Mood Aisy

2.2K 189 15
                                    

Hari sudah sore, para anggota geng X-Jupiter dan geng Mandala mulai membereskan barang-barang yang masih tersisa.

Aisy menepuk pundak Serkan.

Lelaki bermata biru itu menoleh ke arah Aisy. "Kenapa Ai?"

Aisy menunjukkan bukunya. 'Kak saya pamit pulang,'

"Mau gue anterin sampai rumah?"

Aisy menggelengkan kepala.

"Lo tunggu pak Burhan dimana?"

Aisy menulis. 'Di halte,'

Serkan menggelengkan kepala cepat. "Gak boleh, lo tunggu disini. Gue panggil Chris,"

Aisy menggelengkan kepala. 'Kak, hari ini Christian lagi ke gereja.'

"Oh iya,"

'Biar saya sendiri saja,'

Serkan menatap ragu Aisy lalu lelaki bermata biru itu menghela nafasnya. "Kalau ada apa-apa langsung chat gue aja,"

Aisy menganggukkan kepala.

Gadis itu keluar dari taman lalu duduk di halte dekat taman.

Tiba-tiba seorang gadis berambut panjang duduk di sebelah Aisy.

"Lo Aisy kan?" tanya gadis itu.

Aisy menganggukkan kepala.

"Lo kenal Serkan?" tanya gadis itu lagi.

Aisy memganggukkan kepala.

Gadis itu membuka kacamata hitamnya lalu menatap Aisy dengan rendah.

"Gue Amanda, teman SMP Serkan." ucap Amanda.

"Gue dengar lo lagi dekat dengan Serkan, tapi lo jangan kegeeran dulu."

Amanda mengeluarkan sebuah foto seorang gadis kecil berseragam SD.

"Dia sahabat Serkan, dan lo mirip dengan sahabatnya."

"Dari dulu Serkan gak pernah dekat dengan cewek, dia cuma cinta sama sahabat kecilnya. Dan sekarang lo dekat sama Serkan karena lo mirip sama sahabatnya jadi lo jangan kepedean dan jangan berharap! Lo cuma pelampiasan Serkan!" ucap Amanda sarkartis.

"Karena gak mungkin Serkan suka sama cewek bisu kayak lo!"

Aisy yang mendengar itu hanya bisa menggenggam tangannya seraya menahan tangis.

"Mulai sekarang lo jangan dekat lagi dengan Serkan! Ngerti gak lo?!"

Aisy hanya diam.

Amanda melirik tajam Aisy. "Oh iya gue lupa, lo kan bisu!"

Lalu Amanda berdiri dan pergi dari sana.

Aisy langsung menutup wajahnya lalu menangis.

"Aku memang gak pantas untuk kak Serkan, aku cuma cewek bisu. Sadar Aisy! Kamu gak pantas untuk Serkan," batin Aisy.

"Non,"

Aisy mendongakkan kepalanya, terlihat pak Burhan sedang menatapnya khawatir.

"Non Aisy kenapa? Siapa yang buat non menangis?" tanya lelaki paruh baya tersebut.

Aisy menggelengkan kepala lalu berjalan masuk ke dalam mobil.

Pak Burhan ikut masuk ke dalam mobil, sesekali pak Burhan melirik Aisy yang masih menangis.

Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Aisy.

Aisy menghapus airmatanya lalu berlatih untuk tersenyum, gadis itu tidak mau orang tuanya khawatir kepadanya.

SERKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang