"Kubilang aku tidak mau sampanye lagi." Si pelayan sedang membuka botol lain ketika ia kembali.
"Biarkan saja, tak usah dibuka," Jaehyun berkata kepada si pelayan sewaktu Doyoung duduk. "Mungkin ada sesuatu yang akan kami rayakan nanti."
"Tidak denganku," tukas Doyoung.
"Kita bisa saja membawanya ke-"
"Kurasa kau mempunyai kesan yang salah terhadapku," ujar Doyoung tegas, begitu tegas sehingga pria itu tidak akan menebak pikiran liarnya, karena ia akan dengan senang hati mengambil botol itu, masuk ke taksi dan dicium sepanjang perjalanan ke apartemennya, duduk serta minum sampanye di atas seprai yang kusut oleh percintaan mereka. Ya Tuhan, tapi ia sudah minum terlalu banyak dan saat berada bersama pria ini, Doyoung merasa sulit berpikir rasional. "Setengah botol sampanye dan aku sudah melampaui batasku, dan aku tidak meninggalkan bar dengan pria yang baru kukenal."
"Aku hanya bergurau," Jaehyun berbohong, karena ia memang berharap demikian. "Bagaimana dengan usulku yang lain? Maukah kau menjadi tunjanganku?"
"Jaehyun..." sahut Doyoung. "Kenapa aku harus mau, sedangkan aku bahkan tidak mau minum denganmu, kaupikir aku bahkan terpikir-"
"Satu juta pound."
Doyoung tertawa, karena hal semacam ini tidak terjadi, dan Jahehyun pasti sedang bergurau. Ketika pria itu mengeluarkan buku cek, Doyoung bahkan tertawa lebih keras, karena itu gila. Namun ketika Jaehyun menyerahkan buku cek itu, tangan pria itu sangat mantap dan dia tidak tertawa.
"Kau mungkin tidak perlu melakukan apa pun. Aku akan terbang ke Santina besok dan memberitahu keluargaku serta Ten. Semua orang akan terkejut. Dalam sekejap aku akan diminta untuk membatalkan keputusan bodohku, lalu kembali ke London sampai skandal ini lenyap."
"Jadi, untuk apa kau membayarku?"
"Aku tidak bisa begitu saja mengarang-ngarang seseorang, kau mungkin harus ikut denganku ke Santina." Jaehyun sudah menduga reaksi Doyoung, karena ketika wanita itu membuka mulut ia berkata lebih dulu. "Kau akan punya kamar sendiri, pasangan tidak bisa bersama-sama sampai mereka menikah. Yang harus kau lakukan hanya tersenyum dan menyetujui setiap perkataanku."
"Sampai?"
"Sampai orang-orang menginginkan sebaliknya." Jaehyun mengangkat bahu. "Mungkin akan memerlukan waktu berhari-hari, mungkin berminggu-minggu." Jaehyun tidak memintanya untuk tidur bersama, hanya tersenyum dan memegang tangan pria itu. Dan yang bisa Doyoung lakukan dengan uang itu... Ia bisa mendapatkan flat, pekerjaan sebetulnya, ia bisa melakukan apa yang benar-benar ia inginkan...
"Kau akhirnya bisa menulis buku itu." Seakan-akan pria itu sudah membaca pikirannya. Doyoung mendengar suara Jaehyun seakan-akan pria itu berada di dalam benaknya, tapi itu gila, tidak akan berhasil.
"Kita akan berhasil," Jaehyun menjawab kata-kata yang tidak terucap oleh Doyoung. "Apakah itu berarti ya?" tanyanya.
Doyoung balas menatapnya, tidak hanya memikirkan buku yang bisa ia tulis, tapi koneksi yang dimiliki pria ini, pria tampan yang memasuki hidupnya, dan entah kenapa ia belum siap melepaskan pria itu. "Kurasa begitu."
Mereka keluar menuju jalanan, dan ternyata Doyoung keliru mengenai taksi, karena sebuah mobil mewah sedang menunggu dan membawa mereka ke jalan yang tidak jauh dari sana.
"Bukankah kau sebaiknya menyetorkannya?" tanya Jaehyun.
"Oke." Doyoung menyeringai, lalu memasuki bank dan melihat alis si kasir terangkat beberapa senti. "Dana tidak akan tersedia sampai cek dicairkan."
"Telepon bankku dan minta dicairkan sekarang," ujar Jaehyun. Kasir itu melihat nama yang tertera di cek kemudian melakukan seperti yang diminta. Ada perasaan janggal di dalam perut Doyoung ketika kasir mengulurkan lembaran berisi saldo di rekeningnya, seakan beban berat yang tidak ia sadari mendadak terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playing The Royal Game (JaeDo)
AléatoireDapatkan Doyoung mempertahankan jati diri dalam perannya sebagai tunangan pangeran dengan segala istana yang mengekang? Dan sanggupkah Jaehyun menahan desakan yang bergejolak di antara mereka mengingat pertunangan ini hanya sementara? [Remake dari n...