41

5.4K 421 43
                                    

Kalau ada typo tolong dikoreksi yaa😄

Semoga gak bosen, yang lupa sama alurnya bisa baca part sebelumnya💛


~Enjoy it guys~

Dafa duduk di kursi taman belakang mansion, setelah melakukan sarapan ia memilih bersantai di tempat itu. Di taman belakang ini banyak bodyguard yang berjaga, salah satunya Riki yang saat ini berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Ia masih tidak diperbolehkan masuk sekolah seperti perintah dari ayahnya kemarin malam. Sejak pagi tadi ia sudah tidak bertemu dengan ayahnya, katanya karena ada urusan yang mendesak di perusahaan. Bundanya saat ini sedang membuat kue, entah jenis kue apa yang wanita itu buat.

Dafa merogoh saku celana selututnya yang berwarna hitam, mengambil ponsel yang ia simpan disana. Laki-laki itu mengotak-atik benda persegi miliknya dengan mimik serius, lalu membawa ponselnya ke daun telinga sebelah kanan.

“Halo.” Ucap Dafa saat suara panggilan sudah terhubung dengan lawan bicara.

“Le, lu kemana aja?” Tanya Dafa sesaat setelah mendapat jawaban. Ia menghubungi Leon, khawatir karena sejak kemarin temannya itu hilang tanpa kabar.

“Gua di Amerika.” Jawab Leon dengan suara serak. Ayolah, ia baru tidur setelah pergi ke Club. Kenapa temannya itu tidak mengerti tentang perbedaan waktu?

Ah, iya. Dafa tidak tau jika dirinya saat ini berada di negara dengan waktu lebih lambat 14 jam dari negara temannya berpijak.

“Ngapain?” Tanya Dafa curiga.

“Liburan, habis ini kan ujian. Jadi, gua mau ketemu sama orang tua gua.” Jawab Leon menjelaskan. Penjelasan yang sepenuhnya mengandung kebohongan.

“Pulangnya kapan?” Tanya Dafa meminta kejelasan.

“Secepetnya. Lu tau kan kalau gua gak bisa sering ke Amerika kecuali kalau ada urusan mendesak.” Jawab Leon memberi temannya pengertian.

“Berarti sekarang ada urusan mendesak dong?” Tanya Dafa menerka.

Sial! Leon salah bicara.

“I-iya mendesak. Kan karena habis ini ujian, jadi gua gak bisa ke Amerika kalau waktu ujian udah deket.” Jawab Leon beralasan.

“Gua bakal bawain lu oleh-oleh kok, tenang aja.” Ucap Leon mengalihkan pembicaraan.

“Bawain Kevin juga, jangan lupa.” Balas Dafa mengingatkan.

“Iya, pasti.” Kata Leon.

“Gua tidur lagi ya, disini masih malem.” Lanjut Leon mematikan sambungan telepon saat sudah mendapatkan persetujuan dari Dafa.

✖✖

Dafa menatap layar handphonenya, ia merasa jika sikap temannya ada yang aneh. Tapi, entahlah ia tidak boleh berbuat gegabah dengan menyimpulkan suatu hal dengan cepat tanpa tau fakta yang sebenarnya. Ia beranjak dari duduknya lalu membalikkan badan untuk kembali masuk ke dalam mansion.

“Aku mau ke perpustakaan. Gak usah ikutan masuk.” Ucap Dafa dengan tetap berjalan menuju lift diikuti Riki dan satu bodyguard lainnya.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang