Complex

4.7K 256 3
                                    

Pagi ini, tidak ada lagi Migi yang menyalami tangan Ibu. Berebut izin dari Ibu, dan berdebat siapa yang paling ahli membuat Bapak tertawa. Sungguh, kenapa aku merindukan moment itu? Padahal baru dua hari. Garis bawahi itu. Dan perlu diingat, bahwa Migi sudah memiliki cewek cantik itu.

Aku berjalan memasuki gerbang sekolah. Nampaknya masih sepi, tapi tidak masalah bagiku. Hanya saja beda, biasanya aku datang siang karna berdebat dulu dengan Migi di depan rumah. Ahk, kenapa Migi lagi?!

Netraku menangkap sosok berhoodie abu berjalan keluar dari parkiran. Rambut gondrong itu cepat sekali aku kenali. Seketika hatiku bergemuruh tak karuan.

"Migi!"

Sial, runtuki mulutku ini gengs! Apanya aku memanggil dia? Bukankah dia tidak menganggapku lagi. Eh, kenapa sepertinya aku merajuk di sini? Sebenarnya kenapa dengan diriku ini?

Sosok itu berhenti melangkah. Aku cukup terkejut jika dia mau mendengar panggilanku. Dia menoleh tanpa ragu, lalu membalik tubuhnya secara sempurna. Demi uangku yang jatuh ke selokan, dia tersenyum!

Aku berniat membalas senyumnya, tapi terhenti saat seorang gadis melewatiku dengan sedikit berlari. Seperti menonton drama live, Migi merentangkan lengan kanannya, menyambut kedatangan gadis itu. Lalu merangkulnya, kembali berjalan tanpa melihat ke arah ku.

Aku meringis dalam hati. Apa ini yang namanya sakit tanpa luka?

"Tokoh ternista bisa apa, selain tersakiti ya terlupakan."

Ku lanjutkan acara jalanku, yang sempat terputus karna drama live tadi. Parahnya, dia bukan senyum padaku, tapi pada wanita di belakangku. Miris.

◇◇◇


Aku, Manda dan Angel beriringan menuju tempat untuk mengisi perut. Apalagi selain kantin. Kami mengobrolkan banyak hal, dari bias Angel sampai Manda yang nyuksruk saat bermain bekel dengan adiknya.

"Eh, lo langsung cari tempat duduk aja," usul Manda. Angel menyetujui. "Biar kita langsung cari pesenan."

Aku mengangguk setuju. Manda dan Angel meninggalkan aku yang masih berdiri di pintu masuk kantin. Kakiku melangkah terus memasuki kantin, mengedarkan pandangan mencari tempat duduk. Aku hampir memekik girang karna menemukannya, namun sebuah bahu yang menyenggolku keras membuat aku terhuyung kebelakang.

Aku menganga diam, air jeruk yang dingin menembus kemeja putihku sampai membuat kulitku tersengat dinginnya jus itu. Sambil terus meratapi bagian depan bajuku, aku bersiap memaki siapa pelakunya. Saat aku menatap orang itu, aku tercengang.

"Ups, basah ya? Sorry, sayangnya gue sengaja nih."

Sial, dia lagi. Cewek berambut sebahu yang aku tak tau namanya siapa. Oh ayolah, bahkan aku tak tau namanya dan dia sudah membuliku. Apa dia waras tidak?

"Maksud anda apa?" tanyaku sebiasa mungkin. Meski amarah sudah memuncak begini, aku tetap memiliki harga diri untuk tidak meladeni cewek seperti dia.

"Gue sengaja, lo budek atau gimana?" sengit cewek itu.

Aku tersenyum sinis, baiklah, persetan dengan harga diri, aku tidak terima ini lagi!

"Apa urat malu anda sudah putus, Nona?"

Cewek itu menaikan satu alisnya. "Lo nanya ke gue?"

"Cih!" Aku berdecak kecil. "Benar, anda memang sudah tidak punya urat malu. Apa anda tidak malu sebagai seorang yang lebih tua dari saya memperlakukan saya seperti ini? Anda seorang yang lebih tua dari kami yang masih junior, seharusnya menjadi kakak kelas mencotohkan yang baik."

Mendengar omongan panjang lebarku, wajahnya memerah padam. Entah karna maraha atau malu. Ah, aku lupa, urat malunya 'kan sudah putus.

"Diem lo! Dasar gak tau sopan santun!" bentaknya. Kini seluruh pengunjung mulai memperhatikan kami. Aku hanya tersenyum simpul.

"Yang tak punya sopan santun di sini siapa? Jelas-jelas anda yang menabrak dan malah menumpahkan jus jeruk milik anda ke baju saya, Kakak," ucapku sesantai mungkin. Membalas dengan otot tak akan ada kata menang untuk ku, tapi jika dengan mempermalukan dengan kelakuannya sendiri, poin seratus untukku.

Cewek itu semakin menggeram. Tangan kirinya mulai terangkat. Oh, dia pikir aku mudah dia jambak? Salah besar! Aku menangkap tangannya, menahannya lalu memelintirkannya.

"Ahk! Lepas setan!"

"Aduh, sudah kelakukannya tak baik, ucapannya pun rusak. Dasar kakak kelas jaman sekarang," ucapku tetap santai.

Di luar dugaan, rasa dingin kembali menjalar tubuhku. Kini dari atas kepalaku sampai jatuh ke bahu dan merembas ke bajuku. Bau yang sama, jeruk. Apa mereka tau aku alergi jeruk? Sial! Aku pun baru ingat aku alergi jeruk.

Seseorang mendorongku sampai aku melepas pilinanku dari tangan cewek itu. Ah, sekarang ada lima cewek. Ohh ... orang yang sama seperti waktu itu.

"Beraninya lo!" sentak salah satunya. Dan satu lagi yang membuat aku tertegun, Migi yang menyentakku. Dia memeluk cewek itu dengan posesive. Kenapa hatiku terasa nyeri.

"Ade kelas gak tau sopan santun!"

"Jaga mulut lo!" sentak Manda. Seketika aku langsung berada di dekapan Angel. Dia mencoba membersihkan bulir jeruk dari rambutku.

"Kalian yang gak tau adab! Menyelesaikan masalah dengan seperti ini. Anak kecil aja gak kayak gini, kalian yang udah dewasa bahkan jadi kakak dari ribuan manusia di sekolah ini berlaku seperti ini? Malu gak kalian?" sengit Manda tanpa mau dipotong. Dia menatap Migi begitu tajam.

"Dan lo Kak," Manda menunjuk Migi. "Lo bela orang yang salah atau emang lo sebagai sekutu dari mereka. Yang pasti, kalian sekutu paling licik yang pernah gue kenal!"

Setelah puas berbicara, Manda menarikku dan Angel keluar kantin. Aku hanya menurut, rasanya lemas. Keberanianku yang tadinya penuh, luruh saat melihat Migi memeluk cewek itu. Ada apa denganku?

---

Seorang cowok membelah kerumunan itu dengan wajah datarnya. Awalanya dia diam melihat drama di depannya itu. Tapi tidak saat sosok temannya membentak cewek kesayangannya.

Dia berhenti tepat di dekat kedua sejoli yang masih berpelukan. Dia bahkan jijik melihatnya. Melihat cewek itu mengeluh manja.

Bugh

Semua memekik kaget saat cowok berlesung pipit itu menonjok pipi Migi. Sang empu pun ikut terkejut. Sanji menatap Migi begitu datar, rahangnya juga sudah mengeras menahan amarah.

"Inget kata-kata gue, gue gak punya temen yang sebrengsek kayak lo."

Sanji pergi, menendang satu bangku sampai terbalik. Yang pasti, jangan sampai temannya bernasip sama dengan bangku itu.

---


Duh, kecepetan updatenya. Hoho ... Nurlaa kepepet sama cerita lainnya. Sebenernya cerita ini udah tamat lama banget, tapi nurlaa gak berani up, malu ... GRRR! Dan, beberapa chap lagi epilog, semoga kalian gak baper oleh Yoongi, eh ralat! Migi, Duh!

Emang udah niat juga up nya dua chap sehari, jadi cepet tamat. Karna gak berat beban kalo tamat dulu baru up gengs, jangan ikutin nurlaa, sesat =_=

Ok, segini dulu, nurlaa cantik pamit, bye!

Tabok dia wouy!

(^^)

Fira FlorinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang