45|Extra Part

9.3K 464 38
                                    


~Enjoy it guys~

Suasana duka menyelubungi kediaman bangunan megah itu. Lalu lalang orang berpakaian hitam silih berganti masuk ke dalam gerbang kokoh yang membatasi.

Awan kelabu seperti menjadi pendukung suasana. Jeritan tangis menjadi melodi yang menyesakkan hati.

Sejumlah mobil ikut serta masuk ke dalam gerbang. Parkir bergabung dengan kendaraan lainnya.

Bendera kuning terletak di ambang pintu berdaun ganda berbahan kayu jati. Puluhan karangan bunga berjajar di sisi bagian kanan bangunan.

"Sa-sayang." Ucapan itu seakan tersekat di tenggorokan.

Terkadang takdir memang begitu kejam. Tuhan mempunyai banyak cara untuk memberikan kejutan kepada manusianya.

"Ba-bangun." Suara itu membuat banyak orang menundukkan kepala dengan sedih.

Benak memori seperti sebuah rol film rusak yang selalu berputar. Seakan menyiksa batin setiap orangnya.

"Kenapa kamu tinggalkan mama sendiri?" Ucapan itu sekarang menjadi sebuah monolog yang tidak lagi berarti.

Tidak ada sahutan disana, tidak akan ada lagi suara yang selalu mengisi harinya.

"Kenapa tidak ajak mama?" Pertanyaan itu terus terlontar. Bibirnya bergetar. Kedua matanya memerah. Tangannya mengelus dengan lembut seorang laki-laki disana.

"Disana gelap kan?" Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi ruangan besar itu. Disampingnya ada seorang pria yang berusaha menenangkan.

"Kamu pasti takut." Perkataan itu terdengar menyedihkan tertangkap oleh gendang telinga.

✖✖

Seorang laki-laki berdiri tidak jauh dari posisinya. Menatap dalam tanpa mengalihkan pandangan. Tatapan terluka menjadi sebuah rasa dominasi yang terpancar dalam binar kosong.

"Kenapa lu ninggalin gua?" Batin laki-laki itu.

Mentalnya terguncang. Fisiknya berteriak lelah.

"Lu harus bawa gua kesana." Ucap laki-laki itu.

Memorinya berputar dimana sebuah kejadian mengenaskan yang membuat seseorang meregang nyawa. Peristiwa sadis yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

"Pemakaman akan segera dilakukan." Ucapan itu membuatnya tersadar.

Isak tangis semakin terdengar. Tidak rela ditinggal oleh orang tersayang. Beberapa dari mereka berusaha menenangkan.

Kedua bahu laki-laki itu ditepuk dua kali. Netranya menatap seorang laki-laki di depannya mengulurkan benda persegi panjang.

Ia menatap benda yang ada ditangannya itu dengan lekat. Benda bercat putih yang tertuliskan dengan tinta warna hitam sebagai penanda.

Sebuah benda yang orang sebut batu nisan.

Dengan ukiran bertuliskan 'Dafa Lutisva' berhasil memporak-porandakan perasaannya.

Ia mengela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Mungkin ini sudah garis yang ditakdirkan.

Membawa tungkai kakinya untuk keluar dari bangunan. Memeluk dengan erat sebuah batu nisan di pelukan.

"Istirahatlah dengan damai Daf." Gumam laki-laki itu.

"Gua akan selalu ingat pesan lu." Lanjutnya.

✖✖

Flashback On

DOR

Suara tembakan sontak membuat Leon berlari sekuat tenaga menghampiri Dafa yang sudah tersungkur ditanah.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang