36

6.2K 452 34
                                    

2 bulan lebih tanpa Dafa ya, rindu kah? Makasih ya udah stay di ceritaku. Makasih banyak💙 hayo dibaca narasinya yaa... aku tunggu notif dari kalian❤

~Enjoy it guys~

Saat ini jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, tadi ia bangun jam delapan untuk melakukan sarapan dan sekedar membersihkan diri. Selebihnya, ia hanya berbaring menikmati cairan infus yang seperti mengalir terus menerus melalui aliran darahnya. Bukan menikmati juga sih tapi tepatnya terpaksa menikmati.

Karena kalian tau kenapa?

Ayolah kalian pasti sudah hafal bagaimana sifat Dafa jika sudah berada di rumah sakit. Kebenciannya pada ruangan serba putih seperti sudah mendarah daging sejak kecil. Kakinya sudah sangat gatal ingin kabur dari ruang inapnya sejak kemarin. Hanya saja, ia kemarin baru berbaikan dengan orang tuanya. Tidak mungkin juga jika ia membuat masalah lagi sekarang.

Satu lagi, bisa saja dirinya sekarang kabur dari ruang inap selagi orang tuanya pergi entah kemana sejak pagi tadi.

Tapi siapa yang mau tertangkap di kandang harimau setelah keluar dari kandang buaya? Jangan lupakan sifat over protective orang tuanya, mereka tidak akan begitu mudah meninggalkan Dafa dalam keadaan damai dan tentram.

Lihat saja, sekarang ia dijaga dengan tiga bodyguard yang berada di dalam kamarnya. Ia juga berani taruhan jika diluar ruang inapnya juga ada bodyguard yang menjaga. Ia itu ingin mengumpat sebenarnya, sungguh. Tapi tidak berani, ya gimana ya ia harus menjaga imagenya bukan?

Handphone saya mana?” Tanya Dafa setelah beberapa kali memeriksa laci di sebelah kanan dan kiri ranjangnya berakhir tidak menemukan benda yang ia cari.

“Saya kurang tau Tuan Muda.” Jawab Riki selaku bodyguard yang berdiri tidak jauh dari ranjang di sebelah kanannya.

Kalian masih ingatkan dengan Riki, bodyguard yang pernah terancam akan dipecat saat Dafa meminjam handphone milik lelaki itu untuk menghubungi Leon?

“Masa dibawa sama bunda sih?” Gumam Dafa.

“Ayah sama bunda kemana?” Tanya Dafa menuntut.

“Keluar untuk keperluan bisnis Tuan Muda.” Jawab Riki.

“Lama?” Tanya Dafa belum puas.

“Saya kurang tau Tuan Muda.” Jawabnya.

Huft

Ia menghela nafas panjang, apa yang harus dilakukan untuk membunuh rasa bosannya ini? Dafa menurunkan selimutnya yang tadi menutupi hingga batas dada menjadi sampai pinggang.

“Tolong buka jendelanya ya.” Pinta Dafa dengan dagu yang mengarah pada jendela di sebelah kirinya.

“Sedikit saja, saya gerah.” Lanjutnya dengan nada tegas. Ia sudah tau jika bodyguardnya itu tidak akan mengabulkan apa yang ia minta. Maka dari itu, ia memberi ultimatum mutlak.

Setelah mendapat perintah yang nyaris tak terbantah, bodyguard yang berjaga di sebelah kiri ranjang Dafa bergerak untuk membuka jendela.

Perlahan, kedua mata anak itu tertutup menikmati hembusan angin yang masuk ke ruang inapnya. Meskipun jendela itu dibuka setengah, setidaknya itu sudah lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Matanya melirik pada lengan tangan kirinya yang tiba-tiba ngilu. Perlahan tangan kanannya membuka lengan jaket yang ia pakai. Ada perban putih yang menempel pada bagian itu.

“Pasti karena transfusi darah.” Batin Dafa.

Selalu seperti ini, keadaannya tidak pernah benar-benar membaik.
Ia tersenyum miris, kapan ia bisa seperti remaja lainnya? Bermain bersama teman sebaya tanpa peduli dengan jadwal minum obat sepertinya? Bukankah hidupnya sungguh miris?

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang