Naya merebahkan badan nya ke tempat ternyaman, sedari ia pulang kasur seolah-olah malambai-lambai kepadanya. Ia memejamkan mata nya, memori akan ayah nya muncul begitu saja tanpa permisi.
Oh ayo lah. Naya sedang tak ingin menangis, lalu bercerita akan apa yang ia alami ke Alvin. Ia sudah berjanji tak akan bercerita masalahnya lagi, ia merasa ia paling rapuh. Bukan paling kuat.
Bukankah yang paling kuat itu yang mampu menyembunyikan semua luka nya? Tanpa ada seorang pun yang mengetahui? Naya tak pantas mendapat gelar wanita yang kuat seperti apa yang Alvin katakan. Naya sangat rapuh, ia wanita yang sangat lemah.
Tertawa bersama teman-teman tetapi menangis didepan Alvin sama saja, tak ada bedanya. Ada seseorang yang tau bahwa dia rapuh, ia tak sebahagia apa yang ia tampakkan. Rasanya Naya ingin memutar semua nya dan tidak menceritakan masalahnya ke Alvin, agar Naya bisa memainkan perannya. Yaitu seseorang yang paling bahagia.
Handphone Naya berbunyi, lebih dari 3x. Naya yang merasa terusik dengan suara handphone nya pun memeriksa siapa yang menganggu dirinya. "Astaga, gue pengen tidur bentar bisa nggak sih?" Ucap Naya begitu melihat pesan yang masuk.
Tentu saja pesan itu dari Johan, yang mengajak Naya bertemu. Walaupun Johan akan datang ke rumahnya dan Naya tak akan capek juga karena ia tak akan pergi ke luar rumah. Tapi sama saja, Naya ingin tidur.
Naya mengganti seragamnya, dengan wajah yang lelah ia turun ke bawah. Menunggu Johan di ruang tengah, sambil memejamkan mata tentunya. "Assalamualaikum" Naya masih memejamkan matanya, untung ada Nando. Kakak sepupu Naya yang sudah Naya anggap kakak kandung.
Nando hendak membuka pintu ia melihat adiknya yang tertidur di sofa hanya tersenyum lalu melangkah kan kaki nya untuk membuka kan pintu. "Maaf, Naya nya ada?" Tanya Johan, ya Johan tak kenal Nando. Dia hanya tau bahwa Naya mempunyai sepupu tapi tak pernah bertemu dengan Nando.
Nando membangunkan Naya yang masih pulas menjelajah di alam mimpi, "Woy kebo! Bangun" Naya menggeliat lalu terperanjat saat melihat Johan dan Nando. "Loh??!! Sejak kapan dateng?" Tanya Naya spontan
Nando hanya menghela napas, "Makanya jadi orang jangan kebo. Tadi gue gedor-gedor pintu lo nggak denger, terus tadi temen lo salam lo juga nggak denger" Naya hanya mengerucut kan bibirnya. "Ya udah sana-sana, makasih ye abang ku sayang" Nando hanya memutar bola matanya malas lalu pergi meninggalkan dua manusia itu.
Johan memandangi Nando yang pergi, "Itu siapa Nay?" Tanya Johan dengan masih menatap Nando. "Kakak sepupu" Johan hanya mengangguk paham.
Setelah itu Johan menatap Naya hangat, sedangkan Naya hanya menatap nya penuh tanya. Seolah mengerti Johan duduk didekat Naya, "Maaf, Shasha itu mantan aku. Dia ninggalin aku waktu itu, dia kemarin mau jelasin semuanya Nay. Makanya dia minta ketemu, dia bilang mau ketemu waktu pulsek makanya aku nggak bisa nganterin kamu.
"Tapi ternyata dia masuk ke sekolah yang sama, ya terus dia minta waktu istirahat aja. Maaf Nay" Jelas Johan memegang tangan Naya lembut.
Naya menatap Johan datar, "Bentar, kamu bilang kamu nggak pernah suka siapa-siapa disana? Ok, aku nggak berhak ngelarang kamu. Tapi bukannya kamu sendiri yang bilang? Kalo kamu cuma suka sama satu orang? Tapi nyatanya kamu sampe punya mantan? Dan kamu ditinggalin sama dia kan? Terus gimana perasaan kamu pas dia balik dan aku yakin dia bilang kalo dia ninggalin kamu karena sebuah alasan yang sangat penting baginya. Kamu mau balik ke dia?" Ucap Naya panjang lebar menahan tangis tentunya.
Johan menggeleng, "Nggak Nay, iya aku bilang gitu karena aku emang udah nggak peduli sama dia. Sebelum suka dia aku udah suka sama kamu dari lama Nay, maaf Nay"
Naya menatap Johan dalam, "Nggak peduli? Ya tapi itu kan tetep mantan kamu Johan! Ish" Balas Naya mengerutkan bibir nya
Johan tersenyum melihat Naya, "Iya iya, dia mantan aku. Dia masa lalu aku, yang pernah ngisi hari-hari aku. Dan sekarang aku udah nggak peduli, sekarang kamu yang ngisi hari-hari aku"
Naya mengangguk lalu tersenyum "Seharusnya aku yang minta maaf, aku nggak dengerin kamu dulu" Johan langsung memeluk Naya, sedangkan Naya hanya tersenyum bahagia.
Setidaknya dia memiliki sosok lelaki yang sayang dengannya, bahkan lebih dari satu. Ada Johan, Alvin dan Nando tentunya.
Johan melepaskan pelukannya, lalu menatap Naya dengan senyum yang masih belum hilang dari wajahnya "Besok aku jemput ya?" Mendengar itu Naya langsung tersenyum lebar lalu mengangguk.
~^~
Setelah Naya turun dari motor Johan mereka berjalan beriringan menuju kelas Naya dulu. Mereka selalu membahas sesuatu yang penting bahkan yang sangat tidak penting.
Baru beberapa langkah mereka meninggalkan parkiran, Shasha memanggil Johan. "Johan!" Teriak Shasha dari kejauhan, mau tau bagaimana wajah Naya waktu itu? Datar. Dari tersenyum bahagia tiba-tiba menjadi flat, ya dan Johan menyadari perubahan itu.
Tidak. Bukannya Naya tidak mau berdamai dengan masa lalu Johan, tapi Naya memiliki firasat tidak enak dengan Shasha. Mantan Johan.
Johan hanya menatap Shasha dengan tatapan bertanya, "Gue mau bilang makasih aja" Ucap Shasha kepada Johan
Johan menaikan satu alisnya, "Buat?" Shasha tersenyum "Ya walaupun gue pernah ninggalin lo, lo masih mau nerima gue"
Johan mengangguk lalu melirik ke arah Naya, "Oh iya, kenalin dia pacar gue" Ucap Johan sedangkan Shasha hanya tersenyum lalu menjabat tangan Naya.
Entah mengapa Naya melihat senyuman yang Shasha berikan itu ada maksud lain. Tapi setelah itu Naya tak mau ambil pusing, ia melihat Alvin melewati mereka dengan cepat Naya pamit ke Johan dan Shasha tentunya. "Han, aku nyusul Alvin aja ya? Kan kita juga sekelas. Kamu bareng Shasha aja kalian juga sekelas kan? Siapa tau Shasha makin seneng." Ucap Naya lalu berlari menyusul Alvin.
Shasha tersenyum melihat sikap Naya, sedangkan Johan hanya melihat Naya yang berlari mengejar Alvin. "Ya udah ayo jalan" Ucap Johan lalu berjalan dahulu, Shasha langsung merubah senyum nya.
Naya berjalan menyamai langkah Alvin, "Vin!" Alvin hanya menoleh ke arah Naya. "Astaghfirullah Ya Allah, sumpah ya gue tu lebih suka Alvin yang cerewet daripada kek kutub Utara gini. Apa perlu gue nangis-nangis dulu biar lo cerewet?"
Alvin menoleh ke Naya lalu menatap lurus ke depan lagi, "Gue juga suka Naya yang cerewet gini, yang sok ceria. Bukan Naya yang lemah" Balas Alvin sambil menekan kata 'sok ceria'
Naya menatap sebal Alvin, "Heh! Gue emang ceria. Lihat aja gue nggak bakal ngeluh lagi ke lo" Alvin menghentikan langkah nya yang otomatis membuat Naya juga berhenti. "Ya kan lo udah ada Johan. Masa ngeluh ke gue terus iya kan?"
Naya hanya menyipitkan mata nya, kemudian tersenyum jail "Cie, cemburu ni" Balas Naya membuat Alvin mendengus pelan
"Nggak. Lo tetep jadi tempat ngeluh terbaik gue. Nggak pernah buat gue merasa cewe yang lemah, karena lo nggak kayak kebanyakan laki-laki yang lain. Lo nggak pernah bilang 'Ngeluh Mulu, jalanin aja napa' Lo beda.
"Dan gue emang mau berhenti ngeluh, gue mau menjalani ini semua dengan bahagia" Jawab Naya kemudian membuat Alvin tersenyum miring, "Kek iya aja lo, palingan baru dua hari udah cerita ke gue lagi" Naya langsung memukul Alvin, entah mengapa dia malah tidak tersinggung justru ingin mencincang Alvin.
Naya mencubit lengan Alvin yang membuat lelaki itu meringis, "Lo tu ya. Sahabat nya mau berubah menjadi lebih baik tuh di aamiin in kek, di dukung gitu. Bukannya malah digituin" Balas Naya
Alvin hanya mengacak-acak rambut Naya, "Eh, gue ngacak-acak rambut lo pacar lo marah nggak? Haha" Naya langsung menatap Alvin "Apa si Vin! Gue yang marah! Rambut gue jadi berantakan tau"
Alvin membekap mulut Naya, "Udah diem. Jalan" Naya langsung menghempaskan tangan Alvin dari bibir nya.
Lalu menatap Alvin sebal, "Yang telat masuk kelas traktir siomay!" Ucap Naya lalu berlari meninggalkan Alvin
Alvin hanya tersenyum lalu menyusul gadis itu, ya walaupun ia tidak sepenuhnya lari.
TBC:'
Akhirnya ide nya keluar! Wkwk
Mon maap up nya lama:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl [✓]
Teen FictionTerkadang ada orang yang benar-benar mampu menyembunyikan kesedihannya, namun juga ada orang yang sudah berpura-pura seolah-olah dia lah orang yang paling bahagia padahal dari sorot matanya sangat jelas memancarkan kesedihan yang begitu mendalam. Be...