19

10K 768 20
                                    

~Enjoy it guys~

Diam. Hanya satu kata itu yang mewakili keadaan Dafa saat ini. Setelah memutuskan keputusan yang sulit baginya, ia kembali ke ruangan. Ya seperti inilah Dafa saat ini, berada di atas ranjang dengan mata menghadap lurus ke depan.

Cklek

"Selamat malam." Ucap seorang yang baru memasuki ruangan VVIP itu.

"Selamat malam Dok." Balas Andre dengan beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ranjang anaknya. Memang orang yang baru datang ke ruang inap Dafa adalah Dokter Doni.

"Malam Dafa." Sapa Dokter Doni saat pria itu sudah berada di ranjang samping kanan Dafa.

"Daf." Kata Dokter Doni saat pasien yang di depannya saat ini hanya diam dan menatap lurus ke depan. Padahal jika di lihat di hadapan Dafa tidak ada hal yang menarik, hanya ada dinding berwarna biru dan itu sama sekali tidak enak untuk di lihat dalam waktu yang lama.

"Daf, hai." Ulang Dokter Doni dengan menepuk bahu kanan Dafa perlahan.

"Ah ya." Ucap Dafa saat menyadari ada yang menepuk bahunya.

"Kenapa?" Tanya Dokter Doni dengan melirik lengan kanan Dafa yang terinfus diusapnya pelan lengan yang membengkak itu.

"Apanya yang kenapa?" Tanya Dafa.

"Jangan banyak pikiran." Ucap Dokter Doni mengingatkan.

"Iya." Balas Dafa singkat.

"Nafas kamu nggak teratur, Dokter pasang lagi ya nasal kanula nya." Bujuk Dokter Doni.

Bukan tanpa alasan Dokter Doni membujuk Dafa untuk memasangkan selang oksigen kepada pasien di depannya ini. Bisa lihat jika nafas Dafa memburu dengan cepat dan itu tidak baik untuk kesehatan anak itu.

"Nggak mau." Balas Dafa. Ia memang merasakan jika dadanya saat ini mulai nyeri, tidak di pungkiri juga jika laki-laki itu mulai kesulitan bernafas. Ia hanya malas, itu saja.

"Dafa." Ucap Andre yang membuat Dafa menoleh ke arah ayahnya.

"Iya yah." Balas Dafa.

"Nurut sama Dokter Doni." Kata Andre. Dafa menghela nafas, memang perkataan Andre itu hanya ucapan biasa jika orang lain yang mendengarkan. Tapi tidak dengan Dafa, ia bisa merasakan jika perkataan ayahnya itu bukan ucapan biasa melainkan perintah mutlak yang harus di laksanakan.

"Dafa mau." Ucap Dafa bersuara pelan. Ia sudah lelah, sungguh.

Dokter Doni pun tersenyum saat pasiennya ini mau mengikuti apa yang ia perintahkan. Segera ia memasangkan nasal kanula itu di bawah hidung mancung milik Dafa, setelahnya ia mengatur kadar oksigen agar nafas anak itu bisa kembali normal.

"Sekarang kamu bisa tidur." Kata Dokter Doni setelah memeriksa keadaan Dafa secara detail. Pria itu menarik selimut Dafa hingga dada, memastikan pasien yang sudah ia tangani sejak kecil itu tidak kedinginan.

"Good night." Ucap Dafa sebelum kedua mata itu perlahan menutup.

✖✖

"Kev, gua nggak paham kejadian apa barusan." Ucap Leon kepada Kevin.

"Maksudnya?" Tanya Kevin heran. Mereka saat ini berada di rumah Leon untuk membicarakan cara agar mereka bisa bertemu dengan Dafa. Tapi entah takdir atau bagaimana, Dafa menghubungi Leon meski memakai nomor yang tidak di kenal.

"Dia nggak jelas ngomong apa tapi yang gua denger dia cuma ngomong minta." Lanjut Leon.

"Setelah itu zonk?" Tanya Kevin.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang