Keluarga

1.2K 167 25
                                    

Hiks hiks

"Untuk kedua kalinya abang bikin Umma nangis akhir-akhir ini," ucap Serkan lalu meringis kesakitan karena luka di sudut bibirnya masih terasa sakit.

Ummanya menggegam tangannya. "Gak ada seorang ibu yang gak nangis liat anaknya luka begini,"

"Ada Umma, ibunya bawang merah." canda Serkan.

Hafizah menarik telinga putranya itu. "Umma lagi ngomong serius, Abang malah becandain."

"Ampun Umma,"

Plakk

Adoww!

Zakia memukul kaki Serkan. "Huhuhu, kenapa Abang bisa luka-luka begini? Muka abang jadi jelek kayak mumi hiks, mukanya Abang banyak kapasnya.. Zakia gak mau punya Abang jelek huaaa!!'

Serkan menatap datar adik perempuannya itu. "Kia, gak boleh ngomong gitu. Abangmu ini gak bisa jelek,"

"Tapi kenapa sekarang Abang jadi jelek huaa?!!" ucap Zakia lalu menangis lagi.

Ya Allah :)

"Ayah, kenapa Abang mukanya jelek huaa!!" kini Zakia mempertanyakan hal itu pada Ayahnya.

Zirco yang sedang duduk santai di sofa melirik putrinya. "Takdir,"

Serkan langsung menatap Ayahnya. "Iyain, orang jelek banyak rejekinya."

Sedangkan Hafizah hanya tertawa melihat penderitaan putra sulungnya.

Cklek

Pintu ruang inap Serkan terbuka, dan terlihat anak lelaki berseragam putih merah masuk ke dalam ruangan. Anak lelaki itu langsung memeluk Serkan.

"Abang gapapa Ver," ucap Serkan sambil mengelus pundak adiknya.

"Gue kira lo mati bang," ucap Zaverino dengan polosnya.

Serkan be laik. "Punya adek luknut semua,"

"Kalau baru dipukul beginian, gue masih mempan. Tenang aja," ucap Serkan.

Zaverino hanya terdiam dan masih memeluk abangnya, Serkan tau walaupun Zaverino memiliki sifat cuek dan irit bicara namun adik bungsunya sangat peduli dengannya.

Ayahnya mendekat ke arah kasur lalu duduk disamping Ummanya. "Sudah baikan?"

Serkan hanya menganggukkan kepalanya seraya menunduk karena dia tidak berani menatap mata Ayahnya yang datar itu, sudah kedua kalinya Serkan ditatap seperti itu oleh Ayahnya.

"Kenapa bisa begini?" tanya Ayahnya.

Serkan sudah menduga Ayahnya akan bertanya seperti itu, dan Serkan sudah mempersiapkan jawaban yang sangat memuaskan.

"Kemarin abang mau ngumpul terus abang gak liat jalan, jalanannya keliatan gelap jadinya abang masuk ke dalam parit. Abang mau keluar parit tapi malah ada anjing galak jadinya abang masuk ke dalam parit lagi, muka abang kayak gini gegara batu-batu kerikil dalam parit itu Yah. Selesai," jawab Serkan panjang lebar.

Ayahnya menatap datar Serkan. "Jawab yang jujur,"

Serkan tersenyum kaku lalu menatap Ummanya. "Umma percaya Abang kan?"

Wanita paruh baya itu berfikir sejenak. "Bukannya Abang kemarin pakai mobil ya?"

"Iya, abang kan kemarin naik mobil ketemu sama cewek!" tambah Zakia.

"Abang pacaran?" tanya adik bungsunya.

Skak mat!

Kini Serkan hanya memberikan senyuman yang tidak bisa diartikan, lalu tiba-tiba lelaki bermata biru itu memegang dadanya dengan muka seperti orang kesakitan.

SERKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang