Nişanlı

2.5K 186 16
                                    

"Jangan lama-lama disana,"

"Iya Umma,"

"Ingat pulang, awas ya abang gak pulang cepat."

"Iya Umma,"

"Selalu jaga kesehatan disana, jangan begadang."

"Iya Umma,"

"Zah," Zirco harus mencegah Hafizah untuk berbicara lagi sebelum Serkan berubah pikiran.

Hafizah menghela nafasnya. "Sini peluk Umma dulu."

Serkan memajukan dirinya, lalu memeluk wanita paruh baya itu. "Umma jangan nangis, nanti cantiknya hilang."

Hafizah mengusap air matanya lalu memukul lengan putra sulungnya itu. "Cepat berangkat sana,"

Serkan tertawa kecil melihat Ummanya. "Aku mau berangkat, Umma gak mau tahan nih?"

Ummanya menggelengkan kepala lalu memeluk lengan Ayahnya.

"Serkan," Zirco memperingatkan putranya itu.

Serkan hanya tertawa, lalu pamit kepada kedua orang tuanya. Lelaki bermata biru itu menyeret kopernya masuk ke dalam pesawat.

Jika seperti ini dia ingat saat dia masih kecil, waktu itu umurnya masih tiga tahun. Dia dipaksa oleh tantenya kandungnya untuk pergi ke Turki, oleh karena itu Ummanya selalu menangis jika Serkan pergi ke Turki.

Walaupun mereka bukan orang tua kandung Serkan, tetapi mereka sayang banget sama Serkan. Sehingga lelaki bermata biru itu nyaman tinggal bersama mereka.

Setelah 12 jam di atas pesawat, akhirnya Serkan tiba di Istanbul. Lelaki bermata biru itu keluar dari pesawat dengan menyeret koper hitamnya.

Lalu melihat seorang lelaki yang mengangkat kertas yang bertulis namanya.

Serkan menghampiri lelaki itu dengan tersenyum. "Assalamu'alaikum Enver,"

Lelaki itu sempat terkejut mendengar Serkan menyapanya. "Wa'alaikumussalam, ini Serkan?"

Serkan menganggukkan kepalanya.

Enver langsung bertos ria dengan Serkan. "Lama sudah kita gak ketemu, Kuzen (Sepupu)."

"Gue sibuk banget di Indonesia, jadi baru sekarang ke Turki."

Enver menyikut pinggang sepupunya itu. "Lo bukan sibuk tapi sok sibuk."

Serkan hanya tertawa mendengar Enver berbicara bahasa indonesia dengan aksen turki, sangat lucu sekali.

Memang keluarga Serkan yang di Turki rata-rata bisa berbahasa indonesia karena Dede Serkan masih keturunan indonesia.

"Gue mau ajak lo jalan-jalan habis ini," ucap Enver.

Serkan meregangkan otot-ototnya. "Gue capek Ver, kita pulang aja."

"Okey, tapi lain kali lo harus ikut gue jalan-jalan."

Serkan hanya menganggukkan kepala.

Lalu lelaki bermata biru itu menyeret kopernya, mengikuti sepupunya itu ke mobil.

"Lo tau Teyze Yasmin buat masalah lagi," ucap Enver sambil menyetir.

"Gue harap itu gak ada hubungannya dengan gue," ucap Serkan lalu memandang keluar jendela mobil.

"Gue gak tau lo bakal suka atau nggak," ucap Enver lagi.

Serkan hanya mendehem lalu memejamkan matanya.

Sesampainya di mansion tempat tinggal keluarga Serkan, mereka disambut oleh banyak sekali pelayan dan penjaga.

"Selamat datang tuan Serkan," ucap para pelayan dan penjaga itu.

SERKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang