26.

4.3K 198 1
                                        


"Lo kenapa si?"

"Gapapa"

"Lo ada masalah? Cerita aja sama kita" Naya menoleh ke arah Mira dan teman-temannya lalu tersenyum ramah "Gue nggak kenapa-kenapa kok"

Ia berdiri dari duduknya dan memainkan bola basket nya kembali, "Buruan main lagi. Daripada diem aja, tadi gue cuma agak pusing makanya duduk bentar"

Bila menatap Naya tak yakin "Gue kenal lo. Lo bisa bohongin mereka, tapi gue? Lo nggak bisa bohong ke gue Nay" Bisik Bila pelan

Naya memegang tangan Bila kuat, bola basket nya ia lepas begitu saja "Ikut gue" Bila menarik Naya cepat ke halaman belakang, tentu itu membuat yang lain bingung.

"Lo kenapa?"

"Nggak tau, gue tiba-tiba sedih aja" Bila menatap Naya tak percaya, ia kira ada masalah yang membuat Naya tiba-tiba diam saat bermain basket. "Mood swing banget sih gue anjir" Ucap Naya pada dirinya sendiri

Bila hanya mengelus dada sambil mengucapkan kata 'sabar' berkali-kali. Sedangkan Naya ia hanya cengengesan, entah kenapa tiba-tiba mood nya berubah.

Sebelumnya ia baik-baik saja, tapi setelah melihat Johan dan Shasha tiba-tiba mood nya hancur. Bukan karena cemburu, Naya sudah bisa melupakan Johan.

Bila selalu membantu Naya untuk melupakan Johan, walau awal nya berat untuk Naya. Tapi kini nyatanya ia sudah bisa melupakan Johan.

~^~

"Idih kayak suami beristri dua aja lo, chat nya di pin semua anjir" Ucap Daniel yang tak sengaja melihat menu chat Alvin.

"Jadi cowok tu tegas Vin. Shafira ya Shafira, Naya ya Naya. Jangan lo gantung gitu" Alvin hanya mengangkat alis nya setelah mendengar nasehat Nanda. Ia sudah sepakat dengan Naya bahwa mereka sahabat dan dia tetap menjadi pacar Shafira.

"Kalo nggak tau masalah orang mending diem deh" Balas Alvin kemudian menutup handphone nya.

"Lah gimana mau tau, lo nya aja punya sahabat tapi nggak lo gunain. Sahabat tu juga bisa buat cerita, biar beban lo berkurang. Kaya Naya setiap dia udah ngga bisa nahan beban nya dia cerita kan ke elo? Walaupun nggak semua yang dia ceritain"

Daniel mengangguk setuju mendengar penuturan Nanda, sedangkan Vano hanya diam melihat ekspresi Alvin. "Gue nggak tau harus pilih siapa. Gue cuma bingung, walaupun gue udah sepakat sahabatan sama Naya tapi rasa sayang gue ke dia nggak bisa ilang" Jujur Alvin kemudian.

Vano membuang tatapannya ke arah papan tulis "Gue cuma minta lo nggak mainin adek gue, lo harus bisa milih Vin. Gue biarin lo pacaran sama adek gue karena gue tau lo itu baik, gue juga tau lo sayang sama Naya. Tapi Lo harus milih Vin"

Daniel langsung bertepuk tangan dengan keras "Ada keajaiban apa hari ini? Yang satu mau curhat, yang satu nya lagi bisa ngomong panjang. Gue harap Alvin sama Vano bisa ngomong panjang terus aamiin"

Nanda yang berada disebelah Daniel pun langsung menonyor kepalanya, "Lo tu ya, baru serius-serius nya juga"

"Gue bingung Van. Gue nggak maksud buat mainin adek lo, gue emang sayang sama dia ta-"

"Tapi lo sayang sama adek gue karena dia kayak Naya?? Iya kan?! Harus nya gue dari awal nggak nyetujuin itu" Potong Vano cepat lalu meninggalkan Alvin, Daniel dan Nanda.

Alvin menatap datar meja didepan nya, beberapa saat kemudian ia menggebrak meja itu dengan keras. Alvin tau itu salah, ia tau dia harus memilih tapi dia bingung harus memilih siapa.

Sedangkan Daniel yang melihat ke arah pintu tiba-tiba saja ia berteriak histeris "IYA AMPUN PAK!" Teriak nya setelah mendengar gebrakan meja tadi.

Tangannya diangkat ke atas seperti orang yang tertangkap basah "Iya pak maaf, besok lagi saya duduk di kursi nggak di meja lagi pak. Beneran ini pak, tapi jangan point ya pak. Saya pengen pinter terus gabung ke Alva lagi pak" Ucap nya panjang lebar yang membuat Nanda tertawa kencang.

"Heh! Lihat belakang, nggak ada siapa-siapa woy! Tadi si Alvin yang gebrak meja" Daniel langsung menoleh ke belakang dan benar saja tak ada siapa-siapa disana dan Alvin pun juga sudah tak ada di kursinya.

Nanda melihat ke arah luar jendela mencari Alvin ataupun Vano di tengah kerumunan orang-orang, tapi nihil. Tak ada salah satu anak itu di tengah kerumunan ia malah melihat Johan dan Naya yang tengah bicara.

Naya tanpa sengaja melihat Nanda yang sedang mengamati nya juga dari atas, tanpa berpikir panjang Naya langsung meninggalkan Johan.

"Nanda!" Teriak Naya dari depan pintu, yang dipanggil pun melihat ke arah Naya. "Kenapa? Lo kenapa lari-lari? Bukannya tadi baru ngobrol sama Johan ya?" Serbu Nanda

Naya mengangguk cepat, "Iya gue barusan ngobrol sama Johan, dia ngasih tau gue Alvin sama Vano berantem di halaman belakang Nan! Buruan!" Ucap Naya kemudian

Daniel dan Nanda langsung mengangguk berlari menuju halaman belakang, Naya pun mengikuti kedua orang itu.

Benar saja Vano sedang memukuli Alvin sedangkan Alvin hanya diam menerima pukulan-pukulan itu. Karena ia tau Vano pasti marah kepadanya.

"Bang!" Teriak Shafira yang membuat Vano berhenti menonjok Alvin, sedangkan Alvin sendiri ia tergeletak lemah di tanah. Naya dan Shafira berlari menuju Alvin, Daniel dan Nanda menuju Vano untuk menenangkan Vano yang sedang emosi.

"Vin! Gue anter ke uks sekarang" Ucap Naya panik, "Iya Vin, kita ke uks sekarang ya?" Alvin menggeleng menolak ajakan kedua gadis itu.

Naya menatap Alvin sebal bercampur khawatir "Vin. Lo nggak usah ngeyel bisa nggak sih? Lo nggak lihat apa? Gue sama pacar lo khawatir? Kita obati di uks"

Shafira mengangguk setuju, "Vin, kamu ikut kita aja ya? Biar bisa langsung di obati Vin"

Belum sempat Alvin menjawab Vano langsung menarik tangannya, Shafira menahan tangan Vano tetapi Vano menghempas kan pelan "Gue bawa dia ke uks"

Mereka pun mengekor dibelakang Vano dan Alvin. Sampai di uks pun Vano melarang Naya dan Shafira saat mengobati Alvin. Vano sendiri yang mengobati luka di pipi Alvin, "Sorry gue tadi emosi"

"Iya san- Aww!" Vano langsung memukul lengan Alvin, "Nggak usah banyak omong, mulut lo sobek" Alvin hanya mengangguk mendengar ucapan Vano.

Daniel duduk di ranjang samping dekat Alvin, "Nggak usah lebay, biasanya juga babak belur kek gitu. Lo juga Van, nggak usah kasihan sama dia biasanya juga lebih parah tuh muka" Ucap Daniel yang membuat ia mendapat toyoran dari Nanda.

"Tolol lo"

"Canda elah, makanya lain kali tuh obrolin baik-baik nggak main tinju aja" Vano menghembuskan nafas nya kasar "Iya sorry"









Hay hay, Vote and komen!

Strong Girl [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang