10 C

1.4K 234 14
                                    

"Tapi tempat itu tidak terasa seperti rumah." Doyoung sedikit terhina ditempatkan di mobil golf dan diantar kembali ke istana kemudian dengan tubuh gemetar menaiki tangga.

"Aku akan membopongmu," Jaehyun menawarkan, tapi karena beberapa alasan hal itu justru semakin membuat Doyoung marah.

"Kau bisa meninggalkanku sekarang."

"Belum," sahut Jaehyun. "Dokter ingin menemuimu." Jaehyun menyuruh pelayan pergi, karena tahu Doyoung benci bersikap merepotkan, kemudian mulai menarik sepatu bot Doyoung saat wanita itu mencoba mencopot kancingnya.

"Aku bisa melakukannya sendiri," ujar Doyoung.

Jaehyun sama sekali tidak terkesan. "Percayalah, aku tidak akan menyingkir dari sini," sahutnya, dan ucapan itu menimbulkan seulas senyuman. "Tidak ada kesenangan terlarang melepas blusmu yang terkena muntahan." Ia mengambil gaun tidur berenda dan rasanya jelas terlalu rumit sehingga ia menuju laci dan menarik keluar salah satu kausnya. Meski kaus itu sudah dicuci dengan standar istana yang ketat, Doyoung yakin ia masih menangkap aroma tubuh Jaehyun saat pria itu menyorongkannya dari atas kepala.

"Tempat tidur." Jaehyun menyingkap selimut dan Doyoung merangkak naik; otaknya sepertinya berdenyut-denyut saat Jaehyun membuka pintu dan mempersilahkan dokter masuk. Dokter itu memeriksanya dengan cermat dan Doyoung bisa mencium napas pria itu yang tidak enak saat menyorot kedua matanya dengan senter kemudian berbicara serius dengan Jaehyun. Doyoung mendengar kata-kata commozione cerebale dan jika ia sekarang tidak berbaring maka ia akan pingsan, tapi Jaehyun menoleh dan tersenyum kepadanya.

"Itu artinya 'gegar otak'!" Jaehyun tersenyum melihat Doyoung mendramatisasi, kemudian mengucapkan terimakasih kepada dokter. Setelah mereka tinggal berdua, ia duduk di sisi tempat tidur Doyoung. "Kau harus beristirahat selama beberapa hari, akan ada perawat yang tinggal dan memeriksamu siang malam."

"Apakah itu perlu?"

"Sepertinya begitu."

Doyoung terbangun beberapa waktu kemudian. Bunga yang diberikan gadis kecil kepadanya di kafe kemarin diletakkan dalam vas kecil di samping tempat tidur dan diberi air sehingga kembali segar, kelopak birunya seperti bintang mungil. Doyoung memandangnya perlahan, mengulang kembali kejadian hari itu, perlahan-lahan tersadar Jaehyun juga ada di kamar. Ia menoleh ke tempat Jaehyun yang tertidur di kursi berlengan, terlihat tampan seperti biasa. Dan meski mereka sedang merencanakan pernikahan, pria itu masih tetap tidak dapat diraih. Doyoung tidak akan pernah mendapatkan hati Jaehyun, pria itu telah memberitahunya pada hari mereka bertemu bahwa dia tidak percaya pada cinta, bahwa hal itu tidak akan terjadi padanya, tapi sulit sekali untuk menerimanya. Perawat muncul dan mengukur tekanan darahnya lalu menyorotkan senter kecil di mata kemudian meninggalkan mereka berdua.

"Sepertinya aku masih hidup," ujarnya ketika mata Jaehyun yang hitam terbuka sedikit. Doyoung sangat malu, samar-samar teringat hal-hal bodoh yang telah dilontarkannya di lapangan kepada Jaehyun, mencoba mengingat apakah ia menyatakan cinta yang tidak pernah padam atau sesuatu yang sama buruknya.

"Aku minta maaf telah mempermalukan diriku sendiri."

"Berhentilah meminta maaf."

"Aku tidak benar-benar ingat apa yang sudah kukatakan."

"Sesuatu tentang aku akan menjadi duda yang bahagia."

"Kau seharusnya berada di London."

"Tidak masalah."

"Bagaimana dengan Tuan Hyunjoong..."

"Dia pria yang sudah berkeluarga, dia sangat mengerti ketika mendengar kau mengalami kecelakaan. Dia berharap kau segera pulih sepenuhnya."

Playing The Royal Game (JaeDo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang