Lesung Pipi

13.5K 474 7
                                    

27 Juli 2019.

Baiklah, masa Orientasi Siswa selesai. Aku rasa ini cukup berjalan cepat, aku juga bisa menjalankan semuanya dengan baik. Walau ... sulit mendapatkan teman. Ah ... tak apa. Lagi pula ini baru awal. Ak—

"Fira, makan malam sudah siap," panggil suara sedikit baya, ah itu Ibuku.

Pergerakan tanganku berhenti karna panggilan dari balik pintu kamar bewarna putih. Ku letakan pulpen berwarna biru bertema bunga mawar tepat di atas buku diary berwarna biru juga. Ya, aku suka warna biru.

"Ya, Ibu," jawabku ketika membuka pintu. Berdirilah sosok wanita berwajah cantik di sana.

"Ayo ke depan, Bapak udah nunggu," ajaknya.  Aku mengangguk singkat, tanganku bergerak menutup pintu. Kemudian tanganku menggandeng lengan Ibu seraya berjalan riang menuju ruang makan.

"Kok Bapak makan duluan sih?" Ucapku kesalsaat melihat Bapak sedang melahap nasi ditemani lauk tumis kangkung dan perkedel jagung. Bapak tersenyum lebar dengan mulutnya yang penuh nasi.

"Maaf Dek, Bapak lapar," Bapak menelan makanannya terlebih dahulu, lalu kembali berujar, "lagian kamu pasti lagi nulis jam segini."

Aku terkekeh pelan, Bapak memang sering makan lebih dulu karna aku pasti akan keluar kamar setelah mencatat semua kejadian di satu hari penuh. Sebuah kebiasaan sejak sekolah dasar. Bukan kedua orang tuaku tak ingin mendengarkan keluh kesahku, hanya saja aku lebih nyaman menyimpan semuanya sendiri.

"Iya iya, Ade becanda, Pak," balasku receh.  Ibu turut terkekeh geli, memberikan sepiring nasi padaku. "Makasih, Bu." Aku mulai mengambil lauk secukupnya dan mulai makan.

"Gimana SMA barunya?" tanya Bapak. Aku mengacungkan jempol kiri ku.

"Baik Pak, keren pokoknya."

Ibu tersenyum puas. Dia memang memberiku akses untuk memilih SMA yang aku mau. Jadilah aku menjadi salah satu murid di SMA Bandung Jaya 2.

"Belajar yang bener yah, dek." Kepalaku mengangguk saat mendengar pesan Bapak barusan. Sampai makan malam selesai, kami senyap menikmati makanan.

"Ade bantuin ya, Bu," ucapku memberikan tumpukan piring ke wastafel penuh air. Ibu langsung menggeleng pelan.

"Masuk kamar abis itu belajar."

Aku mengerucutkan bibir kesal. "Ibu selalu begitu. Adek kan mau bantu Ibu."

Ibu tersenyum, kemudian mengelus kepalaku pelan. "Ibu sendiri aja, Adek belajar gih."

Aku menghela nafas lalu mengangguk. Karna setiap berbicara begitu, pasti Ibu menolak.

Aku tiba di kamar setelah melewati beberapa anak tangga. Menutup kembali pintunya. Ku putuskan untuk kembali menulis jurnal harianku di buku diary.

-ku harap masa ini akan baik-baik saja.

Fira Florin.

Aku sedikit mengeliatkan tubuhku, menaruh semua buku yang akan ku bawa besok pagi. Hari pertama aku memakai putih abu-abu. Setelah merasa semua selesai, kaki pendekku melenggang menuju tempat tidur. Esok, hari yang aku tunggu.

🌧️🌧️🌧️

Sepatu hitam milikku terus bergesekan dengan lantai keramik sekolah. Pagi ini aku berangkat seperti biasa, dan menjalankan rutinitas anak sekolah pada umumnya.

Sampai tiba di kelas, hanya ada beberapa orang saja. Aku meletakan tas berwarna pastel itu di bangku, lalu duduk dengan damai. Novel yang tadi masih diapit antara jari telunjuk dan jempol kuletakan di atas meja.

"Fira?"

"Hm?" Aku mendongak mencari asal suara. Ternyata dari salah satu orang yang ada di kelas, aku sontak bertanya, "Kenapa?"

Orang itu mendekat. "Fira bukan sih?" tanya dia. Wajahnya nampak berseri dan bersinar. Aku mengangguk mengiyakan.

"Wah, gak nyangka satu kelas. Ingat gue gak?" Gadis ini kembali bertanya, cantik sekali menurutku.

Tentu saja, dia Angel. Salah satu most wanted ketika di SMP dulu.

"Inget," jawab Fira kalem.

"Gue duduk di sini boleh?" izin Angel, wajahnya merengut memohon.

Aku mengangguk semangat, "Oh, boleh."

Angel duduk tepat di sampingku. Mungkin akan menjadi teman sebangku ku sampai beberapa tahun ke depan.

"Lo masih suka baca novel aja," Angel kembali membuka topik, wajar karena setahuku Angel sangat ramah.

Namun aku sedikit bingung, dari mana Angel tau kalau aku sering membaca novel? Dia tidak mungkin mengenalku sejauh itu.

"Elah, kan gue pernah liat lo di perpus waktu itu," alasannya.

"Oh." Aku mengangguk paham. Canggung, yah seperti itulah.

Semakin siang kelas semakin ramai. Angel pun sudah asik dengan ponselnya dan aku dengan buku novelku. Sampai bel berbunyi, semua siswa duduk di tempat masing-masing.

Tak ada pelajaran selama beberapa jam itu. Hanya perkenalan dan perkenalan antara murid dan guru. Awal masuk ya sepeti itu. Namun minggu depan, dijamin tugas numpuk.

"Fir, mau ke kantin?" tanya Manda. Dia salah satu temanku yang baru juga. Bangkunya tepat di belakang.

"Boleh deh!" Aku beranjak berdiri diikuti Angel. Kami berjalan beriringan keluar kelas.

Di sepanjang perjalan menuju kantin, aku kadang tertawa tipis karna celotehan Angel. Begitu juga celotehan milikku. Nyatanya kami cepat akrab.

"Di situ!" Tunjuk Manda pada bangku tepat di tengah-tengah kantin. Angel mengangguk setuju. Aku sih kemana saja asal makan.

"Mau pesen apa?" tanya Angel, "setiap hari gantian tugas, yang satu jaga bangku, yang duanya beli minum sama makan, gimana?" usul Angel. Manda memgangguk mantap.

"Hari ini siapa dulu yang jaga bangku?" tanya Manda. Angel menunjuk diriku.

"Lo kelanjur duduk dari tadi."

"Cih, gue juga udah duduk kali," kesal Manda. Aku hanya terkekeh melihat tingkah mereka.

Mereka mulai mencar ke warung yang menyediakan makanan dan minuman. Sementara aku masih duduk, sesekali melihat ponsel menghilangkan rasa bosan. Tatapan mata ku teralihkan dari ponsel ketika suara sorakan menggema di seluruh penjuru kantin bertepatan dengan masuknya segerombolan cowok ke area kantin.

Aku sempat tertegun, apa mereka satu geng? Seperti di novel saja, banyak geng yang most wanted lalu menjadi pusat perhatian kemana pun mereka pergi. Tatapanku menetap di satu cowok yang paling menonjol di sana. Dia sedikit gembil, begitu juga lesungnya imut. Ujung bibirku terangkat.

"Kok ganteng?"

🌧️🌧️🌧️

To be continue 💙

Fira FlorinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang