ADA banyak alasan bagi Jaehyun untuk menikmati London tapi yang paling utama adalah ia tidak suka tidur sendiri. Di Santina ia telah terikat dengan Ten, yang berarti kunjungannya ke istana biasanya jarang dan singkat.
Tapi sekarang lebih buruk. Ia tidak tidur sendiri, namun berbagi tempat tidur dengan wanita yang menurutnya sangat menarik, wanita yang memunggunginya setiap malam. Tapi hampir setiap malam mereka mendapati tubuh mereka saling melilit; hanya pada saat tidur tubuh Doyoung mendekatinya.
Itulah yang terjadi pagi ini.
Ketika matahari terbit, Jaehyun sudah bangun. Tubuh Doyoung meringkuk di dekat tubuhnya, napas wanita itu berembus di dadanya. Ia membutuhkan seluruh tekad untuk melepaskan diri, daripada memilih wanita itu mundur ketakutan seperti yang sudah terlalu sering dia lakukan.
Tidak pantas, Jaehyun memutuskan beberapa saat kemudian ketika menuju tepi kolam untuk minum kopi dan bicara dengan Ratu seperti yang sudah ia minta, dan mendapati Doyoung sedang berenang.
Sangat tidak pantas jika ia harus melewatkan berminggu-minggu, tidak, berbulan-bulan, tanpa hubungan.
Lagi pula ia seorang pria.
Lebih dari itu, ia seorang pangeran.
Doyoung meluncur di dalam air seperti yang selalu ia lakukan setiap pagi.
Raja dan Ratu biasanya tidak muncul sampai siang, dan saudara-saudara Jaehyun sedang pergi atau melanjutkan tugas-tugas mereka. Ini bagian terbaik dari harinya, meluncur di dalam air, sesekali berenang lebih cepat ketika gelombang kemarahan menghantamnya.
Doyoung teringat krim tabir suryanya. Ia sudah diberitahu untuk memakainya bahkan pada jam delapan pagi, kulitnya harus lebih pucat saat hari pernikahan. Setiap bagian dari dirinya telah diteliti dan dikritik:tertawanya terlalu keras, poninya terlalu tebal, cara berjalannya terlalu kasar. Doyoung mengayuh lebih cepat, menyentuh sisi kolam lalu berenang kembali, kemarahan membawanya menjauh dari dinding kolam saat teringat rasa malunya pada pelajaran bahasanya yang pertama.
Ia mengira pelajaran itu untuk mempelajari bahasa Santina, dialek mengagumkan yang terdengar seperti Italia sentuhan Prancis. Ia tidak bisa berbahasa Italia tapi pernah mempelajari bahasa Prancis di sekolah dan terkejut karena ia mengerti lebih banyak dari dugaannya, ia bahkan menanti-nanti pelajaran itu. Namun ternyata bahasanya sendiri yang harus dikembangkan. Rasa malu itu masih membakarnya.
Dan Jaehyun di sana, sama dinginnya dengan segalanya, mengenakan setelan gelap.
Klorin yang menyengat untungnya memberi Doyoung alasan untuk mengusap mata dengan saat naik dari kolam.
Dan Jaehyun memperhatikannya.
Ia melihat tunangannya memecah kesunyian pagi dengan berenang. Dia bukan perenang yang anggun, pikiran Jaehyun saat mendongak dari surat kabar. Tidak ada keanggunan saat wanita itu meluncur di air, terlalu berisik dan percikan-percikan air itu mendarat di kakinya, terutama saat Doyoung berbalik.
"Selamat pagi, ibu..." Jaehyun menyapa iibunya dan kini, setelah melihat Doyoung berenang, kepala pelayan menuangkan lebih banyak kopi saat ibunya datang dan Doyoung naik dari kolam. "Kenapa ingin bertemu?"
"Doyoung harus memilih gaun pengantinnya," sahut Ratu.
"Dan Ibu perlu mengatakan itu kepadaku di tepi kolam?"
"Di sinilah Doyoung berada setiap pagi." Ratu mengangkat bahu. "Ku pikir aku bisa mengobrol dengan kalian berdua, ada banyak pekerjaan yang harus kau lakukan dan Doyoung sibuk dengan bukunya."
"Doyoung!" Ratu tersenyum. "Ayo minum jus bersama kami."
"Tidak, terimakasih," jawab Doyoung, memandang sekeliling mencari jubahnya. Ia merasa yakin sudah membawanya ke bawah. Sebaliknya ia mengeringkan tubuh dengan handuk sedangkan Jaehyun berusaha keras tidak melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playing The Royal Game (JaeDo)
RandomDapatkan Doyoung mempertahankan jati diri dalam perannya sebagai tunangan pangeran dengan segala istana yang mengekang? Dan sanggupkah Jaehyun menahan desakan yang bergejolak di antara mereka mengingat pertunangan ini hanya sementara? [Remake dari n...