Hari ini, tepatnya di rabu sore, aku, Manda dan Angel sedang mengerjakan satu tugas di rumah Rangga yang termasuk kelompok kami. Kami menggelar satu karpet di atas rumput tepat di taman belakang rumah Rangga. Itu usulan Manda, katanya agar bisa tengkurapan. Benar adanya, sekarang dia sedang asik menghitung dengan tengkurap.
"Eh, yang ini negatif hasilnya bukan?" tanya Angel, dia menunjukan jawaban yang tadi aku kasih.
"Oh ya? Aku salah ngitung kali ya? Gimana Rang?"
Pria berkulit putih itu menoleh. "Bener, negatifnya 'kan dikali lagi sama negatif dua tuh." Rangga menunjukan hasil hitungnya. Angel mengangguk paham. "Ketinggalan gue angka duanya. Sip lah."
Angel kembali menulis mencari hasil. Di sini yang mencari isi dari tugas Matematika adalah para cewek, sementara Rangga bagian menulis. Karna tulisannya rapi dan bagus. Tapi itungannya kurang. Dasar!
"Udah sampe mana?" tanya Manda. Dia menyerahkan satu kertas buram yang berisi jawaban dan bekas kotretan.
"Udah sampe nomor 23. Dua nomor lagi," jawab Rangga.
"Nih." Manda menyerahkan kertas isinya. Rangga menerimanya senang hati. Toh dia cuman ikut ngebenerin yang bingung. Itupun pake kalkulator ponsel. Sungguh curang dia!
"Eh, kalian inget grombolan kemarin gak?" Angel membuka percakapan. Dia menatap aku dan Manda bergantian.
"Kenapa?" tanyaku malas.
"Ternyata dia itu most wantednya SMA Bandung Jaya lho ... keget gue."
Aku dan Manda saling tatap. Apa ini begitu mengejutkan? Tidak bagiku, tapi entah bagi Manda. Dia diam sekarang.
"Mati kita!" serunya pada akhir. Aku dan Rangga sampai menutup telinga. "Apa kita akan di ... oh astaga! Gue gak mau!"
"Di apain sih? Gak bakalan!" sargahku cepat.
"Ih ... gue takut sama semua fans mereka. 'Kan biasanya dari novel yang gue baca, kalo berani sama most wanted bakal diserang fansnya," kelakar Manda dengan serius.
"Bener juga, gue baru inget."
"Udahlah ... gak usah takut. Cowok kayak mereka inih," ucapku menggebu-gebu.
"Ngomongin apa sih kalian?" tanya Rangga. Dia sedang membereskan buku dan hasil kerja tadi.
"Itu lho ... geng most wanted sekolah, lo tau gak?" tanya Angel, terlihat antusias sekali.
"Oh, tau. Mereka kan geng paling kompak dan mendapat berbagai prestasi. Pantes most wanted juga."
"Yang bener lo?" tanya Manda. "Tapi kok kayak anak nakal sih?"
"Emang nakal, tapi imbang juga sama prestasi mereka."
Angel dan Manda mengangguk-ngangguk.
"Aku tetep kesel sama mereka," ucapku jengkel. "Godain cewek hobinya, catat tuh!"
"Heleh!" Manda menoyor kepalaku. "Ngomong aja kalo lo gak mau muka lo merah lagi."
Aku mendengkus kesal. Ada benarnya dia. Karna sejak kecil wajahku cepat memerah.
"Udah selesai 'kan? Ke mall yuk!" ajak Angel.
"Yuk!" Serbu Manda.
"Aku gak bisa, Bapak sama Ibu ngizininnya sampe magrib, titip novel aja yah... dua," ucapku sambil memakai tas selempangku.
"Yah, ya udah deh. Terus pulangnya sama siapa?" tanya Manda.
"Biasa naik angkot. "
"Oh, ok deh."
Manda dan Angel beranjak berdiri, merapihkan pakaian mereka yang sedikit berantakan.
"Lo pulang gue anterin aja, udah jam lima sore. Angkot susah jam segini. Lagian komplek gue jauh dari jalan raya." Rangga ikut berdiri.
"Eh, boleh gitu?"
"Hm, itung-itung cari jodoh di tengah jalan."
"Gimana mau dapet jodoh, pantat koala! Orang lo bonceng Fira," ucap Manda. Rangga terkekeh pelan.
"Bener juga, bego ya gue."
"Ngaku tuh."
"Ya udah, kita duluan aja ya, bye Fira. Awas lo Rang, jagain sahabat kita!" pesan Angel. Rangga hanya menaikan bahunya.
"Bye!" Manda ikut melambaikan tangannya seraya pergi.
◇◇◇
"Rang, cewek kamu gak bakal marah?" tanyaku sedikit teriak.
Ya, Rangga menaiki motor besarnya.
"Lo nanya tentang cewek ke gue? Penghinaan!" kesal Rangga. Aku hanya menatapnya bingung dari spion. "Gue lagi free, tenang aja."
Aku terkekeh di ujung. Kami tiba di perkomplekan rumah, tepat di depan pagar yang tingginya sebahuku.
"Thanks, Rang," ucapku seraya turun dari motor.
"Rang, Rang, emang gue semut Rang Rang!" sungut Rangga. Aku lagi-lagi terkekeh.
"Maaf, aku panggilnya apa dong?"
"Langga aja."
Langga, oh ... ini nama panjangnya. Rangga Erlangga.
"Sama aja, beda satu huruf."
"Berisik, terserah lo aja."
Aku tersenyum kecil. "Gue pulang yah, salam buat orang tua lo." Aku mengangguk singkat.
"Hati-hati Langga."
Rangga menarik gasnya menjauhi aku yang masih berdiri.
"Cie ... dianterin cowok." Aku menoleh.
"Ibuuu!"
---
To be continue 💙

KAMU SEDANG MEMBACA
Fira Florin
Teen Fiction(Nulis pas jaman jamet, harap maklum). "Jika cintamu bak hujan, maka dengan senang hati aku memakai payung untuk melindungi diriku. Namun saat melihat orang lain menikmati hujanmu, aku pun ingin merasakannya." -Fira Florin. "Kau paling unik, ket...