"Whahah ... anjir lo. Sakit perut gue!"
Tawa Rangga memenuhi koridor. Aku pun tak habis pikir, kenapa dia tertawa seperti itu? Padahal aku hanya berceloteh seperti pada Manda dan Angel.
Oh ya, soal kakiku yang terkilir, dua hari yang lalu aku dibawa ke tukang urut. Tau rasanya? Suakitttnya lebih dari pas ditinggal doi ;( lah?
Back to Rangga.
"Haduh ... udah. Lo berceloteh mulu dah. 'Kan kita sampe diusir dari perpus."
"Ye, salah kamu Rang! Ketawa gak tau tempat."
Rangga memanyunkan bibirnya, memang tadi kita diusir dari perpustakaan karna aku yang berceloteh dan Rangga tertawa keras. Padahal tak ada yang lucu menurutku.
"Kok salahin gue? Lo nya aja yang lucu."
Eh?
"Gembel!"
"Wkakak!" Rangga kembali tertawa, kini dia sampai berjongkok menekan perutnya. "Gombal Fir, bukan gembel. Hahahah ...."
Aku meringis malu. Yang berpikiran cowok putih nan ganteng macam Rangga ini tak punya sisi memalukan, kalian salah! Buktinya sekarang dia jadi bahan tawa juga oleh anak yang ada di koridor juga.
"Diem Rang, ish ...." Aku menghentakan kakiku kesal. Memang setiap aku berbicara lucu apa?
"Haduh ... tar dulu. Masih pen ketawa, hahahah ...."
"Cih, bomat!"
Aku mengambil langkah menjauhi Rangga yang masih berjongkok sambil tertawa. Bodo amat dia diculik tante grepe sekalipun.
"Eh, tunggu Fir!" teriak Rangga. Ah, baru sadar kali dia. Aku mempercepat langkahku ketika mendengar sepatu yang berhantukan dengan lantai karna lari. Sampai sebuah tangan menahan pergelanganku.
"Apasih!" semprotku kesal sambil berbalik. Mulutku terkatup rapat saat menatap sang pelaku. Bukan Rangga, tapi cowok tinggi kemarin. Mata elang itu menatapku intens, wajahnya pun dengan raut serius. Tiba-tiba bibir cowok itu terangkat membentuk lengkungan.
"Galak, tapi manis."
Gila, pipiku tiba-tiba memanas. Degub jantungku juga seperti lari-larian.
"Sust, kok diem?"
Aku meneguk ludahku kasar. "Lepas!" ujarku sambil menarik tanganku sendiri.
"Nanti, gue mau liat wajah manis lo."
Rangga, tolong Fira.
"Lepas atau saya teriak?"
"Teriak aja," ujarnya sambil memasang senyum lebar. Ya Allah, ini senyum setan bukan senyum lebar.
"RANG.... fftt!"
Aku melotot saat tangan lebar itu membekap mulutku. Tubuhku berontak tak jelas. Ingat akan pembulian kemarin, aku tidak mau dibuli lagi!
"Berani teriak gue bawa ke markas."
Aku mengangguk cepat. Markas? Pasti akan banyak orang yang sama sepertinya. Semua member Warior. Ya Allah tolong Fira.
Dia melepas bekapan itu, membalik tunuhku menjadi meghadapnya, kemudian memegang kedua bahuku. Menatap dalam.
"Maaf, jangan nangis lagi."
Cowok itu menepuk bahuku dua kali, kemudian berlalu pergi. Aku masih terdiam di tempat. Masih syock dengan kejadian barusan.
"Fira ...."
"Huaa!!" Aku teriak refleks dengan keras. Memukul siapa yang memanggilku dengan frontal sambil menutup mata.
"Fir, ini Rangga!"
Aku membuka mataku cepat. Benar, ini Rangga. Aku menghentakan kaki dengan kesal.
"Kamu kemana aja!" tanyaku kesal namun lirih.
"Tadi gue ngobrol bentar di kelas temen. Emang kenapa?"
Aku menggeleng pelan lalu menunduk. "Aku mau pulang."
Aku berlalu pergi, tak peduli dengan panggilan Rangga.
◇◇◇
Aku membuka mataku perlahan. Samar-samar bayangan masih memburam di penglihatanku. Sampai beberapa detik, barulah terlihat jelas.
"Eh, udah bangun," ujar Manda seraya tersenyum. Dia meletakan satu novel ke nakas, kemudian duduk di tepi ranjang.
"Kita ke sini pas tau lo pulang duluan dari sekolah."
"Kita?" tanyaku dengan serak.
"Hm, gue sama Angel. Kita nginep ya, nanti besok sekolah dari rumah lo aja."
Aku mengangguk pelan, mengambil posisi duduk sambil menyandar ke kepala ranjang. "Angel mana?"
"Lagi ambil makanan dari bawah."
"Masih pusing?" tanya Manda. Aku menggeleng pelan.
"Lo ada masalah lagi?"
"Nggak kok." Senyumku terbit begitu saja, mereka sangat perhatian.
"Kalo mereka berani lagi, bilang sama kita. BK masih nerima anak nakal, Fir."
Aku tertawa pelan. "Nggak Manda, aku cuman mau pulang aja."
Bohong! Aku syock karna pria tinggi itu.
"Halo, udah bangun ya, Fir." Angel masuk, membawa sebuah nampan berisi toples cemilan. "Nih, gue bawain makanan."
"Thanks, An." Manda langsung menyambar minuman soda dan meneguknya. "Itu punya gue, toge!" sungut Angel tak terima.
"Bareng napa, gue gak rabies inih."
Aku lagi-lagi tertawa. "Eh, lo udah gak pa-pa 'kan?" tanya Angel. Aku menggeleng pelan. "Udah baikan kok."
"Lo tau gak, Rangga tadi sampe frustasi coba di kelas. Katanya itu semua salah dia gara-gara ketawain lo terus," lapor Angel dengan antusias. Aku menekuk alis bingung.
"Masa sih?"
"Iya, coba lo cek hp deh."
Aku menurut, mengambil ponselku. Benar, ada banyak pesan masuk dan beberapa panggilan.
"Kok bisa? Padahal bukan karna dia," ucapku sambil terkekeh.
"Suka sama lo kali."
"Uhuk!" Aku dan Manda tersedak bersamaan.
"Anjir, kompak amat kalian."
"Ngawur," balasku.
"Eh, tapi siapa tau?" Manda menaik-turunkan alisnya. Teman laknut!
"Eum, gengs?" tanyaku.
"Paan?" tanya Manda sambil memasukan cemilan ke mulutnya.
"Aku ... mau pamit bentar."
"Pamit?" tanya Manda.
"Kemana?" tanya Angel.
"Ke Singapura."
Mereka berdua terdiam.
---
To be continue 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Fira Florin
Roman pour Adolescents(Nulis pas jaman jamet, harap maklum). "Jika cintamu bak hujan, maka dengan senang hati aku memakai payung untuk melindungi diriku. Namun saat melihat orang lain menikmati hujanmu, aku pun ingin merasakannya." -Fira Florin. "Kau paling unik, ket...