Menjaga

1.5K 132 10
                                    

Seorang lelaki bermata biru dan adiknya kini sedang berjalan menyusuri lorong-lorong berwarna putih seraya mengobrol.

"Bang, gue gak mau disuntik." ucap Zaverino lalu berhenti di tempatnya.

Serkan menoleh ke belakang, lalu berjongkok di depan adiknya. "Kalau lo gak disuntik, jadi kapan sembuhnya?"

Zaverino tetap kekeh tidak mau disuntik walaupun Serkan sudah memohon kepadanya.

"Setiap bulan gue disuntik, sakit." ucap Zaverino sambil menyentuh bekas suntikan di lengannya.

Sebenarnya Serkan tidak tega melihat Zaverino yang selalu disuntik setiap bulannya. Tetapi jika tidak disuntik, daya tahan tubuh Zaverino akan lemah. Anak SD itu selalu pingsan jika terlalu kecapean.

"Gue gak mau disuntik!" kekeh Zaverino.

"Sudah gede, tapi takut sama jarum suntik!" ini bukan suara Serkan tetapi gadis kecil yang duduk di kursi panjang lorong rumah sakit.

Gadis kecil itu menghampiri Zaverino sambil mendorong tiang infusnya, lalu gadis kecil itu menunjukkan tangannya yang selalu tertusuk jarum infus.

"Coba liat tangan Mentari, setiap hari disuntik terus. Tapi Mentari gak takut," ucap gadis kecil yang bernama Mentari itu.

Zaverino tertegun mendengar ucapan gadis kecil dihadapannya, ada rasa malu didirinya.

"Ver, dengar tuh." bisik Serkan.

Zaverino mendengus kesal. "Gue gak pernah bilang, kalau gue takut jarum suntik."

Anak lelaki itu langsung menarik Serkan ke dalam ruangan. Akhirnya Zaverino mau untuk disuntik.

"Assalamu'alaikum dokter Sinta," ucap Serkan.

"Wa'alaikumussalam, eh duo ganteng." jawab dokter berhijab hijau tersebut.

"Zaver mau disuntik dok," ucap Serkan.

Dokter Sinta tersenyum. "Wahh, tumben nih mau disuntik."

"Gara-gara dikasih pencerahan sama anak cewe," ucap Serkan.

Zaverino menatap tajam abangnya. "Bang!"

Serkan ngakak.

Dokter Sinta mulai menyuntik Zaverino, lalu membiarkan anak lelaki itu tertidur sebentar di atas kasur rumah sakit.

Lalu mengobrol dengan Serkan.

"Tahun ini kamu lulus SMA ya?" tanya dokter Sinta.

"InsyaAllah dok," jawab Serkan.

"Panggil tante aja,"

"Oh iya tan,"

Dokter Sinta memberikan sebuah brosur kepada Serkan. "Ini brosur Universitas Kesehatan Indonesia, saya ingin kamu masuk disini."

Serkan mengambil brosur itu, sebenarnya Serkan memang sudah mendapatkan undangan dari universitas tersebut tetapi lelaki itu menolaknya.

"Maaf tan, saya tidak bisa."

"Kenapa? Saya sangat tau kamu ingin sekali masuk ke UKI,"

Memang benar apa yang dikatakan dokter Sinta, Serkan memang ingin sekali masuk ke UKI. Siapa sih yang tidak mau masuk kesana, Universitas kesehatan terbaik di Indonesia. Lulusan dari UKI selalu diterima di rumah sakit terbaik bahkan rumah sakit di luar negeri. Menjadi kebanggaan Serkan tersendiri bisa mendapat undangan dari UKI.

Tetapi Serkan tetap tidak bisa menerimanya karena dia sudah berjanji dengan Dede untuk kuliah di Turki.

"Saya mau meneruskan usaha keluarga saya," jawab Serkan.

SERKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang