13

1.4K 212 8
                                    

"DI mana semua orang?" Tiffany menurunkannya dan langsung menuju kantor saat Jaehyun melangkah masuk ke istana yang kosong pada malam pernikahannya.

Ia mengira akan banyak kegiatan, dan Doyoung setidaknya berpura-pura senang bertemu dengannya, tapi panitia penyambutan yang terdiri dari ayahnya sedang sangat jengkel.

"Tidak ada yang mau memberitahuku! Tunanganmu pergi ke hotel kemarin untuk bersama keluarganya."

"Aku bicara dengannya kemarin," kata Jaehyun. "Dia berkata akan bersama mereka setelah geladi resik."

"Jadi, adik-adiknya yang mengerikan muncul tanpa pemberitahuan, dan wanita pedagang mengerikan itu."

"Seulgi eomonim?"

"Aku benar-benar tidak perlu tau namanya. Lagi pula, mereka membawa gadis itu bersama mereka." Melihat putranya mengernyit membuat Raja jengkel. "Kau akan bertemu dengannya saat geladi resik."

Jaehyun tahu ia sedang dijauhkan untuk sementara, tapi ia berharap bisa bertemu Doyoung, selama satu atau dua jam, untuk mengetahui bagaimana keadaan wanita itu. Tidak pernah terpikir dalam benaknya bahwa pemisahan itu, perasaan tak terkendali yang ia rasakan, adalah seperti yang dirasakan tunangannya beberapa minggu terakhir ini sewaktu ia di London.

"Bagaimana keadaannya?"

Raja mengedikkan bahu. "Kurasa seperti PMS permanen. Tangisnya meledak suatu malam karena ayahnya tidak bisa datang sampai sore ini." Ia tertawa sombong. "Orang itu berpartisipasi dalam acara kuis selebriti, di depan penonton langsung. Kukira kita seharusnya terkesan! Oh-" Raja belum selesai melampiaskan perasaan frustasinya "- mantan tunanganmu sedang hamil, bayinya akan lahir dalam beberapa bulan. Kau jelas menjatuhkan pilihan yang salah. Kita bisa mendapatkan ahli waris dan bukan sekelompok gipsi yang menjatuhkan Santina."

"Hanya itulah artinya bagi Ayah, ya?" Jaehyun menatap ayahnya, seakan benar-benar melihatnya untuk pertama kali. "Ayah tahu, aku sedikit khawatir dengan kebiasaan minum ibuku." Ia menuangkan segelas besar minuman untuk dirinya sedikit. "Sekarang aku mengagumi pengendalian dirinya. Seseorang harus tetap tenang untuk bisa mendengar Ayah." Tapi Raja tidak mendengarkan.

"Di mana dia?" tanya Raja saat kepala pelayan menghidangkan teh sore.

Dan Jaehyun duduk di sana, saat seorang ajudan membicarakan tentang tamu-tamu pernikahan dan tokoh-tokoh penting lainnya yang akan datang. "Ayah bilang dia ada di hotel."

"Aku sedang membicarakan ibumu. Di mana dia?" tanyanya lagi. "Kita harus melakukan geladi resik sore ini, dan tamu-tamu akan tiba nanti malam."

"Dia minta disiapkan mobil," jawab kepala pelayan, tapi diselamatkan dari keharusan menjelaskan lebih jauh ketika Ratu tiba di istana pada saat itu.

"Dari mana kau?"

"Aku pergi ke Santina..." Pipi Ratu bersemu merah. "Aku menata rambutku, di sebuah salon." Raja hanya menatapnya seakan-akan Leeteuk sedang berbicara dalam bahasa asing. "Dan Doyoung benar, pemilik menutup tokonya dan aku menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan para wanita lain. Mereka juga sedang menata rambut untuk acara pernikahan. Mereka mengadakan pesta di jalanan." Ia menatap Raja. "Apakah kau menyukai rambutku?"

Rambutnya berwarna pirang kemerahan dan bukan abu-abu, tapi Raja memilih tidak memperhatikan. Ia tidak memperhatikan, karena ia tidak suka perubahan. Perjalanan keluar ini semakin sering dan ia sama sekali tidak menyukainya.

"Ayo minum teh," ajaknya.

"Aku mau bredi," ujar Ratu kepada pelayan. "Dan dua obat sakit kepala, tolong."

"Itu karena keramaian," kata Raja. "Segala kebisingan yang membuatmu sakit kepala."

"Ini bukan karena keramaian," bentak ratu.

Playing The Royal Game (JaeDo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang