Naya memasuki halaman rumah nya, ia sedikit bingung dengan keadaan rumahnya.
Banyak bunga-bunga dan balon berwarna-warni, rasanya hari ini tak ada acara spesial.
"Hai nona Valencia Keira Natasha, bagaimana hari-hari mu tanpa saya? Apa kuliah mu berjalan lancar?"
Naya terkejut, ada Alvin disana. Mengapa ia memakai jas? "Vin? Aku gak ultah kan? Kok kamu pake jas? Terus bunga sama balon?"
"Shutt, cukup jawab apa yang saya tanyakan saja. Mengerti?" Tanpa sadar Naya mengangguk meng-iyakan ucapan Alvin barusan.
"Bagaimana hari-hari mu tanpa saya?"
"Baik," Jawab Naya pelan.
Alvin tersenyum miring, "Bohong."
"Apa saya masih diijinkan masuk ke hati mu lagi, Nona Natasha?"
Darah Naya berdesir dengan cepat, jantung nya seperti ingin melompat keluar. Mungkin ini lebay. Tapi bagi Naya seperti itu rasanya.
Nada Alvin yang formal sangat membuatnya gugup, ditambah ia memanggil nya sepeti itu.
Rasanya ia ingin bangun dari mimpi ini, "Ini aku lagi mimpi ya?"
"Enggak. Saya memang ada didepan mu,"
"Nona Valencia Keira Natasha, bolehkah saya masuk ke dalam kehidupan mu lagi? Mau kah kamu tertawa bersama saya lagi?"
"Ah tidak. Saya tak meminta pacaran. Saya tak ingin itu lagi, saya hanya ingin kamu menjadi pendamping hidup saya." Lanjut Alvin masih menatap lurus kearah gadis yang kini sudah dewasa itu.
"Alvin,"
"Hm?"
"Ini beneran?" Alvin mengangguk lalu tersenyum.
Alvin berjalan mendekat ke arah Naya, ia lalu berlutut didepan Naya. "Mau kah kamu menjadi pendamping hidup saya?" Ulangnya dengan tegas.
"Mau kah kamu menjadi ibu dari anak-anak kita kelak?"
Naya tak dapat menahan nya lagi, ia menangis sekarang. Ia sangat terkejut dengan semua ini.
Naya berpikir bahwa semuanya sudah berakhir, kisah nya dengan Alvin. Tapi ternyata, Alvin menemuinya.
Ia pikir ia dan Alvin hanya dipertemukan untuk sesaat, dan hanya untuk mengisi masa-masa remaja nya.
Namun hari ini tidak. Alvin datang dan melamarnya, rasanya Naya ingin teriak sekencang mungkin.
"Kamu tidak mau ya?"
Naya langsung menggeleng, "Aku mau."
Semua orang keluar dari persembunyiannya, teman-teman Naya saat sekolah di Jakarta pun ada disini.
Tangis Naya semakin pecah, rasanya semua ini mimpi. "Selamat Woy!!!" Teriak Daniel membuat Naya tersenyum.
"Berisik Niel!"
"Apaan sih! Orang gue nyelamatin, lo iri ya Vano gak ngelamar-ngelamar Lo?"
"Dih!"
Vano langsung memukul kepala Daniel, "Mampus!"
"Cewek lo suruh diem napa sih njir!"
Ana melotot, "Gue bunuh lo lama-lama!"
"Udah-udah, damai buat hari ini aja kenapa sih?" Ucap Aura yang berdiri disamping Daniel.
"Tuh Mak lampir,"
Aura langsung memukul Daniel pelan, "Iya-iya."
Ya dan perang kecil antara Ana dan Daniel mampu membuat Naya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl [✓]
Roman pour AdolescentsTerkadang ada orang yang benar-benar mampu menyembunyikan kesedihannya, namun juga ada orang yang sudah berpura-pura seolah-olah dia lah orang yang paling bahagia padahal dari sorot matanya sangat jelas memancarkan kesedihan yang begitu mendalam. Be...