"Sa ae lu, kesel gue," gerutu Angel.
Ya, sejak keluar dari ruang kelas sampai keluar gerbang sekolah Angel dan Manda berdebat yang menurutku unfaedah syekalih ... masalahnya mereka memperdebatkan jomblo happy dan jomblo berkarat. Yang mana yang paling bahagia.
"Nih, dari nama aja jomblo happy, ya pasti selalu happy lah!" timpal Angel.
"Eh ... nggak yah! Jomblo berkarat meskipun namanya berkarat tapi tetep aja bahagia tanpa beban," balas Manda.
Tuh kan, aku yang berdosa mendapat teman seperti mereka atau takdir? Miris.
"Eh." Aku menghentikan jalanku. Menatap ke warung depan sekolah yang sudah dipenuhi anak-anak SMA lainnya. Termasuk gerombolan itu.
"Kenapa, Fir? Kok berenti?" tanya Angel.
Aku menatap ke arah warung. "Oh ... tenang. Lo takut digenitin lagi?" Manda tertawa terbahak. Pasalnya dia puas melihatku yang merah padam hanya karna godaan dari salah satu mereka ketika di kantin siang tadi.
"Fira terlalu polos, Man." Angel ikut terbahak. Punya temen laknat bener dah.
"Udah ayo!" Intrupsiku seraya menggandeng tangan Angel begitu erat.
"Wih ... berani dia." Manda mengikutiku di belakang. Tepat ketika melewati warung itu.
"Ciwi ... kiw!" celetuk satu cowok. Benar 'kan? Pasti akan terjadi.
"Cih!" umpat Manda pelan.
"Duh ... itu kok digandeng sih. Mau dong neng."
Tubuhku menegang. Apa aku yang mereka bicarakan? Dengan berani aku sedikit melirik mereka sebentar, lalu kembali menatap ke depan dengan cepat.
"Duh neng, mau juga dong. Tangan Mang kosong nih." Kemudian tawa dari mereka mulai terdengar. Aku mulai kesal.
"Diem!" sentakku begitu kesal. "Sirik bilang aja, jomblo berkarat kalian!" Sinisku. Oh ... obrolan Manda dan Angel berguna sekarang. Tunggu ... keberanianku dari mana ini? Kok tiba-tiba?
"Wasek ... galak bro! Hahahah ...."
Aku kembali menarik tangan Angel. Mereka seperti sama-sama ingin segera pergi karna kesal.
"Fir, lo bener. Mereka nyeremin," ujar Angel. Tangan yang aku gandeng berkeringat ternyata.
"Sama, gue juga ngeri. Ntu geng kok pada nyeremin sih?" tambah Manda.
"Aku udah kesel duluan kali sama mereka," ucapku sinis. Sungguh, sejak di kantin saja ingin ku lempari mereka satu-satu dengan sepatu.
Setelah berjalan sedikit jauh dari sekolah, kami tiba di tepi jalan raya. Karna memang sekolah kami tidak di pinggir jalan raya tempatnya. Kami langsung menumpangi angkot untuk segera pergi.
Pikiranku penuh saat di dalam angkot. Tentang cowok lesung pipi itu. Dia tadi ada di sana, di antara gerombolan itu. Tapi kenapa, dia hanya diam? Menatap kami satu persatu dengan wajah sendunya itu. Aku semakin penasaran.
"Fir, ayo. Udah sampe."
"Oh iya." Aku mengangguk dan ikut turun dari angkot.
🌧️🌧️🌧️
"Guys, lo pada ngeh gak?"
Semua orang mengalihkan pandangan dari play station mereka ke arah yang berbicara.
"Paan?" tanya salah satunya.
"Tu cewek tadi orang pertama yang balas godaan kita tanpa tersipu. Coba lo pada inget-inget deh." Semuanya tampak berpikir, sampai meninggalkan layar yang menampakan permainan ps.
"Iya sih, biasanya kalo gak merah mukanya ya minimal bales gombal. Lah ini ... dibentak kita," balas cowok gembul.
"Bener tuh, gue juga ngerasa gitu. Berani banget tu anak. Baru kelas satu kayaknya," tambah cowok berjambul.
"Emang dia gak tau kita siapa? Temen-temennya keliatan pada takut cuman dia sendiri yang balas," ujar cowok bermata sedikit sipit.
"Kita kasih pelajaran yuk!" Usul cowok bertubuh tinggi. "Lumayan, mangsa baru."
"Ogah, lo mau dikatain banci gara-gara ribut sama cewek?" alih cowok berjambul.
"Bener sih, selama ini kan kita gak cari masalah sama cewek," cowok gembul ikut menimpali.
"Ye, si toge. Maksud gue ya kita pake tangan orang lain lah."
"Maksud lo nyuruh orang gitu?" tanya cowok bermata sipit.
"Iya, setuju gak?"
"Tetep aja, perbuatan gak laki," kekeuh cowok berjambul.
"Ish ... lo pikir apa yang mau kita lakuin? Biasa aja kok, gue juga ngerti kali dia cewek," ujar cowok tinggi itu.
"Iya dah ... ngikut gue."
"Jadi gini caranya." Cowok tinggi itu mulai memimpin sebuah lingkaran kecil itu, membuat sebuah rencana. Sampai semuanya mengangguk paham.
"Sip, setuju yah!"
"Yo!"
Semuanya kembali memainkan play station mereka.
"Lo gimana?" tanya cowok itu pada seseorang yang duduk di sofa yang sedang membaca buku.
"Gue ikut aja," balas si lesung pipit. Membuat cowok bertubuh tingga tersenyum puas.
🌤️🌤️🌤️
Hayo, tu grombol mau ngapain Fira? See you next chapter
Nurlaa_
To be continue 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Fira Florin
Teen Fiction(Nulis pas jaman jamet, harap maklum). "Jika cintamu bak hujan, maka dengan senang hati aku memakai payung untuk melindungi diriku. Namun saat melihat orang lain menikmati hujanmu, aku pun ingin merasakannya." -Fira Florin. "Kau paling unik, ket...