•ENAM BELAS•

1.5K 72 1
                                    

[Edisi Revisi 22.06.19]

Sejarah. Pelajaran yang paling membosankan, right? Mata pelajaran satu ini mungkin banyak dibenci oleh kalangan orang yang susah move on. Kenapa? Kalian pasti tau alasannya. Karena sejarah adalah mata pelajaran yang membahas tentang hal-hal atau kejadian yang sudah lampau. Bisa dibilang, sejarah adalah pelajaran yang mengingatkan kita pada masa lalu.

Dan kini kelas Sandra sedang berlangsung pembelajaran mata pelajaran tersebut. Seorang wanita berusia sekitar setengah abad tengah berdiri di depan kelas sambil menjelaskan tentang masa lalu kepada muridnya. Walaupun siswa yang benar-benar memperhatikan bisa dihitung dengan jari.

Tak sedikit siswa yang telah berkelana jauh ke alam mimpinya, apalagi para laki-laki. Tak jauh berbeda dengan teman-temannya, Sandra juga ikut menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya dan ikut menjelajah ke alam mimpi.

"Kalian kerjakan halaman 213. Nanti kalau sudah selesai dikumpulkan di meja ibu. Ibu mau ada rapat dulu." guru yang sedari tadi menjelaskan tentang masa lalu itu berkata sambil membereskan buku yang menjadi bahan ajarnya di atas meja.

"Ketua kelas, nanti bukunya jangan lupa dikumpulkan ya." Ardi yang semula masih menikmati mimpi indahnya langsung terbangun setelah guru tadi memberikan amanah padanya.

"Woy, entar bukunya kumpul di meja guru aja!" seru Ardi yang masih dengan muka bangun tidurnya setelah guru yang mengajar sejarah tadi keluar kelas. Laki-laki itu kembali menyembunyikan kepalanya ke dalam lipatan tangan dan kembali menjemput mimpinya.

Dari 36 siswa di kelas, hanya sekitar delapan anak yang mengerjakan tugas yang tadi diberikan. Sisanya, kebanyakan tidur, ada juga yang malah bergosip ria, ada yang berkeliling kelas untuk mendapatkan jawaban dari teman.

"Woy San, lo mau ngerjain gak?" Ayu menepuk bahu Sandra yang membuat gadis tersebut membuka matanya.

"Apa Yu?" tanya Sandra yang masih setengah sadar.

"Ada tugas, lo mau ngerjain gak?" tanya Ayu lagi. Ia memang tidak tidur seperti Sandra, tapi ia hanya bergabung dalam kelompok rumpi yang kebetulan berkumpul di dekat bangkunya.

"Dikumpul kapan?" tanya Sandra lagi tanpa mengubah posisi.

"Ntar balik." jawab Ayu.

"Males ah. Yang lain juga pada molor kan?" Sandra membenarkan posisinya agar mendapat posisi yang lebih nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

Dua puluh menit berikutnya, Sandra telah sepenuhnya sadar dari tidur siangnya. Ia menatap seisi kelas yang ternyata masih banyak temannya yang sibuk dengan alam mimpinya. Jam pelajaran sejarah adalah dua jam, dan satu jam pelajaran baru saja habis.

Dengan langkah gontai, gadis itu bangkit dari kursinya dan berjalan keluar kelas menuju toilet untuk mencuci wajahnya.

Namun Sandra menghentikan langkahnya beberapa meter dari toilet. Ia melihat seorang laki-laki yang berjalan dengan tangan kiri memegang bagian perut bawah sedangkan tangan kanannya meraba tembok.

Gadis itu terdiam. Sepertinya ia tahu siapa laki-laki itu.

Benar saja. Saat laki-laki itu masuk ke dalam toilet laki-laki, Sandra dapat melihat wajah laki-laki yang seperti sedang menahan sakit itu.

Tak mau ambil pusing, Sandra kembali melanjutkan langkahnya menuju toilet untuk mencuci wajahnya. Tak hanya sekali gadis itu membasuh wajahnya menggunakan air karena wajah bangun tidurnya masih sangat terlihat jika hanya sekali. Setelah basuhan ke lima, baru ia mengelap wajahnya menggunakan tisu yang ia bawa di saku roknya.

"Kelar." ucapnya setelah membuang tisu ke tempat sampah.

Bersamaan dengan ia keluar dari pintu toilet, seseorang juga keluar dari pintu toilet laki-laki. Sosok laki-laki itu langsung mencuri perhatian Sandra. Itu laki-laki yang ia lihat berjalan sambil meraba tembok tadi.

Wajahnya terlihat pucat dan bisa juga terlihat lemas tak bertenaga. Itu yang dilihat Sandra dari laki-laki itu.

Tersenyum. Laki-laki itu melempar senyum pada Sandra meskipun bibirnya terlihat sangat pucat.

Sandra ingin melangkah, namun melihat keadaan laki-laki itu ia menjadi ragu. Laki-laki itu mulai melangkah. Hampir sama seperti tadi, ia berjalan dengan pelan sambil sesekali tangannya bertumpu pada tembok agar tubuhnya tidak ambruk.

Hingga pada langkah ke lima, tubuhnya sudah tidak kuat dan hampir jatuh jika saja Sandra tak segera menahan tubuhnya.

"Lo gak papa?" tanya Sandra khawatir.

Bima menggeleng.

"Gue bantu aja ya, ntar kalo jatuh di sini dan gak ada yang liat kan repot." Sandra membantu Bima berjalan meskipun langkah kaki laki-laki itu pelan.

"Gue anter ke UKS aja ya? Muka lo pucet gitu," Bima tak menjawab. Ia hanya menampilkan seulas senyum di bibir pucatnya.

Jangan terpesona dulu San, lo harus bawa dia ke UKS dulu. Ucap Sandra dalam hati karena melihat senyum laki-laki yang sedang ia tuntun dari samping itu.

Aduh. Mana jantung gue deg-degan lagi, kalo dia denger gimana? Kan kacau. Lagi, Sandra berkata dalam hatinya.

Mereka berdua memasuki ruang UKS yang cukup sepi. Sepertinya sedang tidak ada yang dirawat di UKS sekarang. Sandra menyuruh Bima untuk berbaring di ranjang sementara ia memanggilkan petugas yang jaga.

"Ini udah ada petugasnya. Gue balik kelas dulu ya." ucap Sandra yang di belakangnya ada seorang laki-laki anggota PMR yang sedang bertugas.

"Thanks." Bima berkata pelan karena kondisinya yang lemah, namun ucapannya masih bisa didengar Sandra karena gadis itu berbalik dan membalasnya dengan senyum.

Apa dia bener suka sama gue? Bima tersenyum melihat kepergian Sandra.

°°°

Ayu heran melihat Sandra yang sejak kembali dari toilet tadi lebih banyak diam. Biasanya Sandra akan berteriak heboh di kelas saat mencari contekan tugas. Dan kini, gadis itu tengah menyalin tugas Ayu dengan diam. Tak ada kalimat yang keluar dari mulutnya sedari tadi. Bahkan saat meminjam buku Ayu pun, Sandra hanya berdiri dan mengambil buku Ayu yang sudah dikumpul di meja guru tanpa bicara sepatah kata pun.

Hingga Ayu sempat berpikir, apakah tadi ia berbuat salah pada Sandra hingga gadis itu diam tak berbicara?

Tepat saat bel istirahat kedua berbunyi, bertepatan dengan Sandra yang selesai menyalin tugas dari buku Ayu ke bukunya.

"Lo gak sholat San?" Ayu bertanya pada Sandra karena perempuan yang duduk sebangku dengannya itu tidak ikut mengeluarkan mukena seperti dirinya dan sebagian teman-temannya.

"Ada tamu gue," Ayu mengangguk kemudian melangkah keluar kelas bersama beberapa teman perempuan.

Tiba-tiba Sandra merasakan nyeri pada perutnya. Mungkin bawaan tamu bulanannya. Dengan segera ia melangkah keluar kelas. Tidak berlari, tapi hanya berjalan cepat.

Namun tiba-tiba ia menghentikan langkah. Penglihatannya melihat laki-laki yang tadi ia bantu berjalan ke UKS. Tau siapa? Pasti tau lah.

Laki-laki itu sedang duduk di dalam kelas, namun yang mencuri perhatian Sandra bukan karena wajah maupun keberadaan laki-laki itu. Yang lebih menarik perhatiannya adalah karena Bima yang masih terlihat pucat sedang meminum obat. Tidak hanya satu obat, melainkan ada beberapa jenis obat yang langsung diminum oleh laki-laki itu.

Setelah selesai meminum obat tersebut, Bima tampak kembali memegang perut bagian sampingnya sambil meringis seperti menahan sakit yang teramat.

Beberapa pertanyaan yang terlintas di pikiran Sandra. Sebenarnya dia sakit apa? Jika hanya masuk angin, kenapa obat yang diminum sebanyak itu tadi? Dan kenapa yang dari tadi dipegang bagian perut bawah sampingnya?

Sandra tiba-tiba kembali berjalan karena nyeri pada perut yang tadi sudah hilang, kini kembali terasa lagi.

*****

1 Mei 2019

ABIMANYU✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang