~Enjoy it guys~
Setelah mendapatkan kue wortel dan red velvet Dafa berjalan ke meja kasir, di sana sudah ada Nadia yang menunggunya.
"Beli itu aja?" Tanya Nadia saat Dafa memberikan kotak berisi kue wortel dan red velvet ke kasir di toko itu.
"Iya bunda." Jawab Dafa.
"Bu Mita ada di mansion." Ucap Nadia.
"Adek mulai les sekarang?" Tanya Dafa menoleh ke arah Nadia yang ada di samping kanannya. Masih ingat kan jika Dafa mengikuti kegiatan les.
"Iya." Jawab Nadia.
"Totalnya 500.000 bu." Ucap kasir dengan memberikan tiga kantong plastik. Memang yang di beli bukan hanya kue keinginan Dafa, tapi juga kue keinginan Nadia juga.
"Ini." Kata Nadia dengan memberikan black card nya.
"Terima kasih." Ucap Nadia saat ia sudah membayar kue itu dengan mengambil tiga bungkusan berisi kue miliknya.
✖✖
Seperti yang di katakan Nadia ruangan yang biasa di pakai untuk Dafa melakukan les, di sana sudah ada Mita. Wanita 25 tahun yang menjadi guru privatnya selama dua tahun terakhir. Jangan tanya kenapa Dafa memilih les privat dari pada ikut bimbel biasa, lebih baik tanyakan itu kepada orang tuanya yang memang tidak akan membiarkan Dafa untuk berada di luar pengawasan mereka.
"Assalamualaikum, Bu Nadia." Sapa Mita saat melihat Nadia dan Dafa berjalan ke arahnya.
"Waalaikumsalam, sudah lama di sini?" Tanya Nadia.
"Tidak bu." Jawab Mita sopan.
"Assalamualaikum kak." Sapa Dafa dengan mengecup punggung tangan wanita itu. Memang, Dafa sudah menganggap guru privatnya ini seperti saudaranya sendiri. Mengenal dua tahun wanita di depannya ini membuatnya perlahan mengerti sifat guru privatnya itu.
"Waalaikumsalam, baru pulang sekolah?" Tanya Bu Mita.
"Iya." Jawab Dafa dengan menaruh tas ranselnya di sofa.
"Mita, saya ke dalam dulu ya." Pamit Nadia.
"Iya bu."
"Dek, mandi terus ganti baju langsung ke sini lagi."Pesan Nadia.
"Iya bunda."
"Kak, aku ke kamar dulu ya." Pamit Dafa yang di balas anggukan oleh Mita.
Setelah mandi dan berganti pakaian santai, kini Dafa sedang belajar di dampingi Mita. Ia sekarang belajar Fisika kelas dua SMA, jangan heran kenapa dia belajar mata pelajaran yang bahkan Dafa masih kelas satu SMA. Hanya ada satu alasan, karena otak Dafa mampu untuk mempelajari itu.
Jangan heran juga kenapa dia lebih memilih kelas IPS dari pada IPA, sejujurnya ia bisa saja masuk ke kelas IPA. Jika di tanya kenapa tidak memilih IPA dari pada IPS , ia akan menjawab "Kalau gua masuk IPA, nanti di kira gua gurunya secara kan gua genius." Oke bilang saja jika Dafa sombong, jika memang ia kelewat sombong.
Ah tidak, jangan mengganggap serius, bagaimana Dafa di bilang sombong jika ia saja dengan suka rela memberikan jawaban ujian beberapa bulan lalu kepada teman sekelasnya dan alhasil kelas X IPS 1 mendapatkan nilai sempurna.
"Kamu sudah nggak papa Daf?" Tanya Mita dengan melihat anak didiknya yang sedang serius mengerjakan soal di depannya.
"Emang aku kenapa kak?" Tanya Dafa dengan menatap sekilas Mita setelah itu fokus kembali ke soalnya.
"Kata maid tadi, kamu baru sembuh."
"Oh itu, sudah nggak papa kok kak."
"Jangan sakit lagi Daf." Pesan Mita.
"Iya kak." Jawab Dafa.
"Kak ini, bisa di koreksi mana yang salah." Ucap Dafa memberikan buku berisi soal yang sudah ia kerjakan. Mita menerima buku itu, mengoreksi jawaban milik Dafa, setelahnya ia tersenyum.
"100 buat kamu." Ucap Mita tersenyum ke arah Dafa.
"Beneran?" Tanya Dafa memastikan. Ia bahkan tidak menyangka jika menjawab sepuluh soal itu dengan benar semua.
"Iya, kamu memang jagoan." Puji Mita dengan mengarahkan dua jempol tangannya ke arah Dafa.
"Iya dong aku kan memang jagoan." Kata Dafa dengan penyakit percaya dirinya yang sudah mendarah daging.
"Eh kak, aku ada kue wortel sama red velvet. Kakak mau yang mana?" Tanya Dafa dengan menaruh dua kotak kue di atas meja.
"Kamu beli tadi waktu habis pulang sekolah?" Tanya Mita.
"Iya, jadi kakak mau yang mana?"
"Kakak mau kue wortel." Ucap Mita setelah memikir kue mana yang di inginkannya.
"Ih nggak boleh milih kue wortel!" Seru Dafa tidak terima.
"Tadi kan kamu nyuruh kakak milih?" Tanya Mita bingung.
"Kakak yang red velvet aja." Jawab Dafa dengan memberikan kotak berisi kue red velvet ke arah Mita.
"Kakak kan maunya kue wortel." Kata Mita.
"Nggak boleh, kue wortel punyaku. Kakak itu aja." Lanjut Dafa dengan menunjuk kotak berisi kue red velvet.
"Kok gitu?"
"Aku suka kue wortel, kakak nggak boleh ambil punya ku. Seharusnya tadi itu kakak milih yang red velvet nggak boleh yang wortel." Jelas Dafa dengan bibir yang mengerucut lucu, berusaha melindungi kue wortel kesukaannya dari siapa pun termasuk orang di depannya saat ini.
"Terus kalau kakak bolehnya kue red velvet kenapa tadi kamu nyuruh kakak buat milih eoh?!" Seru Mita gemas kepada Dafa. Bagaimana bisa laki-laki berumur 16 tahun tapi masih pantas bersikap selayaknya anak kecil. Benar-benar di buat gemas.
"He he." Kekeh Dafa dengan menyuapkan kue wortel kesukaannya ke dalam mulut merah rekahnya itu.
-
Next? Coment and voteSalam Rynd🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasva|END✔
Teen FictionMeskipun udah end, tetap vote ya😄 Bercerita tentang laki-laki menghadapi orang tua yang serba overprotective. Dafa Lutisva. Berteman baiklah dengannya, maka kau akan mengetahui semuanya. ❌Dilarang keras menjiplak dan meniru isi cerita dan alur. Kar...