Strategi

2.7K 196 15
                                    

"Ayolah Om, kirim peralatan yang aku pesan kemarin." ucap lelaki bermata biru itu kepada seseorang yang ditelponnya.

"Emang barang itu mau buat apa Ser?" tanya lelaki diseberang sana.

"Om Railo kirim aja, nanti aku kasih tau kalau sudah berhasil."

Railo adalah sahabat Ayahnya Serkan, lelaki paruh baya itu juga sering membuat peralatan canggih dan membuat strategi.

"Okey, besok barangnya sampai. Jangan sampai ketahuan Zirco,"

"Siyap bos!"

Tutt tutt

Serkan tersenyum puas, besok dia akan melakukan sesuatu yang menakjubkan untuk sekolah tercintanya.

"Abang, makan dulu." panggil Ummanya dari lantai bawah.

Serkan meletakkan handphonennya di atas nakas lalu bergegas ke bawah.

Sesampainya di bawah terlihat anggota keluarganya duduk di kursinya masing-masing. Serkan duduk diantara Zaverino dam Zakia, dihadapannya terlihat Ayah dan Ummanya.

"Zaver," panggil Ayahnya yaitu Zirco.

Zaverino mendongakkan kepalanya lalu menatap Ayahnya.

"Kenapa rahangmu?" tanya Zirco lalu meminum air.

Zaverino langsung terdiam, Serkan menatap adiknya lalu menatap Ayahnya.

"Aku mau cerita, tapi Ayah jangan marah sama Zaverino karena ini bukan salah Zaverino." ucap Serkan.

Zirco mendehem.

"Sebenarnya tadi Zaverino berantem sama teman sekelasnya tapi.." Serkan berhenti sejenak lalu menatap Ayahnya yang sedang menatapnya dengan santai.

"Tapi ini bukan salah Zaverino, teman sekelasnya mau memfitnah Egi. Dan ada yang mau Zaverino sampaikan," ucap Serkan lalu menatap adiknya.

Zaverino menatap Serkan lalu menatap Ayah dan Ummanya. "Aku ikut pencak silat babe Ucup setiap hari minggu,"

Zirco menghela nafasnya lalu melihat kedua putranya. "Jangan menyelesaikan semua masalah dengan otot, ingat Zaver."

Zaverino menganggukkan kepalanya.

"Dan jangan menyelesaikan masalah dengan bolos," lanjut Zirco lalu menatap Serkan.

Serkan hanya nyengir mendengar perkataan Ayahnya.

"Ingat Serkan," ucap Ummanya sambil tertawa kecil.

"Tuh bang, dengerin kata Ayah. Kayaknya disini cuma Zakia aja deh yang jadi anak baik," ucap Zakia lalu tertawa kecil.

Serkan menepuk puncak rambut Zakia. "Iya Zakia, jangan kayak bang Serkan ya!"

Lalu semua orang dimeja itu tertawa, keluarga Serkan selalu hangat seperti ini. Walaupun dia mempunyai Ayah dan Adik lelaki yang dingin tetapi mereka tidak menunjukkan sisi dinginnya saat bersama keluarga seperti ini. Apalagi Serkan juga ditemani oleh dua bidadari yang cantik dan menyenangkan.

Walaupun dalam hatinya terkadang tak pantas bersama keluarga Kharisma karena dia adalah anak angkat. Namun Ayahnya selalu berkata kepadanya seperti ini.

"Serkan bukan anak angkat, marga Ayah sudah tercantum di nama belakangmu."

"Sampai kapan pun Serkan adalah cucu pertama dan putra pertama keluarga Kharisma,"

"Selalu ingat itu, jika ada rasa ragu dihatimu."

Dan Serkan selalu mengingat perkataan Ayahnya itu, dia cucu pertama dan putra pertama keluarga Kharisma.

SERKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang