27

9.1K 641 46
                                    

~Enjoy it guys~


Kedua mata itu perlahan mulai membuka. Menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina. Untuk sesaat ia terdiam lalu menoleh kearah kanan kirinya.

Ruang inap.

Ia tersenyum miris, selalu seperti ini. Merasakan sakit dan berakhir di tempat yang paling ia benci. Ia melirik kearah tangan kanannya, ada jarum infus yang terpasang apik disana. Hidungnya pun juga dipasangi nasal canula.

Perlahan otaknya mengingat kepingan memori sebelum ia membuka matanya. Ah ya, ia hampir saja kehilangan nyawanya.

Dafa menoleh kearah jendela besar di sebelah kanannya. Malam ini cukup cerah, banyak bintang dan bulan. Tidak seperti beberapa waktu lalu yang selalu dihiasi hujan.

Ia kembali mengarahkan kepalanya ke depan melihat jam dinding yang tertempel disana, jam 19.15. Sudah cukup malam rupanya. Laki-laki itu menyengitkan dahinya dimana orang tuanya? Bukankah disaat ia membuka mata orang tuanya itu selalu ada bersamanya?

Cklek

Suara pintu itu mengalihkan perhatian Dafa, ia menoleh ke arah kiri menatap penasaran siapa yang akan datang. Ia merubah posisinya menjadi duduk dengan selimut yang turun menutupi kakinya yang bersila.

"Halo dek." Sapa Nadia berjalan cepat kearah Dafa saat melihat anaknya itu sudah siuman. Disana ada orang tuanya yang berjalan kearah laki-laki itu.

"Hai bun." Balas Dafa dengan senyum yang terbit di bibir pucatnya.

"Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit?" Tanya Nadia duduk di kursi sebelah kiri ranjang Dafa.

"Better." Jawab Dafa menatap bundanya.

"Ayah bawa makanan sama buah. Jadi mau makan yang mana?" Tawar Andre dengan meletakkan beberapa kantong plastik di sofa.

"Buah." Jawab Dafa yang dibalas anggukan oleh Andre.

"Ayah, bunda." Ucapan sang anak itu membuat aktivitas Andre dalam memilah buah kesukaan anaknya itu terhenti.

"Ya?" Balas Andre menatap kearah Dafa lalu berganti kearah Nadia dengan raut bingung.

"Maaf kalau Dafa ngerepotin ayah sama bunda. Maaf kalau Dafa nyusahin ayah sama bunda. Maaf-" Ucapan Dafa terhenti saat sesak di dadanya mulai menghampiri.

Mengingat kejadian sebelum ia tidak sadarkan diri membuatnya menjadi anak yang buruk. Membentak orang tuanya sendiri itu adalah kelakuan yang tidak seharusnya, pikirnya.

"Ssttt, adek nggak salah. Jangan minta maaf." Ucap Nadia dengan mengelus lembut tangan kiri Dafa yang bebas dari infus.

Andre tersenyum setelah melihat ucapan yang barusan terlontar dari mulut anaknya. Ia bangga dan merasa berhasil karena sudah mendidik anaknya menjadi anak yang baik bersama istrinya. Pria itu berjalan mendekat kearah ranjang samping kanan anaknya.

"Sama seperti apa yang dikatakan bunda. Dafa nggak salah, jangan minta maaf. Dafa sama sekali tidak merepotkan dan menyusahkan ayah dan bunda." Kata Andre dengan mengelus lembut rambut Dafa yang saat ini menatapnya.

"Terima kasih." Ucap Dafa tulus menatap kearah ayah dan bundanya secara bergantian.

"Tidak perlu mengucapkan itu." Balas Nadia dengan memeluk anaknya.

"Itu sudah tugas ayah dan bunda." Kata Andre dengan memeluk kedua orang yang sangat berarti dalam kehidupannya.

"Acara pelukannya selesai sekarang waktunya makan." Ucap Andre dengan melepas pelukan lalu beralih kearah kantong plastik yang tadi ia abaikan.

Dasva|END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang