~Enjoy it guys~
Sialan.
Ucapan itu terus terlontar dari bibir laki-laki berambut hitam. Kedua tangannya terkepal kuat dengan muka menahan marah. Ia menuruni tangga rooftop dengan cepat lalu berjalan menuju koridor yang menghubungkan dimana kelasnya berada.
Cklek
Suara pintu itu membuat perhatian mengarah kepadanya. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan yang sudah memulai pelajaran.
"Maaf, saya terlambat. Janji untuk tidak mengulangi, terima kasih." Ucap laki-laki itu di depan guru yang berdiri menghadapnya.
"Tunggu, Leon!" Seru Bu Iin selaku guru Kimia mencegah langkah Leon yang akan duduk di bangkunya.
"Ya?" Tanya Leon dengan membalikkan badan menghadap Bu Iin.
"Dimana Kevin? Kenapa dia tidak masuk kelas?" Tanyanya.
"Entah." Jawab Leon singkat lalu melanjutkan langkahnya.
"Lu gila!" Seru Dafa pelan saat Leon berhasil duduk di kursi sebelahnya.
"Maksud lu?" Tanya Leon menoleh ke arah Dafa dengan tangan yang bergerak untuk menaruh tasnya di atas meja.
"Lu tadi pagi pergi sama Kevin, kenapa sekarang malah lu nggak tau dia dimana." Jawab Dafa.
"Gua emang nggak tau dia dimana." Balas Leon dingin.
"Le, jujur sama gua. Kevin dimana?" Tanya Dafa penasaran.
"Lu bisa nggak tutup tuh mulut, gua mau belajar." Jawab Leon menoleh ke arah Dafa dengan ekspresi datar.
"Lu kenapa Le?" Tanya Dafa hati-hati saat menyadari ada yang tidak beres dengan temannya.
"Lu berubah." Lanjut Dafa menoleh ke arah Leon yang menghadap ke arah papan tulis dimana guru sedang menjelaskan.
✖✖
Demi apapun, sekarang sudah jam sembilan tapi kenapa Kevin masih belum juga datang ke kelas. Pelajaran masih berlanjut hingga 30 menit ke depan, tapi ia tak bisa meresap sedikitpun ilmu yang diberikan gurunya itu.
Dafa menoleh untuk kesekian kalinya ke arah Leon, temannya itu tetap pada ekspresi yang sama. Raut datar yang membuat ia semakin penasaran kenapa temannya berubah drastis setelah pergi dengan Kevin tadi pagi.
Dafa merogoh saku celananya lalu mengeluarkan handphone dan memainkan benda itu di loker meja . Ia membuka aplikasi chat lalu mengetikkan beberapa kata perihal dimana keberadaan temannya sekarang sebelum,
"Handphone lu gua bawa." Ucap Leon merebut handphone milik Dafa yang berada di genggaman tangan laki-laki itu.
"Maksud lu apa?" Tanya Dafa cepat menoleh ke arah Leon.
"Handphone lu gua bawa, apa lu belum ngerti juga?" Tanya Leon menatap Dafa dengan ekspresi datar dan juga suara dingin.
"Lu nggak bisa!" Seru Dafa jengkel denganberusaha mengambil handphone yang berada di tangan Leon.
"Gua bisa!" Seru Leon dengan semakin menjauhkan tangannya agar Dafa tidak bisa menjangkau.
Beruntung suasana kelas bisa dikatakan sedikit ramai karena tadi guru membentuk beberapa kelompok untuk menyelesaikan soal. Jadi tidak perlu khawatir suara Dafa dan Leon akan terdengar oleh guru atau teman sekelasnya.
✖✖
Tringg!
Bel istirahat berbunyi membuat beberapa siswa dengan cepat merapikan alat tulis mereka dengan guru juga melakukan hal yang sama dan tidak terkecuali Dafa dan Leon yang menghentikan aktivitasnya.
"Pelajaran hari ini akan dilanjutkan minggu depan. Selamat pagi." Ucap Bu Iin dengan meninggalkan kelas.
"Pagi." Balas semua murid dengan kompak lalu berlari ke luar kelas untuk mengisi perut mereka.
"Mana handphone gua Le!" Seru Dafa berdiri menyusul Leon.
"Gua nggak mau." Ucap Leon santai dengan berjalan keluar kelas.
"Mana gua bilang! Lu nggak berhak ngambil handphone gua!" Seru Dafa tidak terima.
"Lu mau tau dimana Kevin sekarang kan?" Tanya Leon menatap Dafa yang ada di depannya.
"Iya lah." Jawab Dafa cepat.
"Lu ngelakuin hal yang nggak berguna Daf. Asal lu tau." Selesai mengucapkan kalimat itu Leon melanjutkan langkahnya menjauh dari Dafa.
"Maksudnya apa?" Gumam Dafa dengan melihat punggung Leon yang semakin menjauh dan lama-lama menghilang.
✖✖
"Kev lu dimana?" Ucapan itu terus terlontar dalam hati dengan langkah kaki yang tidak menentu serta kepala yang sibuk menoleh ke kanan dan kiri.
BRAK
Pintu rooftop itu dibuka dengan keras oleh Dafa, ia berlari ke semua sudut tetapi tidakjuga menemukan keberadaan temannya.
Dafa menoleh ke kanan kiri memastikan kembali bahwa di tempat itu ia mengharapkan Kevin berada di tempat yang sama dengannya.
"Sial." Umpatnya putus asa. Ia kembali berjalan untuk turun dari rooftop sebelum langkahnya berhenti dengan kepala menunduk memperhatikan bawahnya. Perlahan ia berjongkok untuk melihat lebih jelas.
"Darah." Ucap Dafa memperhatikan jari telunjuknya setelah ia menyentuh cairan yang diambil dari lantai rooftop.
"Kenapa ada darah di sini?" Tanya Dafa penasaran dengan melihat sekelilingnya yang bisa menjawab rasa penasarannya.
Tidak menghabiskan waktu, ia berlari dimana pintu rooftop berada. Menuruni anak tangga yang tidak bisa di bilang sedikit dengan cepat. Pikirannya benar-benar kalut, bagaimana bisa ada darah. Siapa yang terluka?
Kevin?
Atau
Leon?
Hanya mereka bertiga yang memiliki akses untuk bisa ke rooftop itu. Bukankah Leon dalam keadaan baik-baik saja? Berarti itu artinya,
"Kevin." Ucap Dafa di sela-sela larinya.
"Dia terluka." Lanjut Dafa dengan menambah kecepatan berlarinya dengan raut khawatir yang terlihat jelas di mukanya.
✖✖
"Lu dimana Kev?" Gumaman itu terus terlontar yang entah sudah berapa kali. Langkah kakinya mulai melambat karena berjalan cepat untuk waktu yang tidak bisa di bilang sebentar.
Berjalan ke arah gedung belakang sekolah adalah pilihannya saat ini, berfikir bahwa di tempat itu ada kemungkinan bahwa temannya berada di tempat yang sudah lama tidak terpakai.
"Deal?" Suara itu membuat langkah kakinya berhenti, mencari dimana suara berasal dan mencari tempat persembunyian.
"Deal." Balas suara lain.
"Oke. Semoga kerja sama kita berjalan dengan baik." Ucap suara itu dan disusul dengan langkah kaki yang menjauh.
"Kerja sama? Kerja sama apa?" Gumamnya heran.
-
Next? Comment and Vote
Salam Rynd🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasva|END✔
Teen FictionMeskipun udah end, tetap vote ya😄 Bercerita tentang laki-laki menghadapi orang tua yang serba overprotective. Dafa Lutisva. Berteman baiklah dengannya, maka kau akan mengetahui semuanya. ❌Dilarang keras menjiplak dan meniru isi cerita dan alur. Kar...