanah yang keras di dekat gedung sekolah. Kejadian serupa dengan yang pernah terjadi satu tahun yang lalu. Dan dengan orang yang sama pula.
Sandra mendongak ketika sebuah tangan terulur saat dirinya masih terduduk di atas tanah. Sementara Bima yang berdiri hanya tersenyum. Dengan ragu Sandra menerima uluran tangan tersebut kemudian berdiri.

"Sorry ya, gue nabrak lo lagi." Sandra meringis malu.

"Hobi banget ya?" Bima menarik sudut bibir kanannya yang malah membuat Sandra semakin tak bisa mengalihkan pandangannya dari laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya ini.

"Hehe." Sandra terkekeh karena ucapan Bima. Namun laki-laki itu kemudian melangkah melewati Sandra yang masih berdiri di tempatnya sambil menatap kepergian laki-laki itu.

"Seenggaknya gue udah ketemu sama dia pagi-pagi gini. Terobati deh rasa kangen gue." gumam Sandra kemudian mulai melangkah.

"Woy! Kangen siapa lo?" seseorang tiba-tiba menepuk pundak Sandra dari belakang dengan cukup keras.

"Eh, apaan sih lo berdua. Ngagetin aja tau gak?" ucap Sandra tak suka.

"Kangen sama siapa lo?" tanya laki-laki itu lagi.

Sandra tak menjawab karena matanya masih mengikuti langkah Bima yang kian menjauh.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Aldi mengikuti arah pandang Sandra dan kemudian tersenyum.

"Oh, kangen sama Bima. Oke-oke." ucapan Aldi tersebut sontak membuat Sandra menoleh.

"Lo naksir kan sama temen gue itu? Ngaku lo." Aldi menunjuk Sandra yang masih diam karena dirinya bingung mau menjawab apa.

"Gue bilangin ah. Woy, Bim!" Sandra langsung membekap mulut Aldi dengan tangannya.

"Mulut lo bisa mingkem gak sih?" ucap Sandra geram.

"Lo beneran suka sama dia?" Dimas yang sedari tadi diam kini mulai mengeluarkan suaranya.

"Huh. Iya," jawab Sandra akhirnya.

"Tapi lo berdua diem aja dong, ya. Jangan bilang-bilang ke dia." Sandra mengatupkan kedua tangannya di depan tubuh.

"Tergantung." jawab Dimas.

"Tergantung apa?" tanya Sandra bingung.

"Tergantung mulutnya dia ember apa enggak." jawab Dimas sambil menunjuk Aldi.

"Eh kodok, awas kalo mulut lo ember ya." peringat Sandra.

"Iye-iye ah. Tapi ada syaratnya." ucap Aldi dengan senyum misteriusnya.

"Apa?"

"Lo harus traktir gue makan hari ini." ucap Aldi membuat mata Sandra membulat. Ia tentu tak mau mengeluarkan uangnya hanya untuk mentraktir Aldi, tentu tidak. Bukankah sudah pernah dikatakan jika Sandra itu termasuk orang yang pelit.

"Gak-gak, gue gak mau." tolak Sandra.

"Pelit lo. Berarti kalo gitu gue gak bisa janji kalo mulut gue gak bakal bilang itu tadi." ucap Aldi akhirnya.

"Serah lo deh. Tapi kalo sampe lo beneran bilang sama Bima, abis lo." Sandra melangkah meninggalkan Aldi yang tengah menertawakannya serta Dimas yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang