Gue masih melangkahkan kaki untuk mengejar Aisy yang berlari entah kemana.
"Aisy! Aisy!" gue panik setengah mati saat gak ketemu gadis itu.
Apa yang terjadi sama gue? Kenapa gue panik kayak gini? Gue seperti orang yang telah kenal lama dengan Aisy? Perasaan apa ini?
Tapi gue menyingkirkan pertanyaan-pertanyaan yang mengisi pikiran gue, saat ini gue harus fokus cari Aisy.
"Nona Aisy kenapa basah seperti ini?"
Gue langsung menatap ke arah kanan gue saat seseorang menyebut nama Aisy, terlihat disana Aisy bersama seorang lelaki paruh baya.
"Aisy," gue melangkahkan kaki ke arah sana.
Kedua orang dihadapan gue kini menatap gue dengan bingung.
"Anda siapa?" tanya lelaki paruh baya itu dengan nada tak suka.
Gue hanya tersenyum. "Nama saya Serkan, teman sekolah Aisy!"
Lelaki paruh baya itu menatap Aisy, lalu gadis berjilbab putih itu menganggukkan kepalanya.
"Anda tau kenapa nona Aisy basah seperti ini?" tanya lelaki paruh baya itu.
"Aisy seperti ini kare.. Awww!!" belum saja gue lanjutkan perkataan gue, kaki gue sudah diinjak oleh gadis di samping gue.
"Aisy!"
Gue menatap tajam Aisy yang sedang menggelengkan kepalanya, seolah-olah menyuruh gue untuk diam saja.
Lalu gadis itu mengeluarkan buku kecilnya, dan mulai menulis.
'Aisy gak apa-apa kok pak Burhan, tadi Aisy gak sengaja tersiram air di toilet'
Setelah membaca itu pak Burhan hanya menganggukkan kepalanya. Dan gue masih geram, kenapa dia gak jujur aja? Bohong demi pembully itu nggak ada gunanya!
"Yasudah kalau seperti itu, nona harus berhati-hati lagi. Silahkan masuk nona," pak Burhan membukakan pintu mobil berwarna hitam.
Aisy melihat gue sambil tersenyum lalu masuk ke dalam mobil.
Gue melihat pak Burhan sedikit terkejut saat mendengar perkataan gue.
Lalu lelaki paruh baya itu menepuk pundak gue. "Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam,"
Gue hanya bisa menatap mobil hitam itu menghilang di balik pintu gerbang SMA Garuda, beberapa saat gue mulai berfikir. Seperti ada yang aneh dengan gue?
Ahh hari ini perasaan gue penuh teka-teki silang.
***
Dukk
DukkkGue hanya melihat Zaverino memantul-mantulkan bola basket di lapangan basket kecil yang dibuat oleh Ayah tahun lalu.
"Zaverino," panggil gue.
Anak SD itu menatap gue dengan tatapan datar, gue bingung sama sikap adek bungsu gue ini. Dulu dia itu ceria-ceria aja kayak Dora, tapi kini sikapnya berubah kayak vampire. Ngomong irit, muka datar kayak tembok, kalau ditanya jawabnya 'iya' 'nggak' 'hemm' persis kayak bokap gue. Padahal masih SD loh!
Zaverino duduk di samping gue. "Kenapa?"
Gue menatap anak lelaki bermata biru itu. "Lo masih ingat sama gadis yang sering panggil lo pangeran?"
Zaverino menganggukkan kepalanya.
"Lo tau namanya?"
"Sheila," jawab Zaverino.
Gue mengangguk-nganggukkan kepala sambil berfikir, wajah Aisy sangat mirip dengan Sheila. Tapi, Sheila nggak tunawicara dan dia tinggal di panti asuhan sejak kecil. Sheila memang menghilang sejak tiga tahun yang lalu tanpa pamit dan menjelaskan apapun sama gue, Bunda Aulia selaku pemilik panti asuhan pun hanya bilang bahwa Sheila sedang pergi untuk beberapa tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERKAN
Teen FictionSequel cerita Zirco. Serkan Fariz Kharisma, seorang lelaki SMA yang mendapat gelar badboy Alim, troublemaker, manusia paling dihindari di sekolahnya. Ikuti alurnya, nikmati prosesnya. #Serkan2k20