Calon Ayah Mertua

2.5K 194 34
                                    

Serkan berlari di lorong-lorong kelas menuju ruang BK.

Brakk

Lelaki bermata biru itu membuka pintu ruang BK, Serkan mengatur nafasnya. Terlihat bu Eka bersama Aisy dan seorang lelaki paruh baya menatap Serkan dengan bingung.

"Serkan! Kenapa kamu kesini?" tanya bu Eka.

"Bentar bu, jantung saya mau copot." ucap Serkan sambil mengatur nafasnya.

Okey nafasnya sudah teratur, Serkan menatap bu Eka. "Itu bukan dari tasnya Aisy bu!"

"Lalu itu darimana?" tanya bu Eka.

"Saya akan cari tau," jawab Serkan.

Bu Eka menatap lelaki paruh baya dihadapannya. "Selagi Serkan mencari bukti, Aisy mendapat skorsing."

Lelaki paruh baya itu tidak terima. "Tidak bisa seperti itu bu, anak saya tidak mungkin membawa seperti itu."

"Tapi pak, rokok dan ganja itu ada di tas Aisy." ucap bu Eka.

"Saya juga berharap itu bukan kesalahan Aisy, tapi ini sudah jadi peraturan sekolah. Semoga bapak mengerti," tambah bu Eka.

Ayah Aisy mengajak Aisy untuk keluar ruang BK, Aisy menoleh ke arah Serkan lalu membuang wajahnya.

"Ai, ini bukan salah Aisy kan?" tanya Ayahnya seraya berjalan di lorong-lorong.

Aisy menggelengkan kepala.

"Ayah percaya sama kamu," ucap Ayah Aisy sambil merangkul gadis berhijab putih itu.

"Gimana kalau kamu pindah sekolah saja?" tawar Ayah Aisy.

"Saya gak setuju om," ucap seseorang yang berada di belakang mereka.

Sontak saja Aisy dan Ayahnya menoleh ke belakang.

"Kamu siapa?" tanya Ayah Aisy.

"Calon menantu," batin Serkan. Bisa-bisa dia dihajar Aisy kalau menjawab seperti itu.

"Saya Serkan, kakak kelas Aisy." ucap Serkan.

Ayah Aisy menatap Serkan dengan seksama. Seragam dikeluarin dari celana, rambut pirang berantakan, tali sepatu warna-warni, nggak pake kaos kaki. Fix cowok gak bener.

"Kamu badboy?" tanya Ayah Aisy.

"Nggak om, saya Serkan." jawab Serkan.

Aisy menggelengkan kepala.

"Bukan itu maksud saya, kamu anak nakal di SMA Garuda?"

Serkan menggelengkan kepala. "Nggak om, saya anak baik-baik. Rajin menabung dan nggak sombong."

Ayah Aisy menatap Serkan sekali lagi. "Kenapa seragam dikeluarin? Rambut dipirangin? Tali sepatu warna warni? Nggak pake kaos kaki? Terus kamu pake softlen ya?"

"Hah? Nggak om, baju saya kekecilan makanya saya keluarin, rambut saya dari lahir memang begini, tali sepatu saya dipiloks sama adek saya makanya warna warni, kaos kaki saya basah jadi saya jemur tuh dilapangan.." Serkan menunjuk dua kaos kaki yang sedang tergantung di ring basket.

"Ini mata asli saya om.." Serkan menghela nafas. "Saya bule om,"

Seumur hidup baru kali ini Serkan mengakui kalau dia bule, jika tidak mengatakan kata iu mungkin Ayah Aisy tidak percaya dengan Serkan.

"Kamu jangan dekatin anak saya lagi," ucap Ayah Aisy.

"Loh kenapa Om?"

"Kalau saya bilang jangan ya jangan, dan Aisy akan pindah dari sekolah ini."

SERKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang