20.

4.7K 213 1
                                        

" 'Kamu tak perlu tau dukaku, cukup nikmati saja jenakaku' Itu yang selalu gue tanemin di diri gue hehe"

~^~

Naya hendak berteriak lalu berbalik arah, namun naas nya dia menabrak tubuh Alvin. "Lo kesambet?" Naya lalu mendongak menatap Alvin dan langsung bersembunyi dibelakang tubuh nya.

Alvin hanya menatap gadis itu bingung, "Itu temen lo didepan pintu" Ucap Naya sambil menunjuk kecoa yang ada didepan pintu kelas. Beruntung kelas masih sepi, hanya ada beberapa anak disana.

Alvin menengok wajah Naya yang menahan takutnya, saat kecoa itu mulai akan terbang Naya langsung memeluk Alvin. "ALVIN!!!" Teriak Naya yang membuat Alvin tersenyum samar.

Naya masih enggan membuka matanya, dia sudah pasrah jika kecoa itu hinggap di badan atau kepalanya. "Dasar cemen. Kecoanya udah terbang" Tapi Naya masih enggan melepas pelukannya.

Naya menggeleng cepat, "Nggak lo bohong! Kan dia temen lo, pasti lo sekongkol kan??!!" Alvin terkekeh lalu melepaskan pelukan Naya dari badannya.

Alvin menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Naya, "Udah nggak ada" Naya pun membuka matanya pelan-pelan lalu menghembuskan nafas nya lega.

"Temen lu nyebelin sumpah" Ucap Naya yang membuat Alvin menaikkan alis nya, "Makasih" Jawabnya lalu melangkah masuk kelas namun Naya langsung berlari mendahului Alvin.

Naya tersenyum ke arah Alvin, "Traktir siomay" Alvin hanya menatap nya lalu melalui Naya begitu saja. "Alvin. Traktir nggak mau tau"

Alvin menaruh tas nya di bangku favorit nya, "Iya bawel" Seketika senyum Naya merekah, keinginannya makan siomay terpenuhi dan uangnya tak keluar sedikit pun.

Bagi Naya memiliki pacar bukan berarti tidak ada waktu untuk sahabat nya bukan? Apalagi untuk seorang Alvin yang selalu setia mendengarkan setiap kisah pilu nya.

Kisah yang terkadang membuat Naya menangis tersedu dan membuat dada nya sesak. Walau terkadang ia juga berbagi kisah yang cukup membahagiakan untuk di ceritakan.

Topeng yang seharusnya sudah rusak masih saja ia kenakan, setiap topeng itu rusak ia selalu menambalnya dengan lem. Dengan kebahagiaan yang ia tampakkan.

Bila, sahabat Naya yang dekat memang tau kisah-kisah pilu Naya, tapi entah mengapa Naya sangat lebih menyukai berbagi kisah dengan Alvin. Ada kelegaan disana, dia merasa bahwa lelaki tak seperti ayah nya.

Saat Naya merenungkan hal itu tiba-tiba saja Daniel datang dan membuat Naya tersadar kembali. "Hayo loh!" Teriak Daniel didepan Naya, reflek Naya memukul Daniel "Apa sih Niel??" Naya terdiam, Niel. Nama ayah nya, ah ini masih pagi dia tak mau merusak mood nya.

Daniel tersenyum jail, "Ngapain lo ngeliatin Alvin sambil senyum-senyum? Inget pacar lo" Naya menatap Daniel malas "Berisik panci!" lalu Naya membalikkan badannya menghadap papan tulis.

"Yee si eneng pms lo?"

"Mampus lo, diamuk macan betina."

Naya hanya menghembuskan nafasnya, mendengar Nanda dan Daniel berceloteh ria. Masih pagi saja mereka sudah membuat suasana kelas yang tadi nya sunyi tiba-tiba berisik.

Daniel. Tokoh utama dibalik ricuh nya kelas sekarang, ia duduk sambil memegang gitar Vano. "Berisik Bambang!" Sewot Ana yang sedang menyalin catatan Bila.

"Bayangin aja gue Vano yang lagi nyanyi sambil gitar Na." Vano langsung menatap Daniel malas "Beda jauh" Ucap Vino.

Nanda menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ngaca woy! Ya kali lo kek Vano" Daniel tersenyum "Nyatanya fans gue juga banyak."

"Iya banyak fans, tapi sayang. Doi nggak notice."

Ana langsung menoleh kearah tempat duduk Alvin dkk, "Panci punya doi? Kek iya aja."

Bel masuk pun berbunyi, Daniel menghentikan aktivitas nya itu. Sebelum guru killer itu mengamuk nya dan memberi hukuman yang tidak-tidak.

~^~

Johan menunggu Naya didepan kelas, sewaktu istirahat Naya memang tidak keluar dari kelas. Ia hanya dikelas sambil membaca novel kesayangannya. Yap, dia sedang tergila-gila dengan cerita yang ia baca.

Bila dan Mira sampai kesal karena setiap diajak makan Naya selalu menolaknya, Ana yang memberi roti dari istirahat pertama pun sampai sekarang belum ia sentuh.

Begitulah Naya, jika ia sudah masuk ke dunia novel nya ia melupakan makan. Padahal ia memiliki maag, Alvin tadi sudah menyuruh ia makan pun di tolak dengan alasan 'Nantikan lo traktir gue siomay pulsek'.

"Nay, ditunggu pacar" Naya masih asik membereskan buku-buku yang ada di meja. Setelah selesai memasukkan buku-buku itu kedalam tas nya Naya menemui Johan, "Han, sorry aku mau pergi sama Alvin. Tadi aku minta traktir dia."

Johan hanya menyeringitkan dahi nya, "Kenapa nggak sama aku aja?" Itu lah pertanyaan yang Johan lontarkan.

Naya menggeleng lalu tersenyum "Tadi aku bilang ke Alvin yang masuk kelas duluan traktir siomay, lagi pula Alvin juga sahabat aku."

"Ya udah, hati-hati. Sampe rumah kabarin." Naya tersenyum lalu menyatukan jari nya dan membentuk 'Ok'.

Naya berlari kecil masuk ke dalam kelas dan menghampiri Alvin, "Buruan, keburu laper gue" Seru Naya begitu sampai disamping Alvin.

"Roti gue aja nggak lo makan nyet." Naya cengengesan, "Nanti gue makan elah, makasih haha."

Mira pun menyetil Naya, "Makanya kalo baca jangan lupa waktu."

"Siap bos!"

Naya pun berpamitan dan langsung menuju parkiran, rasanya ia tak sabar makan siomay. Perutnya dari tadi sudah meminta jatah.

Warung siomay memang agak jauh dari area sekolah, jadi Naya harus lebih bersabar menahan rasa lapar nya itu. Ia berkali-kali menyuruh Alvin ngebut, "Vin, ngebut dong tapi ati-ati hehe."

Padahal Alvin sudah mengendarai motornya dengan kecepatan lebih dari biasanya. Bagaimana pun Alvin tetap mendahulukan keselamatan daripada kecepatan.

"Keselamatan lebih utama Nay." Ucap Alvin sedikit berteriak.

Naya memajukan tubuhnya, "Heh. Keselamatan gue juga itu, kalo gue mati kelaperan gimana?" Alvin hanya berdecak kemudian mengucapkan "Salah lo sendiri juga."



TBC:'


Ahay up lagi! Wkwk

Strong Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang