Langit yang kosong tampak indah jika ada bintang, dan tampak sangat mendung jika bintang itu tidak ada.
~^~
"Lo udah tau mereka mau kemana?" Ya, malam ini mereka sudah siap di daerah rumah Naya
"Belum" Jawab Daniel sambil cengengesan, dan yang lain pun hanya menepuk jidat. Seharusnya mereka tidak percaya dengan Daniel, karena pasti akan seperti ini ujung-ujungnya.
"Terus gimana? Percuma dong?" Ucap Nanda memperhatikan rumah Naya dari kejauhan
"Jadi lah! Ikutin aja napa, tapi jangan ceroboh. Jangan sampai mereka tau"
Vano dan Nanda saling menatap, lalu salah satu dari mereka menonyor kepala Daniel. "Heh, yang sering ceroboh tu lo. Seharusnya kita yang bilang jangan ceroboh"
"Hahaha, ya udah sih. Gue yakin mereka bentar lagi keluar" Baru saja Daniel menutup mulut nya dan benar saja mobil Johan keluar dari halaman rumah Naya.
"Mereka keluar! Buruan. Inget jangan ceroboh!" Ucap Vano langsung menaiki motor nya.
Setelah sampai di pasar malam, Naya, Alvin dan Johan memilih wahana untuk bermain. Mereka memilih naik kora-kora.
"Yaudah ayo naik" Ucap Johan antusias dan langsung naik duluan, sedangkan Alvin masih melirik Naya
"Takut" Ucap Alvin datar
Naya pun langsung mendongak menatap Alvin "Ha? Lo takut?"
Alvin menghembuskan nafas nya, "Lo takut?" Ulang Alvin sambil menatap nya
"Eh? Enggak" Jawab nya lalu menyusul Johan
Sedangkan dari kejauhan 6 pasang mata menatap mereka, "Heh, gue haus njir" Ucap Nanda
"Ya udah beli dulu sono, mumpung mereka mainan" Balas Vano ke Nanda
"Gue juga pengen main nih" Rengek Daniel, Vano pun langsung menatap nya tajam
Kenapa dia punya teman seperti ini, kenapa teman nya bukan orang yang pintar, kenapa dia bisa bertemu Daniel. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak nya. "Tujuan lo kesini ngapain?" Tanya nya masih dengan menatap nya tajam.
Yang ditatap pun hanya cengengesan, "Abang mah, natap nya gitu amat. Selow lah selow" Vano pun membuang muka nya, dia frustasi dengan sahabat nya itu. Sangat frustasi.
Mereka selesai menaiki wahana kora-kora, dan dari tadi Alvin selalu menatap Naya. "Lo gapapa?" Tanya nya kemudian.
Naya pun memaksa kan senyum nya, "Iya, gapapa"
Johan menatap Naya, "Nay?" Panggilnya. Naya pun menatap nya dengan wajah seolah bertanya 'Kenapa?'
"Bentar, gue inget-inget dulu"
"Eh? Nay sorry Nay, gue lupa kalo lo trauma naik kora-kora. Lo gapapa kan?" Tanya nya panik, yang ditanya malah menunjukkan senyum manis nya."Apa sih Han? Gue gapapa, yaudah yuk main lagi" Balas nya, "Hei, kalian kenapa sih? Ayo! Gue gapapa" Alvin dan Johan pun saling menatap.
"Gue laper" Ucap Alvin kemudian, dan Johan pun peka bahwa itu untuk memancing Naya istirahat dulu.
Johan kini celingak-celinguk mengamati kedai-kedai yang ada di dekat mereka "Gue juga, makan dulu yuk Nay" Naya pun mengangguk lalu mengikuti mereka berdua.
"Minum" Alvin menyodorkan air mineral yang tadi ia beli.
"Thanks" Ucap Naya setelah menerima air mineral itu.
Kini Johan menatap Naya dengan khawatir "Seharusnya lo bilang Nay, gue lupa sumpah" Sedangkan Naya hanya tersenyum.
"Gue gapapa astaga, gue berasa jadi adik lo berdua" Ucap Naya lalu memakan mie ayam miliknya
"Tadi gue udah tanya ke lo, kenapa lo nggak bilang aja kalo lo trauma naik itu?" Kini Alvin menatap Naya hangat. Tatapan yang selalu membuat Naya aman dan selalu lebih baik.
"Sekali-kali lah gue ngelawan rasa trauma gue" Jawab nya menatap Alvin lalu beralih ke Johan dan Johan juga sedang menatap teduh mata Naya. Ah, rasa yang sudah hilang kenapa tiba-tiba saja muncul. Naya sangat benci situasi ini, dimana jantung nya berdetak lebih kencang.
Saat Naya masih larut dengan perasaannya tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuyarkan perasaan itu.
"Lo mah kalo jalan lihat-lihat dong! Tali gue lo injek! Hampir jatuh gue anjir" Pekik seseorang yang sangat familiar ditelinga Naya dan Alvin.
"Salah siapa tali sepatu lo biarin gitu. Benerin makanya"
"Vin, itu kek suaranya Daniel sama Nanda nggak sih?" Tanya Naya masih celingak-celinguk mencari orang yang dia maksud, dan Alvin hanya mengangguk sebagai respon.
"Kalian ngapain?" Ucap Alvin saat melihat ketiga sahabat nya, sedangkan yang ditanya langsung gelagapan.
"Hehehe, hai Vin" Ucap Daniel.
Vano dan Nanda langsung membuang nafas kasar dan melotot ke Daniel.
"Nggak kok Vin, tadi Daniel ngajak keluar. Pas mau ngajak lo kita baru inget kalo lo mau pergi sama Naya dan Johan" Bohong Nanda
Alvin dan Johan hanya mengangguk, "Ya udah kita duluan ya! Bye!" Ucap lalu melambaikan tangannya.
"Sumpah Daniel ceroboh banget!" Ucap Nanda lalu menonyor nya.
Sedangkan Johan, Naya, dan Alvin melanjutkan makan mereka. "Gue duluan ya? Mau nyusul trio curut tadi. Kalian lanjutin aja, nggak usah nunggu gue. Titip Naya Han! Gue duluan Nay" Ucap Alvin tiba-tiba lalu menghilang begitu saja.
Tinggallah mereka berdua, entah kenapa Naya merasa canggung. "Kenapa?" Tanya Johan dan Naya hanya menggeleng.
"Lo ngga penasaran gitu selama ini gue suka siapa?" Ucap Johy lalu meminum es jeruk nya. Naya menyeringit lalu menjawab "Kenapa harus penasaran?"
"Yaudah sih"
Naya tertawa, melihat wajah Johan yang kesal sangat menyenangkan bagi nya. "Kalo gue jujur ke orang yang gue suka dia bakal ngejauh nggak ya Nay?"
Naya menatap Johan heran "Kenapa harus ngejauh? Lo baik, sabar, peka, menurut orang-orang lo juga ganteng"
Johan tersenyum "Menurut orang-orang? Kalo menurut lo sendiri?"
"Mau nya gimana?" Balas Naya, Johan pun melempar tisu ke wajah Naya. "Heh, ini muka bukan tempat sampah" Sungut Naya
"Masa?" Naya pun melempar tisu yang tadi ke wajah Johan.
Akhirnya pun mereka saling melempar, suasana yang sangat Naya rindukan. Dimana dia berkumpul dengan orang-orang yang dia sayang, seperti Alvin dan Johan.
Deg.
Jantung Naya berpacu lebih cepat, astaga seperti nya ini tidak sehat untuk jantung nya.
"Makasih Nay, lo udah buat hidup gue berwarna lagi. Makasih juga lo udah mau jadi bintang gue." Ucap Johan sambil tersenyum
'Kenapa jantung gue kenceng banget gara-gara ngelihat dia senyum? Wah nggak waras nih!'

KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl [✓]
Teen FictionTerkadang ada orang yang benar-benar mampu menyembunyikan kesedihannya, namun juga ada orang yang sudah berpura-pura seolah-olah dia lah orang yang paling bahagia padahal dari sorot matanya sangat jelas memancarkan kesedihan yang begitu mendalam. Be...