5

20.3K 1.3K 18
                                    

~Enjoy it guys~

Mata berwarna biru itu perlahan membuka, berusaha menyesuaikan dengan cahaya lampu. Kepalanya terasa berat, sangat berat. Tangannya perlahan menyentuh dahinya, diambil  lap basah yang tadi bertengger manis di sana.

Cklek

"Dek udah bangun?" Tanya seorang perempuan dengan berjalan memasuki kamar itu. Yang di panggil pun menoleh sekilas ke arah sumber suara.

"Mana yang sakit?" Tanya perempuan itu yang tak lain adalah Nadia dengan menaruh semangkok bubur dan segelas susu di nakas samping ranjang milik anaknya lalu duduk di kursi sebelah ranjang.

"Masih marah sama bunda?" Tanya Nadia menatap anaknya. Pasalnya Dafa memalingkan mukanya. Helaan nafas berat milik bundanya bisa di dengar oleh Dafa. Sebenarnya ia tak bisa untuk marah ke orang tuanya, tapi entah di dalam dirinya ada yang berontak meminta untuk masih ingin memiliki waktu sendiri.

"Maaf kalo kehadiran bunda di sini ganggu. Di makan buburnya terus minum obat. Bunda keluar, cepat sembuh." Ucap Nadia dengan perlahan berdiri untuk meninggalkan kamar anaknya. Kecewa? Jelas, siapa yang tak kecewa jika orangtua tidak di pedulikan anaknya.

"Bunda." Panggil Dafa dengan suara seraknya. Kebiasaan jika sakit, suara anaknya itu cenderung serak. Nadia berhenti melangkah dengan posisi membelakangi anaknya.

"Maaf kalau adek nakal, nggak nurut terus udah buat bunda sedih. Maaf." Ucap Dafa tubuh yang tadi membelakangi bundanya berganti dengan posisi duduk dengan mata menatap punggung sang bunda. Bagaimana bisa Nadia marah dengan anaknya, jika hati yang dimiliki anaknya selembut sutra.

"Adek kebanggaan bunda sama ayah jangan mikir kayak gitu." Ucap Nadia menghampiri sang anak dengan memeluk tubuh anak tunggalnya itu. Bisa dirasakan bahwa suhu tubuh anaknya masih hangat.

"Adek mau di antar sama ayah ke sekolah." Sontak ucapan Dafa membuat Nadia kaget.

"Tapi jangan di jual motor adek ya bun. Adek janji bakal nurut, tapi jangan di jual motornya." Lanjut Dafa dengan melepas pelukan dengan bundanya dan menatap perempuan di hadapannya dengan tatapan memohon.

"Kenapa?" Dafa dan Nadia menoleh ke arah pintu saat ada suara yang menyahut. Tampaknya Andre yang sehabis pulang dari bekerja terbukti kemeja dan jasnya masih melekat di tubuhnya, lantas menghampiri dua orang yang amat ia sayangi.

"Dafa mau di antar jemput sama ayah kemana pun Dafa mau, tapi mohon jangan dijual motor Dafa." Ucap Dafa dengan kepala menunduk. Tangannya sibuk memilin selimut miliknya.

"Iya ayah ngerti, tapi kenapa nggak boleh ayah jual motornya?" Tanya Andre dengan suara lembutnya mengelus rambut milik anaknya.

"Itu kan hadiah dari ayah. Jangan di jual." Jawab Dafa dengan menatap sang anak. Oh sungguh, bagaimana bisa anak berumur enam belas tahun tapi masih pantas bertingkah polos dan menjawab jujur seperti tadi.

"Iya udah." Ucap Andre memutuskan.

"Iya apa?"Tanya Dafa menuntut.

"Iya nggak di jual." Jawab Andre menjelaskan.

"Terima kasih ayah." Ucap Dafa seraya berhambur memeluk Andre. Andre pun membahas pelukan sang anak.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang