"Kita selalu ada buat lo kok, Fir."
Manda mengelus punggungku, sementara aku masih menunduk menatap ujung sepatu. Tidak, aku tidak menangis lagi. Percuma. Mereka sudah ... ahk.
"Aku udah biasa kok. Kalian tenang aja."
Angel yang mendengar itu mengangguk paham. "Gue sering liat lo dibuli waktu SMP dulu, jadi pasti udah terbiasa."
Aku tertawa pelan, meski Angel mengatakan dengan melas tapi nyatanya membuatku geli ingin tertawa.
"Iya, tuh tau. Mereka gak tau aja siapa Fira Florin."
"Sahabat Manda dan Angel!" seru Manda dan Angel berbarengan. Lalu mereka memelukku begitu erat.
"Makasih ya ... kalian juga harus hati-hati, takut terbawa."
"Gue gak takut," ucap Manda lantang.
"Apalagi gue, lo lupa gue pernah nyandang status apa di SMP?"
Aku kembali tertawa, mereka sangat pemberani. "Udah yu, balik ke kelas. Bel udah bunyi dari tadi."
Manda mengangguk. Kami pergi menjauh dari taman belakang.
◇◇◇
"Bu, saya izin ke koprasi buat beli buku, boleh?" tanyaku. Bu Rila yang sedang memeriksa buku menatapku.
"Boleh, tapi harus sendiri." Aku mengangguk pelan kemudian beranjak berdiri.
"Gak pa-pa Fir?" tanya Angel. Aku tau dia cemas. Aku mengangguk singkat dan cepat-cepat keluar kelas.
Situasi aman-aman saja. Mungkin karna masih jam pelajaran, jadi tidak mungkin Warior mengejarku atau terjadi pembulian lagi. Ya, nama gerombolan itu Warior. Aku sampai di koprasi, membeli satu buku tulis. Saat akan keluar, aku berpapasan dengan seorang pria bertubuh tinggi. Dia sedikit tekejut ketika menatapku, kemudian menetralkan kembali wajahnya. Anggota Warior, aku ingat wajahnya!
Aku segera pergi dari sana. Pikiranku, jika ada salah satu dari Warior, pasti ada anggota yang lain.
"Selamatkan aku ya Allah."
"Selamat dari apa?"
"Kya!!"
Aku berteriak sampai terjengkang. Pantatku tepat mendarat di lantai dengan keras. Pria tinggi itu diam sambil berdiri. Wajahnya tanpa ekspresi.
"Mau saya mati apa!" sentakku. Aku segera berdiri, membersihkan rok selututku. Kemudian menatapnya sengit.
"Jangan galak, lo jadi makin manis."
Napasku semakin memburu menahan emosi. Aku tidak terima dengan perlakuannya tempo lalu, sekarang sudah berani lagi!
"Berbicaralah sepantasnya!" tegasku. "Permisi!" Kaki pendekku melangkah tergesa-gesa menjauh dari sana. Aku harus berani! Kenapa rasanya, aku dikuntit seperti ini?
◇◇◇
Hari ini lagi-lagi aku pulang sendiri. Karna hari ini hari jum'at, hari dimana aku mengikuti ekstrakulikuler Bahasa Korea. Manda dan Angel sudah pulang tentunya, karna mereka mengikuti Eskul Bahasa Inggris.
Koridor yang sepi membuatku teringat akan trauma kemarin lusa. Apa mereka akan membuliku lagi? Saat menuruni tangga, aku mendengar suara langkah kaki, namun bukan langkah kaki milikku. Lalu ... punya siapa?
Bulu kuduk ku meremang. Apa ... pembuli itu lagi? Tanpa menoleh aku cepat mengambil lari. Tak peduli ini tangga atau apa. Saat tiba di anak tangga terakhir, tali sepatuku terinjak. Tubuhku oleng.
"WAA!"
Aku menutup mataku, menanti wajahku mencium lantai. Namun selama beberapa detik, aku masih belum merasakannya. Aku membuka mataku pelan. Begitu terkejutnya aku mendapati wajah Rangga begitu dekat.
"Fyuhh ...." Rangga meniup wajahku sampai aku berkedip. Barulah aku sadar.
"Maaf." Aku mulai menegakkan tubuhku, menjauh dari Rangga.
"Lo kenapa lari, sih? Tau ini tu bahaya."
"Ya maaf, abisnya takut."
"Pulang gih, udah sore banget."
Aku mengangguk kecil. Jalanku tertatih, nyeri memenuhi pergelangan kakiku.
"Fir?"
Aku menoleh. "Ya."
Rangga mulai mendekat, menatapku lalu mendengkus pelan. "Naik."
Aku melotot saat Rangga berjongkok di depanku. "Aku pakai rok, Rangga!"
Rangga kembali berdiri, menatapku jengah. "Lagian kayak anak kecil kalo jalan, terkilir 'kan lo." Dia melepas jaketnya, melilitkan bagian lengan jaket itu kepinggangku.
"Dah, ayo naik." Rangga kembali jongkok. "Ayo Fira, keburu magrib."
Perlahan aku naik ke punggungnya. Ketika dia berdiri, aku terkejut bukan main. Ini tinggi banget gilahhh ... ni anak berapa meter? Eh ... atau aku yang pendek ini?
"Lo pulang bareng gue ya? Angkot susah jam segini."
Aku mengangguk pelan.
"Rang?"
"Ck, Rang lagi."
"Eh, Langga maksudnya."
"Kenapa?"
"Makasih."
"Gak gratis. Besok lu bikinin gue puisi, buat ngumpulin tugas."
"Semut Rang Rang!"
---
To be continue 💙

KAMU SEDANG MEMBACA
Fira Florin
Teen Fiction(Nulis pas jaman jamet, harap maklum). "Jika cintamu bak hujan, maka dengan senang hati aku memakai payung untuk melindungi diriku. Namun saat melihat orang lain menikmati hujanmu, aku pun ingin merasakannya." -Fira Florin. "Kau paling unik, ket...